Ini Kata Praktisi Kesehatan Tentang Tindakan Pencegahan dan Penyebaran Mpox

Ini Kata Praktisi Kesehatan Tentang Tindakan Pencegahan dan Penyebaran Mpox
Ini Kata Praktisi Kesehatan Tentang Tindakan Pencegahan dan Penyebaran Mpox (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Kendati di wilayah Indonesia belum ada ditemukan penderita Mpox, sejumlah tindakan pencegahan dan penyebaran penyakit mematikan ini menjadi tugas bersama antara masyarakat, tenaga medis dan pemerintah.

Terkait itu, dr Jimi Wihono, praktisi kesehatan Klinik Hidup Baru di Jalan Gaharu di Medan pun angkat bicara.

Dilansir dari situs resmi WHO, gejala umum mpox meliputi ruam yang dapat berlangsung selama 2-4 minggu. Ruam ini bisa muncul bersamaan dengan, atau setelah, demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, lemah lesu, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Ruam ini tampak seperti lepuhan atau luka, dan dapat muncul di wajah, telapak tangan, telapak kaki, pangkal paha, area genital, dan/atau daerah anus. Lesi ini juga dapat ditemukan di mulut, tenggorokan, anus, rektum, vagina, atau bahkan pada mata.

Jumlah luka dapat bervariasi, mulai dari satu hingga beberapa ribu. Beberapa orang mungkin mengalami peradangan di dalam rektum yang bisa menyebabkan nyeri hebat, serta peradangan pada alat kelamin yang dapat menyulitkan buang air kecil.

Selain itu, Mpox dapat menular melalui kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi, benda-benda yang terkontaminasi, atau hewan yang terinfeksi. Selama kehamilan, virus ini juga bisa ditularkan ke janin, atau ke bayi saat lahir atau setelahnya.

WHO menegaskan, penanganan Mpox difokuskan pada perawatan suportif untuk gejala seperti nyeri dan demam, dengan perhatian khusus pada nutrisi, hidrasi, perawatan kulit, pencegahan infeksi sekunder, serta pengobatan koinfeksi, termasuk HIV jika ada.

Terkait itu, dr Jimi Wihono, praktisi kesehatan Klinik Hidup Baru Medan mengatakan ada sejumlah langkah-langkah tertentu dapat membantu meringankan gejala dan mencegah penularan penyakit ini kepada orang lain.

Menurutnya, menjaga kebersihan dan mengisolasi diri adalah kunci untuk menghindari penularan Mpox. Ia menekankan pentingnya untuk segera berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan ketika gejala muncul.

“Pasien sebaiknya menghubungi tenaga medis dan mematuhi panduan perawatan yang diberikan. Ini bisa sangat membantu mempercepat pemulihan serta mencegah penyebaran virus,” jelasnya, di Klinik Hidup Baru di Jalan Gaharu No. 12, Medan belum lama ini.

Jika seseorang terinfeksi dan dalam masa penyembuhan, pasien dianjurkan untuk tetap berada di rumah dan, jika memungkinkan, berada di ruangan yang memiliki ventilasi baik. Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan hand sanitizer, terutama sebelum dan sesudah menyentuh luka, merupakan tindakan pencegahan yang penting.

“Menjaga kebersihan tangan adalah cara paling efektif untuk mencegah infeksi menyebar ke bagian tubuh lain atau ke orang lain,” tambah dr Jimi.

Selain itu, memakai masker dan menutupi lesi (ruam atau luka pada kulit) ketika berada di sekitar orang lain juga dapat mengurangi risiko penularan.

"Masker tidak hanya membantu mencegah penyebaran melalui udara, tetapi juga melindungi luka terbuka dari paparan bakteri yang bisa memperburuk kondisi," ujar dr Jimi.

Pasien juga disarankan untuk menjaga kulit tetap kering dan tidak tertutup, kecuali jika berada di sekitar orang lain. Hindari menyentuh benda-benda di ruang bersama, dan bersihkan area yang sering disentuh secara berkala untuk mencegah penyebaran virus.

Ia menambahkan, perawatan gejala Mpox juga bisa dilakukan di rumah dengan beberapa langkah sederhana. Berkumur dengan air garam untuk luka di mulut dan mandi dengan air hangat yang dicampur soda kue atau garam Epsom untuk mengobati luka pada tubuh dapat membantu mempercepat penyembuhan. Penggunaan obat pereda nyeri seperti paracetamol atau ibuprofen juga disarankan untuk meredakan rasa tidak nyaman.

Namun, dr Jimi mengingatkan agar pasien tidak memecahkan lepuhan atau menggaruk luka.

“Tindakan ini tidak hanya memperlambat penyembuhan, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi lebih lanjut dan menyebarkan ruam ke bagian tubuh lain,” jelasnya.

Selain itu, ia juga menyarankan agar tidak mencukur bagian tubuh yang terkena luka sampai luka tersebut benar-benar sembuh, sebab mencukur pada bagian yang masih terluka, bisa menyebarkan ruam ke area lain.

Isolasi di rumah sangat dianjurkan selama periode infeksi, mulai dari munculnya gejala hingga lesi sembuh total dan keropeng terlepas. Mengenakan masker yang pas dan menutupi lesi saat berada di sekitar orang lain juga dapat mencegah penyebaran virus lebih lanjut.

“Penggunaan kondom selama hubungan seksual memang dapat mengurangi risiko tertular Mpox, tetapi tidak akan sepenuhnya mencegah penularan yang terjadi melalui kontak kulit-ke-kulit atau mulut-ke-kulit,” tambahnya.

Bagi mereka yang telah kontak dengan seseorang yang terinfeksi Mpox, sangat penting untuk memantau tanda-tanda dan gejala selama 21 hari (3 minggu). Selama periode ini, disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan, termasuk menghindari aktivitas seksual.

Secara keseluruhan, menjaga kebersihan, isolasi mandiri, dan penggunaan APD bagi tenaga medis merupakan kunci dalam mengurangi penyebaran Mpox.

“Sebagai praktisi kesehatan dan tenaga medis, kami terus mengedukasi pasien dan masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengobatan dini. Dengan tindakan yang tepat, kita bisa mengurangi dampak mpox di masyarakat,” pungkas dr Jimi.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi