Analisadaily.com, Medan - Setiap tahun, pada tanggal 21 November, dunia memperingati Hari Pohon Sedunia sebagai bentuk apresiasi terhadap pentingnya pohon bagi kehidupan manusia dan planet ini.
Peringatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran akan peran vital pohon dalam menjaga keseimbangan ekosistem, serta mendorong upaya konservasi dan penghijauan.
Bagi Indonesia, yang memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, perayaan ini menjadi momentum yang sangat penting untuk mengingatkan kita akan tanggung jawab besar dalam menjaga keberlanjutan hutan.
Peran Pohon dalam Ekosistem
Pohon memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Selain sebagai sumber oksigen yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, pohon juga berfungsi sebagai penyangga bumi dari perubahan iklim. Mereka menyerap karbon dioksida (CO2) yang merupakan gas rumah kaca penyebab pemanasan global.
Selain itu, akar pohon berfungsi untuk menahan erosi tanah, sementara daun-daunnya menyaring udara, menjaga kelembapan tanah, dan menyediakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna.
Namun, meski begitu banyak manfaatnya, pohon dan hutan kini menghadapi ancaman serius. Deforestasi yang terus berlangsung, baik untuk kepentingan komersial seperti perkebunan kelapa sawit dan pertambangan, telah mengurangi luas hutan di Indonesia dan dunia.
Kerusakan hutan ini tidak hanya merugikan dari segi lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hutan untuk hidup.
Tantangan yang Dihadapi oleh Hutan di Indonesia
Indonesia, dengan kekayaan alam yang melimpah, adalah rumah bagi salah satu hutan tropis yang paling biodiversitas di dunia. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia menghadapi tantangan besar terkait pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Penyebab utama kerusakan hutan di Indonesia adalah deforestasi yang didorong oleh perluasan lahan pertanian, terutama untuk kelapa sawit, serta konversi lahan untuk industri ekstraktif, seperti penambangan batu bara.
Selain itu, kebakaran hutan yang sering terjadi, terutama di Sumatra dan Kalimantan, juga memberikan dampak yang sangat merusak, baik terhadap kualitas udara, kesehatan masyarakat, hingga kerugian ekosistem yang sulit dipulihkan.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia kehilangan sekitar 1,1 juta hektare hutan per tahun. Angka ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat peran hutan yang sangat krusial dalam mitigasi perubahan iklim dan kelangsungan hidup manusia.
Pada peringatan Hari Pohon Sedunia tahun ini, Hendrawan Hasibuan, Ketua Serikat Hijau Indonesia (SHI), yang juga Koordinator Jaringan Advokasi Masyarakat Marjinal (JAMM), menyampaikan komentar penting tentang urgensi perlindungan dan pelestarian hutan di Indonesia.
Menurut Hendrawan, saat ini adalah waktu yang tepat bagi masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta untuk bersatu dalam mengatasi masalah kerusakan hutan yang semakin parah.
“Indonesia adalah negara dengan hutan tropis yang kaya, namun hutan kita terus menghadapi ancaman yang sangat serius. Sebagai Ketua SHI, saya ingin mengingatkan bahwa setiap pohon yang hilang, bukan hanya berpengaruh pada keberagaman hayati, tetapi juga pada kehidupan masyarakat yang bergantung pada hutan,” ujar Hendrawan, Kamis (21/11).
Hendrawan menegaskan bahwa keberhasilan dalam melestarikan hutan membutuhkan kerjasama yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Menurutnya, perlu adanya upaya serius untuk memperbaiki kebijakan dan pengawasan terkait penggunaan lahan serta penegakan hukum terhadap pelaku perusakan hutan.
SHI sendiri, yang merupakan organisasi masyarakat sipil yang peduli terhadap isu-isu kehutanan, terus mendorong penerapan prinsip-prinsip pengelolaan hutan yang berbasis pada keberlanjutan.
“Keberlanjutan hutan hanya bisa tercapai jika kita mulai mengubah cara kita melihat dan mengelola hutan. Kita harus mengedepankan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hutan dengan tetap menjaga kelestariannya. Salah satu solusinya adalah melalui pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang lebih inklusif dan berbasis pada hak-hak masyarakat adat,” tambah Hendrawan.
Pentingnya Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
Salah satu hal yang sering ditekankan oleh Hendrawan Hasibuan adalah pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara langsung. Banyak komunitas di daerah-daerah terpencil yang sudah lama menjaga kelestarian hutan.
Masyarakat adat atau lokal, misalnya, telah lama menerapkan sistem pengelolaan hutan yang berkelanjutan sesuai dengan kearifan lokal mereka. Hal ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menjadi bagian dari solusi dalam menjaga kelestarian hutan.
“Masyarakat adat dan komunitas lokal harus dilibatkan dalam setiap kebijakan yang berkaitan dengan hutan. Mereka adalah penjaga hutan yang sesungguhnya. Dengan memperkuat hak akses masyarakat terhadap hutan, kita tidak hanya menjaga hutan, tetapi juga memberdayakan mereka untuk menjadi garda terdepan dalam konservasi,” tandas Hendrawan.
Kesimpulan
Hari Pohon Sedunia adalah momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan kembali bagaimana kita memperlakukan alam, khususnya hutan dan pohon.
Seperti yang dikatakan oleh Hendrawan Hasibuan, pelestarian hutan bukan hanya tentang melindungi pohon, tetapi juga tentang melindungi masa depan kita.
Semua pihak harus terlibat dalam menjaga kelestarian hutan, baik itu pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta. Hutan bukanlah milik kita, melainkan warisan untuk generasi mendatang, dan kita semua bertanggung jawab untuk menjaganya.