Sake Jepang dan Teknik San-Dan-Jikomi Resmi Jadi Warisan Budaya UNESCO

Sake Jepang dan Teknik San-Dan-Jikomi Resmi Jadi Warisan Budaya UNESCO
Sake Jepang dan Teknik San-Dan-Jikomi Resmi Jadi Warisan Budaya UNESCO (REUTERS/Issei Kato)

Analisadaily.com, Jepang - Di sebuah tempat pembuatan bir tradisional di Tokyo yang sudah ada sejak zaman samurai, Koichi Maesako, kepala pembuat sake berusia 40 tahun, mencelupkan dayung kayu sepanjang tiga meter ke dalam tangki besar berwarna hijau giok. Dengan lembut, ia mengaduk campuran putih yang akan menjadi sake dalam waktu seminggu.

Minuman fermentasi dengan aroma manis dan asam ini terdiri dari beras, ragi, jamur kuliner bernama koji, dan air, yang telah difermentasi selama 20 hari. Proses ini menggunakan teknik kuno yang pekan ini diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda.

Maesako, kepala pembuat sake dari Ishikawa Shuzou (Ishikawa Brewery), menyambut baik pengakuan UNESCO tersebut, terutama setelah menghadapi masa-masa sulit dalam beberapa tahun terakhir. Cuaca yang tidak menentu telah memengaruhi panen padi, baik dari segi kualitas maupun biaya pengadaan.

"Situasinya jauh lebih sulit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," kata Maesako.

"Meski sudah hampir Desember, cuacanya masih cukup hangat. Harga beras tinggi dan hasil panen buruk, membuat proses pembuatan sake tahun ini sangat menantang," tambahnya.

Penurunan konsumsi sake di Jepang, di tengah popularitas koktail seperti highball dan minuman beralkohol lainnya, juga menjadi tantangan tambahan bagi para pembuat sake tradisional.

Maesako berharap pengakuan UNESCO terhadap teknik tradisional pembuatan sake ini dapat meningkatkan permintaan di pasar internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, sake perlahan mendapatkan popularitas di luar negeri, terutama berkat pengakuan UNESCO pada washoku (masakan tradisional Jepang) sebagai Warisan Budaya Hidup pada tahun 2013.

"Setelah diakui oleh UNESCO, masakan tradisional Jepang menyebar ke seluruh dunia," kata Maesako. "Saya berharap hal yang sama terjadi pada sake. Ekspor dari pabrik kami sudah meningkat, dan kami berharap daftar UNESCO ini akan mempercepat tren tersebut," terang Maesako.

Metode pembuatan sake yang telah berusia berabad-abad ini dikenal karena teknik unik bernama San-Dan-Jikomi, yaitu proses fermentasi bertahap dalam tiga langkah yang berlangsung secara bersamaan dalam satu wadah.

"Melihat dan memahami bagaimana semua ini terjadi sangat menarik," ujar Robert Brown, seorang pengunjung asal Amerika di pabrik tersebut. "Mengambil bagian dari sejarah Jepang dan menjadikannya warisan budaya sangat luar biasa menurut saya," jelasnya.

Meski popularitas sake sebagai minuman sehari-hari menurun, Maesako menegaskan bahwa sake tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya Jepang.

"Kita memiliki sake dalam perayaan, Tahun Baru, dan bahkan di momen sedih seperti pemakaman," katanya.

"Budaya sake Jepang adalah budaya Jepang itu sendiri," sambungnya.

Pengakuan resmi teknik pembuatan sake ini sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO akan diumumkan dalam sesi komite di Paraguay minggu ini. Ini akan menjadi entri ke-23 Jepang dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi