Satgas Penanganan Gunung Ruang Terus Evakuasi Warga di Radius Bahaya

Satgas Penanganan Gunung Ruang Terus Evakuasi Warga di Radius Bahaya
Warga Pulau Tagulandang saat dievakuasi menggunakan KRI Kakap 811 setelah terjadi erupsi gunung api Ruang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara. (ANTARA/HO-TNI AL)

Analisadaily.com, Sulawesi Utara - Tim satgas gabungan penanganan bencana erupsi Gunung Ruang di Pulau Ruang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara terus melakukan upaya penyelamatan warga yang terdampak hingga Minggu (21/4).

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, sejak hari pertama gunung api berjenis stratovolcano itu naik ke level IV (awas) atau pada Rabu (17/4).

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara bersama Kabupaten Sitaro secara bertahap mengosongkan wilayah yang masuk ke dalam radius enam kilometer dari puncak gunung, sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Selain dievakuasi ke wilayah radius yang aman, warga juga dievakuasi menuju beberapa lokasi di luar Pulau Tagulandang, seperti Kota Manado, Kota Bitung, dan Minahasa Utara.

"Pemindahan sementara warga terdampak ini difasilitasi oleh TNI AL menggunakan KRI Kakap 811, Basarnas dengan KM Bima Sena, dan ASDP yang mengerahkan KM Marina, KM Lokong Banua, KM Lohoraung, KM Pasatibo, termasuk kapal fery lainnya serta perahu motor milik warga," kata Abdul dilansir dari Antara, Senin (22/4).

Warga yang dievakuasi keluar Pulau Tagulandang ini merupakan perantau, termasuk warga setempat yang memiliki keluarga di Kota Manado, Kota Bitung, dan Minahasa, hingga kelompok rentan yang meliputi ibu hamil, lanjut usia, kaum disabilitas, serta warga yang sakit dan membutuhkan perawatan intensif.

Seluruh rangkaian upaya evakuasi ini, katanya, semata-mata untuk alasan keselamatan dan keamanan.

Demi memenuhi kebutuhan makanan bagi warga terdampak dan pengungsi termasuk personel lintas stakeholder yang bertugas, tim satgas gabungan juga telah mendirikan dapur umum lapangan di beberapa titik yang tidak jauh dari lokasi pengungsian, seperti yang ada di Desa Apengsala, Kabupaten Sitaro. Dapur umum itu dikelola oleh Dinas Sosial bersama TNI.

Layanan dukungan psikososial oleh Kementerian Sosial juga terus dilakukan untuk pendampingan psikologis bagi anak-anak yang mengungsi.

Hal ini dilakukan guna menghalau perasaan trauma dan memberikan hiburan selama tinggal sementara di pengungsian.

Sementara itu, pos kesehatan juga sudah didirikan di Gedung Gereja Betel Paninteang, Desa Lesah, Kabupaten Sitaro.

Tim dari Dinas Kesehatan, PMI, termasuk relawan lainnya terus memberikan layanan kesehatan dan membagikan masker secara rutin, menyusul erupsi Gunung Ruang yang masih terjadi secara berkala dan menyemburkan abu vulkanik yang dapat berisiko bagi kesehatan masyarakat.

Unsur dari TNI dan Polri juga terus melakukan gotong royong bersama berbagai pihak untuk pembersihan jalan-jalan dari batu, kerikil serta pasir abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Ruang saat erupsi.

Banyaknya material vulkanik itu telah menyebabkan sebanyak 363 unit rumah dan dua gereja rusak.

Kemudian PLN SulutGo juga telah melakukan perbaikan jaringan listrik yang sebelumnya padam akibat dampak erupsi untuk memudahkan tim satgas dalam upaya penyelamatan dan evakuasi warga, termasuk langkah lainnya dalam rangkaian operasi penanganan darurat.

Tim satgas gabungan telah mendirikan posko induk di Desa Apengsala, Kecamatan Tagulandang, yang berjarak kurang lebih 15 kilometer dari kaki Gunung Ruang.

Pos induk ini menjadi pusat komando lintas pemangku kepentingan (stakeholder) untuk koordinasi, laporan perkembangan, dan segala rangkaian penanganan darurat di Kabupaten Sitaro.

Abdul Muhari juga menjelaskan, dalam upaya penyelamatan dan evakuasi, tim satgas gabungan juga terus mendorong dukungan berupa logistik dan peralatan yang dibutuhkan selama penanganan darurat dengan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak dan pengungsian.

Adapun jenis-jenis dukungan tersebut meliputi beras 1,5 ton, mie instan 30 dos, ikan sardin kemasan 100 kaleng, masker 50 lembar, selimut, alat mandi, pembalut wanita, tikar/matras, dan beberapa obat-obatan yang dikirim oleh Makodam XIII/MDK, Korem, dan jajaran.

Selanjutnya tikar sebanyak 123 lembar, selimut 400 lembar, terpal dua lembar, masker 2.000 lembar, gula 10 kg, kopi, dan teh dari Pemda Kabupaten Sitaro.

Kemudian sembako, masker, dan selimut dari Dinas Sosial setempat.

Berikutnya Kementerian Sosial juga telah mengirimkan tenda gulung 100 lembar, selimut 200 lembar, kasur 20 buah, velbed 16 unit, family kit 50 paket, telur 500 kg, ikan sardin kemasan 50 dus, bumbu dapur 50 kg, dan air mineral dalam kemasan gelas 200 dus.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah mendorong dukungan berupa seng 10 ribu lembar, tenda pengungsi 5 set, tenda keluarga 100 unit, light tower 4 unit, genset 4 unit, sembako 300 paket, makanan siap saji 300 paket, hygiene kit 300 paket, matras 300 lembar, selimut 300 lembar, kasur lipat 150 lembar, masker 300 box, velbed 50 unit, berikutnya toilet portable 10 unit, dan survival kit pengungsi 300 paket.

BNPB juga memberikan dukungan berupa Dana Siap Pakai (DSP) senilai 350 juta rupiah untuk mendukung operasional termasuk pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak dan pengungsi.

Segala jenis bantuan tersebut dikirim dari Lanud Sam Ratulangi, Pelabuhan Kota Manado, dan Pelabuhan Kota Bitung. Adapun gudang logistik dari segala jenis bantuan ini berada di tiga titik, yakni posko induk, rumah warga, dan di pelabuhan Minanga di Kabupaten Sitaro.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi