Kris Nainggolan memperlihatkan aplikasi lapor TB (Analisadaily/Zulnaidi)
Analisadaily.com, Medan - Paralegal Organisasi Penyintas TBC Pejuang Sehat Bermanfaat (Pesat) Sumut, Kris Nainggolan mengharapkan dinas pendidikan untuk melakukan skrining Tuberkulosis di sekolah sekolah. Hal ini untuk meningkatkan capaian eliminasi TB.
Demikian disampaikan Kris di sela acara penguatan jejaring organisasi masyarakat sipil (OMS) dan Lintas Sektor untuk mendukung eliminasi TBC di Hermes Palace, Senin (2/12).
Sebagai paralegal, Kris menyebutkan, tahun ini ada enam kasus diselesaikan. Diselesaikan dengan mediasi tak sampai ke ranah hukum. Walaupun tetap di bawah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) kalau memang harus ke ranah hukum minta pendapat LBH.
Salah satu kasus, anak sekolah. Dia terimakasih kena TBC. Anak tersebut kelas tiga atau di semester akhir SMK. Tinggal UN. Namun secara sepihak dikasih dua pilihan sama pihak sekolah. Yakni, lanjut tahun depan setelah sembuh atau dipindah ke sekolah lain.
Karena anak lapor ke aplikasi pengaduan aplikasi lapor TBC ada di Play store. Laporan anak itu diterima admin POP TB Indonesia. Kemudian dilanjutkan informasi ke Medan.
"Langkah pertama, kita kroscek ke sekolah dan mediasi. Sekolah kekeh dengan solusi mereka. Kita pergi ke Dinkes Medan minta pendapat dr Pocut Kabid P2PM dan disarankan ke Dinkes Provinsi Kabi P2P Novita Saragih," jelasnya.
Dinkes Sumut memberi dukungan mereka akan membantu dan ikut berjuang untuk anak. Disarankan selesai di Dinas Pendidikan Provinsi Sumut. Akhirnya diadakan pertemuan di dinas pendidikan provinsi dan dihadirkan pihak sekolah.
Saat itu, hadir Kris Nainggolan sebagai paralegal dan Manajer Kasus SR YMMA (Yayasan Mentari Meraki Asa) dan Dinas Kesehatan Medan Dr Pocut dan Kabid P2PM dan jajaran dan dinas pendidikan provinsi dan sekolah.
Kris mengungkapkan, terjadi diskusi serius. Mereka tetap dengan permintaan sekolah seperti itu. Dr Pocut mengedukasi dan ditambah Novita memberikan edukasi. Akhirnya mau memberikan solusi.
Setelah dua hari pertemuan jawaban sekolah disuruh hadir orangtuanya, solusi yang terbaik dari edukasi Dinkes. Anak diizinkan sekolah dengan metode daring atau online. Sampai akhirnya anak bisa mengikuti UN dan sekarang sudah lulus.
Anakitu masih tahap pengobatan jangka panjang 18 bulan. Orangtuanya mantan pasien tapi sudah sembuh. Orangtuanya RO.
"Dia tertular dari RO ke Ro," jelas Kris.
Sisi baiknya, kata Kris, adanya ketakutan pihak sekolah karena penularan lebih banyak. Tetapi dilihat dari sisi anaknya, bisa jadi sudah ada kasus di sekolah tersebut. Kita harapkan TB skrining di sekolah.
Diharapkan dinas pendidikan membuat TB skrining di sekolah sekolah. Ini sangat membantu program eliminasi TB karena ranah orang berkelompok banyak di sekolah.
Dia menambahkan, dengan aplikasi lapor TBC sangat membantu pasien TB untuk menceritakan keluh kesah sebagai pasien. Di situ dicarikan solusi. Di aplikasi itu ada hotline psikis untuk membantu kesehatan mental pasien.
Dia juga mengharapkan ke depan semakin kuat kolaborasi antara paralegal dengan stakeholder untuk mendukung eliminasi TB.
(NAI/RZD)