Pasta pewarna alami yang terbuat dari kunyit dan bahan alami lainnya. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Guna meningkatkan dan mengembangkan potensi alam sekitar menjadi produk bermutu dan bernilai tinggi, dosen Universitas Sumatera Utara menggelar pengabdian masyarakat dengan memberikan edukasi dan workshop tentang teknologi pembuatan pewarna kain alami bagi komunitas penenun.
Pengabdian yang didanai oleh LPPM USU tersebut dilaksanakan dengan melibatkan IR & IR Kriya-Melayu Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tenun Melayu, Desa Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jum’at (30/8).
Pengabdian tersebut diketuai Dr. T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si. Apt, dengan anggota Prof. Dr. apt. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., dan Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt, yang merupakan dosen Fakultas Farmasi bekerjasama dengan Dosen Fakultas Kehutanan USU Dr. Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si, dua mahasiswa program Sarjana Farmasi USU yakni Annisa Aulia Rahma, Putri Nabiilah, alumni yaitu Wan Fadilla, S.Farm, Apt, mahasiswa Program Studi Pendidikan Apoteker Fakultas Farmasi USU, yaitu Ahmad Farids Wahab S.Farm, serta dua mahasiswa Program Magister Farmasi USU yaitu Yanti Yemima, S.Farm dan Fauzul Husna, S.Farm.
Ketua Tim Dr. T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt mengatakan, pengabdian tersebut bertujuan memberikan edukasi dan workshop tentang teknologi pembuatan pewarna kain alami. Serta strategi yang dapat dilakukan guna meningkatkan dan mengembangkan potensi alam sekitar menjadi produk yang bermutu dan bernilai tinggi.
"Banyak yang bisa dimanfaatkan diantaranya rimpang kunyit, serbuk hasil gergaji dari kayu merbau, kulit bawang, kayu secang, dan lain-lain sebagai pengganti pewarna sintetik," jelasnya.
Tim pengabdian foto bersama para peserta yang mengikuti pelatihan pembuatan pewarna dari bahan alami.
Pada pengabdian tersebut, lanjutnya, para dosen dibantu mahasiswa mengedukasi peserta mengenai manfaat dan cara pengolahan bahan baku rimpang kunyit dan kayu merbau agar dapat dijadikan sediaan pasta pewarna benang pada kain. "Selain itu, masyarakat juga dibekali materi marketing dan bussiness plan," katanya.
Melalui transfer teknologi yang dilakukan, lanjutnya, terjadi perubahan cara pengolahan bahan alam untuk pewarna sehingga dihasilkan pewarna alam yang lebih tahan lama dan stabil, lebih praktis dalam penggunaan. Sehingga para penenun dapat menghasilkan lebih banyak varian warna yang dihasilkan.
Tim abdimas berharap, komunitas penenun maupun pewarna benang yang berpartisipasi dalam kegiatan ini dapat menghasilkan kain songket yang menggunakan pewarna alam yang stabil dan mudah dalam penggunaanya. Lebih jauh lagi diharapkan dapat menciptakan produk kain songket dengan kreasi warna dan motif yang semakin menarik dan beragam sehingga menjadi produk yang bernilai jual tinggi.
Pengabdian kepada Masyarakat Skema Kebermanfaatan Lingkungan tahun 2024 ini, dilakukan untuk meningkatkan kerjasama antara USU dan masyarakat. "Kegiatan ini juga merupakan salah satu tugas Tridharma Perguruan Tinggi yang wajib dilakukan oleh dosen," timpal anggota tim Prof. Dr. apt. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si, yang juga merupakan Wakil Rektor III Universitas Sumatera Utara.
Sementara Ketua Kelompok Usaha Bersama IR & IR Kriya Melayu mewakili Komunitas Penenun Kain Tradisional, Irfania Ramadhani Lubis, S.Sn., mengucapkan terima kasih kepada tim pengabdian masyarakat USU atas penyampaian teknologi yang diberikan dan berharap dapat bekerja sama di masa mendatang.
"Kami merasa bersyukur dan berterimakasih karena kami sudah dibantu dan diperhatikan. Kami berharap bisa lebih banyak memanfatkan bahan alam. Terutama yang tidak dipakai seperti daun dan kulit buah yang dapat dibuat menjadi pewarna sehingga dapat berkontribusi dalam mengurangi sampah," katanya.
(MC)
(DEL)