Ekonomi Sumut Alami Perlambatan Serius, Meskipun Tumbuh 4.95% di Kuartal Kedua (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Jika membandingkan pertumbuhan ekonomi Sumut di kuartal 2 tahun 2023 dengan tahun 2024, secara tahunan ekonomi Sumut menunjukan perlambatan.
Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Kamis (8/8). Di kuartal kedua 2024 ekonomi Sumut tumbuh 4.95% (YoY), dan tumbuh 5.19% di kuartal kedua tahun 2023 secara tahunan.
“Mungkin di saat kita di tahun 2023 pada kuartal yang sama menilai wajar Sumut tumbuh di atas 5% pasca pandemi Covid-19 (2022),” ucapnya.
“Namun saat ini kita dikejutkan bahwa ekonomi Sumut hanya mampu tumbuh 4.95%, meruntuhkan harapan dapat tumbuh lebih tinggi setelah ekonomi Sumut memasuki masa ekspansi di tahun 2023. Sehingga saya berkesimpulan Sumut pada dasarnya tengah mengalami perlambatan yang cukup signifikan dan serius,” sambungnya.
Dibeberkan Gunawan, beberapa alasannya adalah sebagai berikut. Pertama, di kuartal kedua ada perayaan Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha beserta libur panjang dadakan yang ditetapkan pemerintah. Namun nyatanya ekonomi Sumut di kuartal kedua secara tahunan (YoY) justru lebih rendah dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Kedua, sektor usaha perdagangan besar dan eceran di kuartal kedua tahun ini tumbuh melambat 2.54%, dibandingkan Q1 (kuartal pertama) 2024. Padahal di tahun 2023 di periode yang sama mampu tumbuh 2.69%.
Ketiga, PDRB Sumut dilihat dari sisi pengeluaran justru kenaikan paling tinggi dibukukan oleh pengeluaran pemerintah, yang naik 19.89% secara kuartalan. Menunjukan andil pemerintah yang besar terhadap PDRB Sumut.
Keempat, pengeluaran rumah tangga di Q2 tahun ini hanya tumbuh 5.4% (YoY), padahal di periode yang sama tahun sebelumnya mampu tumbuh 6.2% (YoY).
Perlambatan konsumsi rumah tangga ini menjadi catatan krusial, mengingat kontribusi pengeluaran rumah tangga sangat dominan dalam pembentukan PDRB.
Kelima, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Sumut di semester I 2024 tumbuh 4.91%, atau lebih rendah dibandingkan dengan priode yang sama tahun 2023 sebesar 5.03%. Keenam, ekspor Sumut turun seiring dengan penurunan harga komoditas unggulan Sumut.
Padahal di tahun 2024, belanja masyarakat banyak tertolong oleh hajatan Pilpres (pemilihan presiden), Pileg (pemilihan legislatif), libur panjang dadakan, hingga Pilkada pada bulan November mendatang.
“Artinya agenda tersebut tidak bisa diharapkan lagi pada tahun 2025 mendatang, dan wajah ekonomi Sumut akan terlihat lebih suram tanpa agenda itu di 2024. Sehingga motor penggerak ekonomi hanya bisa didatangkan dengan akselerasi investasi asing maupun domestik ke Sumut,” Gunawan menuturkan.
“Jika tidak, maka ke depan Sumut berpeluang berhadapan dengan perlambatan belanja masyarakat. Di mana kelas menengahnya mengerem belanja, ya walaupun bisa saja turut dibarengi dengan penurunan jumlah masyarakat miskin di waktu yang bersamaan,” lanjutnya.
Selanjutnya, sebut Gunawan, Bansos akan tetap menjadi andalan dalam menjaga daya beli masyarakat menengah bawah. Sementara kinerja ekspor sulit untuk menguat seiring dengan kondisi ekonomi maupun politik global yang kian memburuk.
Belanja masyarakat yang menjadi tulang punggug perekonomian saat ini tengah berhadapan dengan situasi sulit, setelah Sumut merealisasikan deflasi besar di bulan Juli dan Juni.
“Karena di-deflasi tersebut saya menemukan ada pelemahan belanja masyarakat untuk kebutuhan pangan tertentu,” pungkasnya.
(REL/RZD)