Masyarakat Terlayani, Gas Tersalurkan dan Percepat Penetrasi ke CNG

Masyarakat Terlayani, Gas Tersalurkan dan Percepat Penetrasi ke CNG
Dua orang petugas di Gas Management System (GMS) PT PGN SOR I saat memantau tekanan gas pada layar penyaluran gas di wilayah Sumatera (Analisa/qodrat al qadri)

Analisadaily.com, Medan - Di balik setiap aliran gas yang mengalir ke rumah dan industri, ada sosok yang tak pernah kenal lelah. Mereka adalah pahlawan energi yang memantau penyaluran gas dengan dedikasi tinggi, memastikan bahwa setiap pelanggan mendapatkan pasokan yang aman dan tepat waktu.

Di ruangan berukuran lebih kurang 4x8 meter tersebut, dua petugas Gas Management System (GMS) PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Sales Operation Region (SOR) 1 terlihat sedang fokus memantau penyaluran gas se-Sumatera.

Keduanya lelaki muda berusia sekitar 30 tahunan. Mereka adalah Affansa Ikhwan Bima Wijaya atau lebih akrab disapa Bima. Ia bertindak sebagai Network Supervisor di GMS. Sementara satunya lagi adalah Ezra bertindak sebagai Network Operator.

Keduanya duduk di depan layar besar yang menampilkan data real-time mengenai tekanan gas di berbagai titik distribusi di Sumatera.

Dengan tampilan grafis yang jelas, Bima dan Ezra dapat melihat tekanan gas di setiap pipa dan stasiun distribusi. Indikator warna memberikan informasi cepat tentang status normal, waspada, atau kritis, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan segera jika diperlukan. Terlebih jika suatu kondisi mengalami unplend.

Data yang dikumpulkan tidak hanya ditampilkan, tetapi juga dianalisis. Bima dan Ezra menggunakan alat analisis untuk mendeteksi pola dan tren, membantu mereka mengidentifikasi potensi masalah sebelum menjadi krisis. Mereka mencatat setiap fluktuasi tekanan, yang bisa menandakan kebocoran atau gangguan lainnya.

“Kebetulan ini shift siang. Kalau shift malam, nanti operatornya buat laporan penyaluran gas per hari itu. Nanti di update dan sudah terintegrasi di SIPGAS,” ujar Bima, petugas yang sudah lima tahun ini bekerja paruh waktu di GMS, Rabu (23/10/2024).

Affansa Ikhwan Bima Wijaya, petugas GMS di SOR I saat melakukan komunikasi di ruang GMS (analisadaily/qodrat al qadri)
Bagi lelaki lulusan Teknik Mesin UGM tersebut, menjadi petugas GMS adalah tantangan. Tantangan menghilangkan rasa kantuk jika bekerja dini hari dan tantangan harus jauh dari anak dan istri. Terlebih lagi saat libur Lebaran. Mereka tak pernah kenal kata libur. Di saat hari-hari libur besar, mereka harus bisa memastikan bahwa seluruh pelanggan PGN di Pulau Sumatera bisa tetap mendapatkan penyaluran gas PGN.

“Tantangan ini yang menjadi kenikmatan. Orang libur kita tetap bekerja. Tapi dari situ saya mendapat kenikmatan, gas yang kita awasi bisa dipakai seluruh pelanggan kita,” ujar pria kelahiran 13 Mei 1996 tersebut.

Kenikmatan yang sama juga dirasakan Ezra. Ia bangga bisa terlibat dan menjadi petugas GMS. Mengawasi penyaluran gas se Pulau Sumatera dengan total Pipeline SOR I sepanjang 5274 km bukanlah hal yang mudah. Menjaga agar pelanggan tidak mengeluh dan tidak sulit mendapatkan gas juga merupakan suatu tantangan baginya.

Sebagai tim pemantau, ia selalu berkolaborasi dengan tim lapangan. Mereka meneruskan informasi penting dan memberikan instruksi yang diperlukan untuk memastikan distribusi gas yang aman dan efisien. Kerja sama ini krusial dalam menjaga keandalan pasokan gas ke konsumen.

Saat melihat adanya penurunan tekanan yang mencurigakan, kata Ezra, maka harus dilakukan langkah-langkah pencegahan. “Dengan safety, Alhamdulilah selama ini semuanya berjalan dengan lancar,” katanya.

Distribusi Gas

Dengan dedikasi dan keahliannya, Bima dan Ezra berperan penting dalam memastikan bahwa energi merupakan hal vital yang harus disalurkan dengan aman. Dari sinilah energi ini akan dinikmati oleh masyarakat.

Untuk wilayah SOR I saat ini jumlah pelanggannya telah mencapai132.805 pelanggan yang terdiri dari jumlah pelanggan industri dan komersial 444 pelanggan dengan kebutuhan gas berjumlah 134,55 british thermal unit per day (BBtud), kemudian pelanggan kecil 749 pelanggan dengan kebutuhan 0,33 BBtud dan pelanggan rumah tangga sekitar 131,615 pelanggan dengan kebutuhan 1,72 BBtud. Secara keseluruhan untuk SOR I, kebutuhan gasnya berjumlah 136.59 BBtud. Sementara jumlah pasokan gas sampai dengan Agustus 2024 berjumlah 137,62 BBtud. Artinya PGN memastikan bahwa suplai gas ke seluruh daerah di Sumatera telah tercukupi dan terpenuhi ke masyarakat. Termasuk di Area Medan,

Untuk PGN Area Medan, saat ini jumlah pelanggannya sudah lebih dari 47.000 pelanggan yang juga terdiri dari pelanggan industri dan komersial, pelanggan kecil dan pelanggan rumah tangga, termasuk di dalamnya adalah Aida Simatupang, warga Medan Helvetia yang sudah menjadi pelanggan PGN Area Medan selama 20 tahunan. Aida sangat merasakan bahwa gas ini adalah kebutuhan utamanya.

Dengan berlangganan di PGN, banyak kemudahan yang ia dapatkan. “Saya langganan itu mulai dari PGN masuk sampai sekarang,” ujar ibu dari tiga orang anak tersebut.

Sebelum berlangganan gas dari PGN, Aida sempat memakai LPG 12 kg. Namun menurutnya memakai gas PGN lebih murah dibandingkan jika mereka memakai LPG 12 kg. Sekarang untuk pengeluaran gas berlangganan, ia hanya mengeluarkan uang sekitar Rp135 ribu per bulan.

“Kalau sebelumnya itu bisa lebih murah lagi. Bisa Rp75 ribu saja sebulan. Saya gak repot dan berat lagi ngangkat-ngangkat tabung. Apalagi mayoritas penghuni rumah kami perempuan yang malas ngangkat tabung. Tambah lagi gas nya gak pernah habis saat kita lagi masak. Intinya lebih cepat, efisien, dan lebih aman,” kata perempuan berdarah Batak tersebut.

Selain pasokan gas yang selalu tersedia, jarang sekali ia mengalami kendala. Kalau pun ada, itu diberi tahu jauh hari oleh petugas. Bahkan kalau ada kendala ia tinggal menghubungi call center. Kemudahan-kemudahan ini juga yang dirasakan para pelanggan PGN yang merupakan industri dan komersial seperti PT PLN Persero dan lain sebagainya.

Area Head PGN Area Medan, Agus Muhammad Mirza mengatakan bahwa PGN terus berkomitmen dalam memastikan kehandalan distribusi gas ke seluruh pelanggan. Untuk menjaga kehandalan itu, PGN secara rutin melakukan pemeliharaan, patroli jaringan setiap hari serta menyiapkan tim penanganan gangguan yang bertugas 24 jam.

Untuk monitoring penyaluran gas di offtake station dan jaringan pipa, PGN menggunakan System Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) sebagai teknologi canggih. Alat ini berfungsi untuk mendata seluruh pemakaian dan penyaluran gas kepada pelanggan dan dapat dimonitor setiap saat.

Meski sudah melakukan pemerliharaan, patroli 24 jam dan menggunakan teknologi yang canggih, kendala-kendala masih tetap dihadapi. Yang paling sering kata Mirza adalah adanya aktivitas pihak ketiga yang terkadang melakukan kegiatan di sekitar jaringan pipa tanpa melakukan koordinasi sehingga bisa mengakibatkan kebocoran pada jaringan pipa distribusi. Untuk mengatasi ini, tim patroli mereka nantinya mengidentifikasi kegiatan-kegiatan eksternal sehingga dapat ditindaklanjuti dengan koordinasi agar saat melakukan pekerjaan mereka tidak mengganggu atau merusak jaringan pipa.

Sementara dalam hal mengurangi kebocoran, PGN selalu melakukan perawatan pipa dengan cara melakukan proteksi katodik, anoda korban, leak survey (survei kebocoran) dan patroli jaringan yang dilakukan secara rutin dan terjadwal. Bukan hanya itu, PGN sampai saat ini juga rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya segmen pelanggan rumah tangga dikarenakan adanya program penyambungan gas untuk rumah tangga di beberapa tempat di Kota Medan.

“Dari program ini pelanggan kita semakin teredukasi. Dan kita berharap semakin teredukasi, maka hal-hal dan kendala teknis dalam penyaluran gas tidak terjadi,” harapnya.

Sementara untuk para petugas-petugas mereka yang berjibaku 24 jam dalam menyalurkan gas sampai ke pelanggan, PGN secara ketenagakerjaan kata Mirza akan memberikan hak-hak remunerasi wajib kepada pekerjanya dan menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh petugas GMS sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya mereka merasa aman dan nyaman. Para pekerja juga diberikan penghargaan sesuai ketentuan yang ada di perusahaan. “Dan kami memang tidak lupa terhadap jasa para pahlawan-pahlawan energi ini,” katanya.

Percepatan Bisnis

Saat ditanya sektor bisnis PGN ke depan, Mirza mengungkapkan, seperti yang diketahui bahwa gas alam merupakan energi fossil yang akan habis sesuai dengan usia sumur. Atas dasar itulah, PGN katanya terus melakukan percepatan dan berkomiten untuk mencari sumber pasok lain demi memenuhi kebutuhan gas di daerah ini dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menyiapkan Liquified Natural Gas (LNG) yang diambil dari berbagai sumber yang ada.

Dalam mendukung pertumbuhan sektor industri, PGN ke depan juga menyiapkan energi yang ramah lingkungan, efektif dan efisien sehingga sektor industri merasakan manfaat yang positif untuk usahanya, khususnya dari sisi energi yang diperlukan.

Terkait rencana jangka panjang PGN dalam menjaga kehandalan dan ketersediaan energi gas di Sumatera Bagian Utara, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pergeseran ke energi terbarukan, maka PGN akan terus berusaha untuk mencari sumber pasok baru, baik itu berupa gas alam pipa, LNG maupun Biomethane (gas yang berasal dari Palm Oil Mill Effluent/POME) yang diharapkan ke depan akan menjadi alternatif energi dari tumbuhan sawit. Apalagi seperti diketahui bahwa Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau yang memiliki kebun sawit yang begitu luas. Dengan luasnya ini, PGN bisa berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan kebun sawit untuk menghasilkan sumber energi baru ke depan.

Stasiun CNG

Dalam hal penetrasi pasar ke depan, akan dilakukan sinergi PGN Group di mana PGN SOR I dan PT Gagas Energi Indonesia akan berkolaborasi. Kolaborasi yang pertama akan dilakukan di Batam dan Lampung terkait penyaluran gas SPBG dan join marketing pemasaran CNG. Kemudian join marketing pemasaran CNG di Palembang. Join pengembangan BioCNG di Pekanbaru dan yang terpenting dalam waktu dekat ini, PGN juga akan membangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) di Kota Medan.

“Dengan adanya stasiun ini, PGN melalui anak usahanya yakni PT Gagas dapat melayani pelanggan yang belum terjangkau / ada jaringan pipa, karena produk CNG ini dapat dimobilisasi dengan angkutan sehingga memudahkan dalam pendistribusiannya,” ujar Mirza.

Seperti diketahui bahwa proses penyediaan lahan di Medan rencananya akan memanfaatkan lahan PGN di Stasiun Simpang Kantor. Stasiun ini juga ditargetkan beroperasi pada 2025 mendatang. Untuk potensi pasar penjualan CNG di wilayah Sumatera Bagian Utara juga cukup besar yakni sebesar 4,48 BButd sejumlah 82 potensi dan Riau-Sumatera Barat (Sumbar) sebesar 9,04 BBtud atau sejumlah 34 potensi.

“Investasi untuk pembangunan stasiun CNG ini lebih kurang Rp30 miliar dengan kapasitas 1 Million Standard Cubic Feet per Day MMSCFD,” ujar Director of Commerce and Operation PT Gagas Energi Indonesia, Dian Kuncoro.

Dian mengatakan bahwa asal gas yang akan diolah menjadi CNG nantinya berasal dari PT PGN. Medan dipilih menjadi salah satu daerah yang akan dibangun stasiun sebagai upaya untuk membantu Sub Holding Gas PT Pertamina dalam penetrasi market di Medan. “Intinya CNG ini menjadi pilihan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk dapat menggunakan gas,” ujarnya.

Hadirnya rencana stasiun CNG ini juga disambut baik Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut, Firsal Dida Mutyara. Menurutnya, berbicara masalah distribusi gas di Sumut, ia ingat sekitar tahun 90-an akhir. Saat itu ia ikut orangtuanya ke beberapa pabrik yang berlokasi di Tanjung Morawa. Saat itu mereka mengalami permasalahan energi yakni gasnya kurang. Kemudian industri karet juga jauh lebih parah. Banyak pabrik-pabrik industri karet yang tidak kompetitif dan gulung tikar akibat kurangnya pasokan gas saat itu.

“Jadi rencana kehadiran stasiun CNG ini bagi kami adalah solusi, karana sudah adanya improvment Adanya ketersediaan penambahan infrastruktur, baik itu di industri maupun di Horeca,” kata Dida.

Meskipun saat ini jumlah gas untuk industri sudah tercukupi, paling tidak dengan hadirnya CNG semakin banyak memberikan pilihan kepada industri dalam menggunakan gas. Ia berharap ke depan, jika stasiun CNG ini sudah terealisasi, maka ketersediannya harus tetap terjadi. “Karena inilah yang nantinya memudahkan industri,’ ujarnya.

(WITA/NS/BR)

Baca Juga

Rekomendasi