Umat Buddha memberi dana makanan kepada para Bhikkhu saat menjalankan tradisi Pindapatta di Vihara Salaprakcha Semakhom pada Sabtu (25/5) pukul 07.00 WIB. (Analisadaily/Cristison Sondang Pane)
Analisadaily.com, Medan - Puluhan Bhikkhu tanpa mengenakan alas kaki berjalan di antara pengguna jalan dan melewati rumah-rumah masyarakat menuju Vihara Salaprakcha Semakhom di Jalan Tapian Nauli Pasar III, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara pada Sabtu (25/5) pukul 07.00 WIB.
Ritual itu disebut Pindapatta, sebuah prosesi para Bhikkhu berjalan dan umat memberikan dana makanan yang dimasukkan ke mangkuk yang dipegang Bhikkhu bernama Patta. Pindapatta ini juga merupakan tradisi untuk mengajarkan umat Buddha beramal sesuai ajaran sang Buddha.
“Pindapatta itu dana makan untuk Bhante, dan umat-umat punya kesempatan berbuat baik dan beramal. Tradisi ini sebenarnya dilakukan setiap hari, hanya saja Bhante nya tidak begitu banyak. Namun, kebetulan hari ini ada acara jadi kita banyak mengundang Bhante sehingga agak ramai. Ada 12 Bhikkhu yang ikut dan datang dari Thailand,” kata Suyono, pengelola Vihara Salaprakcha Semakhom, saat ditemui usai acara Dana Makan.
Para Bhikkhu berjalan melewati rumah-rumah warga di Jalan PDAM Tirtanadi Sunggal menuju Vihara Salaprakcha Semakhom di Jalan Tapian Nauli, Pasar III, Medan Sunggal, Sabtu (25/5). Cristison Sondang Pane/Analisadaily
Pria berusia 54 tahun ini menjelaskan, para Bhante kan tidak memiliki mata pencaharian, mereka mengumpulkan dana makan untuk kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Dalam pelaksanaannya warga sangat mendukung praktek-praktek ini, sembari mereka juga belajar berdana dengan baik.
Kata dia, setelah dana makan itu selesai, selanjutnya para Bhikkhu makan, tetapi hanya batasnya hanya sampai setengah hari saja. Keesokan harinya baru makan lagi, artinya hanya sehari sekali, waktu makannya sampai pukul 12 siang. Dia menambahkan, umat Buddha di Vihara Salaprakcha Semakhom akan merayakan Waisak 2024 pada Sabtu (25/5) pukul 19.30 WIB.
Wen Ling (72), warga yang selalu berdana di Vihara Salaprakcha Semakhom, mengatakan setiap hari datang ke vihara ini untuk berdana dan dilakukan dengan senang hati. Dengan berdana setiap hari, ia berharap memperoleh kehidupan yang sehat dan ia tidak meminta balasan apa pun.
Selain kepada bante, kita juga membantu para lansia di vihara tersebut dengan memberi makan setidaknya dua minggu sekali. Warga Kampung Lalang ini juga bercerita kadang-kadang mengundang para Bhikkhu ke rumahnya untuk makan.
“Saya sebetulnya sudah lebih dari 20 tahun berdana kepada para Bhante di Kota Medan, termasuk di vihara ini. Kita berharap semua orang lepas dari penderitaan, bisa makmur, hidup damai dan tidak ribut.
Bhikkhu Vihara Salaprakcha Semakhom, Phrakru Palad ChammanTechapalo, Vassa 44, menyampaikan pesan Waisak 2024 sama dengan yang sebelumnya, yakni menyangkut kelahiran dan kematian sang Buddha.
“Pesan saya pada Hari Waisak sama, yaitu Buddha lahir, sempurna dan meninggalnya. Itu saja. Saya mengingatkan itu saja,” ucap ChammanTechapalo sebelum memulai dana makan siang para Bhikkhu.
Umat Buddha menyebut Waisak, Hari Raya Trisuci Waisak, memperingati tiga peristiwa penting. Pertama kelahiran Bodhisatva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM. Kedua, petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM. Ketiga, wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Menyongsong Waisak, umat Buddha mengadakan kegiatan bersih vihara, ziarah ke makam leluhur. Pada saat Hari Waisak, umat Buddha melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama. Penerangan Sempurna salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umatnya untuk senantiasa berbuat kebajikan.
Perayaan Waisak, tidak hanya sekedar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu. Umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma.
(CSP)