Teguh Santosa (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) dan juga Dosen Hubungan Internasional di Perguruan Tinggi di Indonesia, Teguh Santosa, yakin bisa mendampingi Bobby Afif Nasution, untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2024.
"Sampai tadi malam, peluang saya ada 60 persen. Dan keyakinan saya itu ditambah lagi ada satu trik yang tidak bisa saya ungkapkan," ungkap Teguh dihadapan para jurnalis Kota Medan, di Jalan Samanhudi Medan, Sabtu (29/6).
Sosok pendidik dan pakar jurnalis ini mengikrarkan diri dan yakin maju mendampingi Bobby Nasution. "Keinginan saya dengan keinginan Bobby Nasution untuk menjadikan Sumut hebat kembali, seperti dulu sewaktu jaman kita sekolah kalau Sumut ini paptut diperhitungkan dan hebat," katanya.
Dalam Pilgubsu ini, Teguh Santosa telah mendapat dukungan dari Partai Demokrat. Teguh pun siap mendampingi Bobby Nasution bersaing dengan calon kuat lainnya yakni Mantan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi.
“Begitu saya mendaftarkan diri, saya dipanggil oleh Demokrat untuk bergabung di koalisi Indonesia Maju mendampingi mas Bobby, karena di partai Demokrat dan koalisi Indonesia Maju seperti PAN mereka sudah punya pak Bobby. Jadi karena perintah Demokrat mendamoingi Bobby, saya siap,” kata Teguh.
Pun begitu, ia menyadari masih ada sekitar 40 persen dari keyakinannya tidak diiterima mendampingi Bobby Nasution menjadi wakil Gubernur Sumut. Sehingga ketika ditanya meski gagal apakah tidak ikut berperan memajukan Sumut, Penguji UKW ini menjawab dengan senyum khas.
"Saya pikir selama ini melalui media dan pemikiran, saya sudah ikut berperan membangun Sumut. Dan jika 40 persen tadi saya gagal atau kalah, saya fikir saya akan baik-baik saja," ujar CEO salah satu media online ini dibarengi dengan senyum kepada seluruh rekan jurnalis dan tamu undangan lainnya.
Teguh juga sedikit menceritakan jika terpilih nanti, buah pemikirannya yang akan dituangkan untuk membangun Sumatera Utara (Sumut) ke arah yang lebih baik lagi. Baik itu dari infrastruktur atau pembangunan, karakter pengusaha yang tidak harus menjadi importir, hingga pengembangan pelaku usaha dalam pengelolaan produk dan hasil Sumber Daya Alam (SDA).
(WITA/RZD)