Pengancaman Pakai Airsoft Gun di Taput Berbuntut Panjang, Warga Ungkap Peristiwa Sesungguhnya (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Tapanuli Utara - Sejumlah warga Desa Aek Tangga, Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) siap mengungkap kebenaran dan peristiwa yang terjadi di lapangan pada saat terjadinya dugaan pengancaman terhadap warga mengunakan senjata Airsofgun pada (4/6) lalu.
Demikian disampaikan Ahu Silali (28) bersama sejumlah rekannya kepada wartawan, Jumat (14/6) usai memenuhi panggilan penyidik Kepolisian Resort Tapanuli Utara (Polres Taput), atas laporan saksi Darman Purba terkait dugaan penganiayaan.
Menurut Ahu Silahi, saat itu Selasa (4/6) sekitar pukul 18.00 WIB, Darman Purba didampingi sopirnya serta Togap Simorangkir tiba-tiba mendatangi rumahnya di Desa Aek Tangga Garoga.
Dia mengaku melihat Darman Purba mengintip untuk melihat kondisi di dalam rumah, selanjutnya menyerobot masuk guna menarik anggota yang diakuinya merupakan pekerjanya.
Pada saat itu, dia sempat menanyakan maksud kedatangan mereka, dan ditegaskan untuk membawa 2 pekerjan yang saat itu datang ke rumah mereka atas titipan abangnya.
Ia pun meminta sebelum membawa kedua pekerja tersebut agar terlebih dahulu menelepon abangnya, namun tidak dilakukan.
Selanjutnya Darman permisi hendak ke rumah Togap di Garoga. Namun saat itu dia melihat ada 1 lagi anggotanya menyandang tas hendak menumpang angkutan, Darman pun langsung menariknya dari angkutan dan meluncur ke Garoga.
Merasa khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Ahu memutuskan menunggu Darman melintas dari Aek Tangga karena diduga main paksa membawa 2 orang yang di bawah tanggung jawab abangnya itu.
Pada saat itu sekitar pukul 21.00 WIB, mobil Darman Purba melintas dan disetop, dan Ahu meminta agar komunikasi ke abangnya via telpon.
"Beberapa kali saya minta agar komunikasi namun ditolak, dan mengatakan apa urusan kalian, bukan kalian yang ngatur," ujarnya.
Sempat bersitegang dan adu mulut hingga ada ucapan menyinggung mertua abangnya, massa mulai datang karena saat itu ada kedai di dekat bahu jalan.
"Saat itu Elias Siregar mendekat dan berupaya mendamaikan agar tidak terjadi keributan. Namun karena Darman memaksa kedua pekerjanya yang melarikan diri punya hutang dan harus dibayar. Saat itu kami siap menjamin untuk membayar hutang bahkan Kepala Desa (Kades) pun ikut menjamin hingga mengantar mereka ke Tarutung esok pagi. Namun, Darman tetap memaksa untuk membawa keduanya malam itu juga," tambahnya.
Saat terjadi cekcok, tiba-tiba Togap Simorangkir datang kembali sembari emosi, namun berupaya diredam salah seorang warga karena kenal.
"Saat diceritakan masalahnya, bahkan akan dijamin hutangnya hingga dibayar namun tidak ada titik temu, saat itulah saya agak menjauh. Namun tiba-tiba saya melihat Togap telah mencekik Elias. Itulah yang memicu emosi massa yang membludak malam itu," katanya.
Dia mengaku hendak mendekat untuk membantu, belum sampai 1 meter tiba-tiba melihat Togap mencabut senjata api Airsoft Gun dari pinggangnya.
"Dia kemudian menodongkan senjata tersebut ke bagian kepala belakang Elias setelah itu mengacung-acungkan senjatanya kepada masyarakat. Warga teriak karena dia membawa senjata dan memicu keributan yang lebih besar lagi," ungkapnya.
Untuk meredam massa yang emosi, Kades mendorong dan meminta Togap pulang dari lokasi keributan.
"Togap langsung pulang, tinggal Darman Purba serta sopirnya. Saat itu warga sudah emosi akibat ulahnya memantik keributan di Desa Aek Tangga," katanya.
Melihat situasi, Elias dan Mananti merangkul Darman Purba agar tidak terjadi pemukulan.
"Saat itu gelap, lampu mati. Kalau kami dilaporkan menganiaya oleh saudara Darman, di sana ada puluhan warga, saya yakini dia tidak akan selamat bahkan luka parah. Ini tidak ada satu lukapun, karena kami tidak ada tahu menahu pemukulan. Justru saya melindungi dia dan mengamankan hingga personel Kepolisian Sektor (Polsek) datang ke lokasi," tambahnya.
Senada disampaikan warga lain, Mananti Pasaribu (58). Dia mengatakan, tidak mengetahui adanya aksi pemukulan di lokasi.
"Saat itu malam dan lampu mati. Warga berkerumun, kalau memang ramai-ramai warga menganiaya, saya yakin dia tidak akan selamat," ucapnya.
Senada juga disampaikan Herman Sormin (41) dan Binsar Hasibuan juga menegaskan, mereka siap jadi saksi peristiwa yang terjadi pada saat kejadian.
"Ratusan warga akan siap jadi saksi, dan bila tidak terbukti, kami akan lapor balik saudara Darman atas membuat keributan di kampung kami," ujar mereka.
Terpisah, saksi Darman Purba ketika dikonfirmasi wartawan melalui telepon seluler mengatakan, ia membuat laporan polisi ke Polres Taput karena tidak terima dengan perlakuan masyarakat Desa Aek Tangga yang diduga telah melakukan penganiayaan secara bersama-sama dan tindakan pengerusakan mobil.
Dia menambahkan, datang ke Desa Aek Tangga dengan baik-baik dan disambut keluarga yang memperkerjakan pekerjanya pada pukul 18.00 WIB.
"Tidak ada unsur pemaksaan dan tindakan yang aneh-aneh, namun pada pukul 20.30 WIB saya diberhentikan dan adu mulut, terjadilah penganiayaan terhadap diri saya, dan tidak semua penganiayaan terjadi memakan korban, karena saya tidak mengalami luka cidera yang mendalam," pungkasnya.
Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resort Tapanuli Utara (Satreskrim Polres Taput) sebelumnya telah menangkap seorang pemilik senjata airsoft gun yang diduga arogan dan ancam tembak warga di Desa Aek Tangga, Kecamatan Garoga.
Kasi Humas Polres Taput, Aiptu Walpon Baringbing mengatakan, adapun pemilik senjata airsoft gun yang ditangkap adalah TS (37) warga Desa Garoga SIbargot, Kecamatan Garoga.
"Tersangka TS ditangkap Satreskrim setelah menerima laporan pengaduan korban pengancaman Elias Siregar (44) warga Desa Aek Tangga, Kecamatan Garoga," ujarnya, Kamis (6/6).
(CAN/RZD)