“Mengingat mayoritas aktivitas penduduk bersandar pada pertanian, maka ketersediaan jalan merupakan syarat mutlak guna kelancaran agribisnis,” kata Jogi di Sidikalang, Kamis (3/10).

Mau sebagus apapun produksi pertanian, kata Jogi, kalau jalan rusak, keuntungan diterima petani dipastikan tidak sepadan. Mengapa? Cost transportasi terlalu tinggi. Jika akses parah, modal usaha tani akan membengkak. Nah, bagaimana pula bila harga lagi terpuruk?

“Kalau mau bicara agribisnis, ngomong peningkatan perekonomian masyarakat, benahi dulu jalannya. Jalan dan drainase mulus adalah kunci sukses usaha tani. Kelancaran pemasaran sangat ditentukan kualitas infrastruktur,” kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) itu.

Menurut Jogi, fasilitas jalan menyentuh berbagai aspek. Hubungan dengan pendidikan, bagaimana nyaman bersekolah kalau lintasannya berkubang.

Tarif angkot akan naik bahkan kendaraan umum mungkin tak mau lewat. Diskusi pengembangan parawisata,tak bisa lepas dari kelayakan jalan.

Pengusaha ini menandaskan, fasilitas umum dimaksud rusak parah di 15 kecamatan. Kalau terpilih, tahun pertama kepemimpinan, ketersediaan jalan dalam bentuk layak dipastikan direalisasi.

“Tahun pertama, jalan layak harus tersedia. Caranya? Dinas Pekerjaan Umum diberi tugas secara swakelola untuk membenahi. Organisasi tersebut memiliki banyak alat berat dan personel. Pemerintah akan membeli batu berupa galian C. Tahun pertama masih pemerataan agar layak pakai di semua jalur. Tahun kedua baru masuk ke pengaspalan. Anggaran Rp6 millar per tahun bisa dipakai mengaspal 100 kilometer. Penanganan dilakukan berkesinambungan,” kata Jogi.

Jangan mimpi masyarakat bangga kepada pemerintah kalau dimana-mana jalan berlobang-lobang. Selanjutnya, fasilitas bagus menjadi awal kepercayaan rakyat dan pemerintahan di tingkat lebih tinggi. Dan, itu adalah bagian dari wujud pelayanan publik.

“Jalan mantap, kesejahteraan masyarakat meningkat,” tandas Jogi.

(SSR/RZD)