Cabup Deliserdang nomor urut 01, Sofyan Nasution saat sosialisasi ke warga di Desa Beringin Dusun Sepakat, Kamis (31/10/2024). (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Deliserdang - Generasi muda Deli Serdang yang merupakan anak yang orantuanya petani ataupun anak muda yang punya pengalaman dalam hal bertani sangat bisa menjadi kandidat/penerima beasiswa dari program 1.000 beasiswa yang diusung Pasangan Calon Bupati - Calon Wakil Bupati Deli Serdang, Sofyan Nasution, SE - Junaidi Parapat, SE (Paslon SANDI).
Hal ini disampaikan Cabup Deli Serdang, Sofyan Nasution menanggapi pertanyaan warga terkait salah satu program unggulan SANDI, yakni pemberian 1.000 beasiswa S1.
"Bagaimana bapak bisa menjamin program beasiswa itu, bisa tepat sasaran?," ujar salah satu warga Dusun Sepakat Desa Beringin, Kamis (31/10/2024).
Sofyan menjelaskan bahwa, calon penerima program beasiswa tersebut tidak terbatas dari ranking atau nilai akademik. Karena, prestasi dalam hal bertani juga bisa menjadi faktor pertimbangan untuk calon penerima beasiswa.
“Prestasinya misalnya, sering ikut lomba masak. Atau suka ikut lomba-lomba di olahraga, itupun masuk prestasi. Misalnya juga, dia ikut kelompok tani, kemudian dia ikut program S1 pertanian. Seleksinya, kirim langsung di online, anak-anak upload, gambar-gambar sertifikat prestasinya. Berlaku untuk orangtuanya masih tergolong mampu, ataupun tidak mampu. Prestasi akademik dan non akademik dipertimbangkan. Misalnya, anaknya suka menulis, punya blog, punya buku sendiri, itu pun juga prestasi,” bebernya.
Prestasi tersebut, lanjutnya, bukan hanya dinilai secara akademik, tetapi juga non akademik.
“Jadi patokannya bukan hanya akademiknya, bukan cuma saya juara 1, juara ini, juara itu, bukan itu. Tetapi, prestasi, yakni akademik dan non akademik. Prestasi non akademik misalnya Hafiz Quran, juara MTQ, juara lomba memasak dan dia bisa membuktikan ada dapat piala dan penghargaan, berikan dokumentasinya, upload. Jago menulis, ada bukunya, rajin menulis di blog, rajin menulis di internet, rajin menulis di media. Itu pun bisa,” ujarnya.
Jadi, penerima nanti, sebutnya, tidak dilihat dari sisi ekonominya. “Kalau dia punya prestasi misalnya punya kelompok tani sendiri, misalnya dia bertanam jamur. Itu juga merupakan satu prestasi, jadi pertimbangan kita. Dia pengen kuliah pertanian, karena dia usaha pertanian, maka kita kuliahkan.
Penjaringan nantinya, lanjutnya, dilakukan dalam sistem online jadi bisa terhindar dari ‘titipan’ ataupun ‘orang dalam’ dan sejenisnya. "Sistem penjaringan pemberian beasiswa ini, tidak melalui rekomendasi kepala desa, kepala dusun dan semacamnya. Karena saya berpikir, nanti kalau begitu, akan ada orang dalam. Jadi, sistem penjaringannya online,” tambahnya.
(REL/BR)