Rekrutmen. (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Iqbal Agustia Miransyah, Kartika Dinda Udhaty.
REKTRUTMEN dan seleksi merupakan tahapan krusial dalam manajemen sumber daya manusia yang bertujuan untuk menemukan dan menempatkan individu terbaik pada posisi yang tepat. Di era digital, proses ini mengalami transformasi besar dengan munculnya teknologi canggih seperti platform rekrutmen online, kecerdasan buatan, dan media sosial. Namun, meskipun menawarkan banyak peluang, era digital juga membawa tantangan baru yang harus dipahami oleh perusahaan dan pencari kerja. Menurut laporan dari World Economic Forum (2021), transformasi digital dalam rekrutmen tidak hanya mempercepat proses seleksi tetapi juga menciptakan ketimpangan digital di kalangan pelamar yang kurang memiliki akses terhadap teknologi canggih. Sementara itu, laporan McKinsey (2022) menyoroti bahwa 67% perusahaan yang mengadopsi teknologi rekrutmen berbasis AI melaporkan peningkatan efisiensi proses, tetapi hanya 23% yang merasa teknologi tersebut berhasil mengurangi bias dalam seleksi kandidat
Tantangan Bagi HR
Overload Informasi dan Kesulitan Penyaringan
Kemudahan mengunggah lamaran kerja secara online membuat perusahaan sering kali menerima ribuan aplikasi untuk satu posisi. Kondisi ini menciptakan tantangan bagi perekrut dalam menyaring kandidat yang sesuai. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Marr (2020), overload informasi ini dapat menyebabkan bias seleksi karena perekrut mungkin lebih cenderung memilih kandidat yang "menonjol" secara visual atau administratif daripada berdasarkan kompetensi yang sebenarnya.
Fenomena Ghosting oleh Kandidat
Ghosting, yang biasanya dikaitkan dengan pencari kerja yang tidak mendapatkan respons, kini juga menjadi tantangan bagi perekrut. Banyak kandidat yang, setelah dijadwalkan wawancara atau bahkan setelah menerima tawaran kerja, menghilang tanpa pemberitahuan. Menurut laporan Indeed (2022), sekitar 46% perekrut melaporkan pengalaman ghosting oleh kandidat dalam setahun terakhir. Fenomena ini menyebabkan kehilangan waktu dan sumber daya bagi perusahaan.
Tantangan Bagi Pelamar
Kurangnya Feedback dari Perekrut
Salah satu keluhan utama pencari kerja adalah minimnya umpan balik dari perusahaan setelah wawancara atau pengajuan lamaran. Hal ini membuat pelamar sulit memahami kelemahan mereka dan memperbaiki diri untuk kesempatan berikutnya. Sebuah survei dari TalentBoard (2021) mengungkapkan bahwa 58% pencari kerja merasa frustrasi karena tidak mendapatkan umpan balik setelah wawancara.
Persaingan yang Ketat
Di sisi lain, pencari kerja juga harus bersaing dengan kandidat dari berbagai lokasi yang memiliki akses yang sama ke lowongan pekerjaan. Proses seleksi menjadi lebih ketat, dan peluang untuk menonjol di antara banyak kandidat menjadi lebih sulit. Kandidat dituntut untuk terus meningkatkan keterampilan mereka agar dapat bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif. Glassdoor (2023) melaporkan bahwa pencari kerja kini menghadapi rata-rata 27% lebih banyak pelamar per posisi dibandingkan lima tahun lalu.
Solusi untuk Mengatasi Tantangan
Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, perusahaan dan pencari kerja perlu mengambil langkah-langkah berikut:
Bagi Perusahaan:
- Menggunakan teknologi secara bijak dengan tetap mengutamakan keadilan dalam proses seleksi.
- Menyediakan pelatihan bagi perekrut untuk mengurangi ketergantungan sepenuhnya pada sistem otomatis.
- Memastikan keamanan data kandidat melalui enkripsi dan protokol keamanan yang kuat.
- Meningkatkan komunikasi dengan kandidat untuk meminimalkan risiko ghosting, misalnya dengan memberikan pembaruan proses secara teratur.
Bagi Pencari Kerja:
- Meningkatkan kemampuan digital untuk memaksimalkan peluang di platform rekrutmen.
- Memperhatikan kata kunci dalam resume agar lolos dari sistem ATS.
- Memastikan informasi pribadi hanya dibagikan pada platform yang terpercaya.
- Berkomunikasi secara terbuka dengan perekrut untuk menghindari miskomunikasi atau kesalahpahaman.
Kesimpulan
Transformasi digital dalam proses rekrutmen dan seleksi membawa peluang besar untuk efisiensi dan aksesibilitas. Namun, tantangan yang menyertainya tidak boleh diabaikan. Dengan memahami dan mengatasi isu-isu ini, baik perusahaan maupun pencari kerja dapat memanfaatkan era digital untuk menciptakan proses rekrutmen yang lebih inklusif, adil, dan efektif.
*
Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Manajemen FEB Universitas Sumatera Utara, atas bimbingan Prof. Dr. Elisabet Siahaan, S.E., M.Ec.
(BR)