Menguatkan Numerasi Anak di Kabupaten Karo: Guru Kreatif, Anak Jadi Cerdas

Menguatkan Numerasi Anak di Kabupaten Karo: Guru Kreatif, Anak Jadi Cerdas
Menguatkan Numerasi Anak di Kabupaten Karo: Guru Kreatif, Anak Jadi Cerdas (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Karo - Delapan kelompok guru SD dan MI berkumpul, menyatukan pikiran, bukan sekadar untuk mendidik, melainkan membangun fondasi masa depan melalui penguatan numerasi. Tak seperti pertemuan formal yang kaku, kegiatan 'Sosialisasi penguatan numerasi melalui sarana lingkungan fisik dan sosial afektif di SD/MI Kabupaten Karo' ini melintasi lanskap sosial dan fisik, menghidupkan ruang kelas dengan kreasi media ajar yang unik dan interaktif.

Hadir di tengah sosialisasi ini adalah Hari Sucipto, sosok yang tak asing lagi bagi guru-guru di Kabupaten Karo. Sejak 2018, ia bukan hanya dikenal sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah Alkaromah Berastagi, tetapi juga sebagai fasilitator daerah (Fasda) yang dipercaya Tanoto Foundation untuk mendampingi guru-guru dalam menguatkan pendidikan dasar, terutama di bidang numerasi.

“Sosialisasi kali ini adalah rangkaian ketiga. Yang pertama kami adakan di akhir Agustus, dan yang kedua di awal September melalui Zoom,” ujar Hari, belum lama ini.

Dalam suasana hangat, ia berbagi cerita tentang bagaimana para guru menyusun media ajar berbasis numerasi. “Kali ini, bapak ibu guru peserta akan membuat bahan ajar yang tidak hanya untuk pelajaran matematika, tetapi dikombinasikan dengan pelajaran lain," ungkapnya.

Tak hanya bicara teori, Hari menunjukkan bagaimana dalam pertemuan ini, media ajar dirancang sedemikian rupa untuk menyatu dengan realitas lingkungan peserta didik. Ruang kelas bukan lagi sekadar tempat belajar hitungan, tetapi menjadi wahana eksplorasi lingkungan fisik dan sosial yang akrab bagi anak-anak.

Di tengah perbincangan, Agam Achmad Giffary, seorang guru yang penuh semangat, maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kreasi kelompoknya. Mereka menciptakan menu dalam bahasa Inggris yang disertai dengan harga setiap item, sebuah bentuk pembelajaran numerasi yang hidup dalam kehidupan sehari-hari.

“Kelompok kami menyusun media pembelajaran yang berbasis pada keseharian anak-anak,” jelas Agam. “Melalui media ini, anak-anak akan belajar menghitung sambil memahami konsep harga dalam bahasa Inggris. Numerasi bukan hanya soal hitung-hitungan, tapi bagaimana angka berbicara dalam kehidupan.”

Setiap kelompok, yang terdiri dari lima hingga enam guru, berasal dari berbagai sekolah. Salah satunya adalah Regu Matahari, gabungan dari Madrasah Ibtidaiyah Alkaromah dan SD 0404 59 Berastagi. Mereka bekerja sama merancang media pembelajaran yang nantinya akan dipraktikkan terlebih dahulu sebelum diterapkan di kelas masing-masing.

Hari Sucipto menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar latihan membuat bahan ajar. “Kami tidak hanya membuat media pembelajaran di sini, tetapi juga akan melakukan simulasi pengajaran. Bapak ibu guru akan memainkan peran sebagai murid dan guru, agar mereka dapat merasakan sendiri bagaimana media ini akan berfungsi di dalam kelas," terangnya.

Suasana kerja sama ini mencerminkan komitmen para guru untuk membawa perubahan di kelas masing-masing. Mereka tidak hanya menyampaikan materi, tetapi membentuk lingkungan belajar yang interaktif, di mana siswa bisa merasakan manfaat langsung dari apa yang mereka pelajari.

“Penguatan numerasi ini tidak hanya untuk pelajaran matematika,” tambah Hari di akhir sesi.

“Ini adalah upaya untuk membentuk pola pikir numerik yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, di mana siswa tidak hanya belajar menghitung, tetapi memahami bagaimana angka-angka tersebut hadir dalam kehidupan nyata," bebernya.

Melalui sosialisasi ini, terlihat betapa pentingnya lingkungan fisik dan sosial dalam membantu anak-anak memahami konsep numerasi. Dari makanan di meja makan hingga harga barang di toko, angka-angka berbicara dalam setiap aspek kehidupan, dan para guru di Kabupaten Karo siap membawa pemahaman itu ke ruang kelas mereka.

Implementasi

Media & Communications Coordinator Tanoto Foundation, Mutazar menuturkan, pendampingan sekolah merupakan inisiatif yang dikembangkan oleh Tanoto Foundation, yang bertujuan untuk mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), khususnya dalam meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi.

Program yang diusulkan memberikan hibah kepada fasilitator kabupaten terpilih untuk solusi inovatif, kontekstual, dan berkelanjutan yang mereka usulkan untuk masalah-masalah yang menghambat hasil literasi dan numerasi.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 61 % siswa yang memenuhi kompetensi minimum dalam literasi dan 41% dalam numerasi. Hal ini menjadi tantangan dan peluang, termasuk di kabupaten mitra. Tahun 2024 ini, Tanoto Foundation berharap dapat memperkuat program fasilitatornya dengan berfokus pada kompetensi literasi dan numerasi serta mendorong strategi keberlanjutan melalui kolaborasi dengan para pemangku kepentingan lokal. Targetnya 120 fasilitator untuk berpartisipasi dan 2.500 pendidik yang dijangkau melalui implementasi proyek," bebernya.

Sisi lain, guru memegang peranan penting untuk memastikan kualitas pembelajaran. Menurut Rapor Pendidikan, kemampuan guru (misalnya dalam pengelolaan kelas, metode pembelajaran, refleksi, dan menciptakan inovasi) adalah komponen utama yang mendukung hasil belajar siswa.

Para fasilitator guru ini telah menunjukkan kualitas, komitmen, dan menjadi pendorong utama untuk pembelajaran yang berkualitas sehingga sangat penting untuk terus meningkatkan kapasitas mereka sehingga mereka dapat menyebarluaskan praktik-praktik yang baik dalam pengajaran dan pembelajaran serta berkontribusi kepada komunitas mereka.

Tujuan akhir tentu untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka melalui program pendampingan yang lebih baik untuk meningkatkan hasil literasi dan numerasi. "Memperkuat kapasitas fasilitator kabupaten sebagai champion lokal sehingga mereka dapat menyebarluaskan praktik-praktik baik dalam pengajaran dan pembelajaran untuk membantu meningkatkan kompetensi siswa di bidang literasi dan numerasi. Mendorong solusi inovatif untuk meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi yang sesuai dengan konteks lokal," pungkas Mutazar.

Sosialisasi ini bukan hanya soal teori pendidikan, tetapi tentang bagaimana angka dapat menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda di Kabupaten Karo. Numerasi, melalui sentuhan lingkungan fisik dan sosial yang akrab, menjadi lebih dari sekadar pelajaran di kelas. Ini adalah cara untuk memahami dunia, satu angka pada satu waktu.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi