Bambang Riyanto. (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Bambang Riyanto
WAKIL Presiden Gibran Rakabuming Raka baru saja menuntaskan kunjungan kerjanya ke sejumlah tempat di Sumatera Utara. Selama dua hari, Gibran bersama istri di antaranya melihat langsung progres infrastruktur mulai dari jalan tol, kolam retensi, Stadion Teladan, Islamic Center, kawasan hunian Medan Belawan Bahari dan revitalisasi Kesawan. Di antara program infrastruktur itu ada yang sudah selesai, namun masih ada yang molor dari jadwal.
Khas bapaknya, Presiden Joko Widodo, kunjungan Gibran ke sejumlah tempat juga disempatkan untuk menyapa warga serta membagikan bingkisan pada perayaan natal atau di tempat di mana ia dikerumuni warga. Masyarakat pun berbondong-bondong antre untuk mendapatkan bingkisan orang nomor 2 di Indonesia itu, atau hanya sekadar berswafoto. Namun sayangnya, pada kunjungannya kali ini ia tak sekalipun menerima wawancara dari jurnalis lokal yang setia menunggunya. Alhasil, pertanyaan mengenai kapan Stadion Teladan akan selesai dan bagaimana progres pembanguan Islamic Center serta seberapa efektif Kolam Retensi tak mendapat jawaban dari Gibran. Narasi pemberitaan yang dibuat oleh Tim Media Wapres RI, juga tak mencantumkan hal tersebut. Padahal, isu utama dari sejumlah pembangunan infrastruktur di Sumatera Utara adalah terkait penyelesaian yang tepat waktu, bagaimana pembangunan agar cepat dirasakan serta efisiensi agar tak terjadi pemborosan. Khusus Kolam Retensi juga menjadi sorotan penting, sebab pascadioperasikan, kolam itu nyatanya belum signifikan mengantisipasi banjir di Medan. Pada satu sisi, program-program infrastruktur di sejumlah titik di Sumatera Utara perlu mendapat apresiasi. Geliat pembangunan adalah wujud nyata dari kerja pemerintah dan bagaimana uang pajak rakyat digunakan untuk kepentingan rakyatnya. Akan tetapi, pembangunan yang molor bukan hanya membuat anggaran menjadi tidak efisien, namun membuat pembangunan menjadi tersendat dan fokus perhatian terpecah karena masalah infrastruktur menjadi menumpuk. Bila tak diawasi dan dikritisi, khawatir pembangunan infrastruktur mangkrak yang justru merugikan masyarakat. Kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kiranya dapat memastikan pembangunan dikerjakan dengan baik. Perhatian Gibran pada sejumlah infrastruktur Sumatera Utara yang dimulai pada era Presiden Joko Widodo harus dilihat sebagai sebuah keberlanjutan yang perlu mendapat perhatian serius pemerintah daerah. Apalagi, yang akan menjabat Gubernur Sumatera Utara ke depan adalah Bobby Nasution, mantan Wali Kota Medan yang menginisiasi sejumlah pembangunan infrastruktur di kota ini. Perjalanan Gibran beserta rombongan juga disebut membawa misi Asta Cita yang diusung dalam pemerintahan Prabowo Subianto. Asta Cita itu sendiri mencakup, (1) Memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM); (2) Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru; (3) Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur; (4) Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas. (5) Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri; (6) Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan; (7) Memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba; dan (8) Memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Inti utama dari Asta Cita adalah kesejahteraan, satu hal yang telah lama dimimpikan oleh masyarakat, khususnya mereka yang jauh dari pusat ibu kota. Karenanya, keberhasilan pemerintah dalam Asta Cita haruslah ditandai dengan bagaimana masyarakat kelas bawah di daerah tumbuh dan tak lagi menghamba. Kalau beberapa tahun lagi dalam setiap kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tetap selalu dikerumuni oleh masyarakat kelas bawah yang masih berharap bingkisan atau bantuan sosial lainnya, maka dapat dipastikan Asta Cita hanyalah tinggal asa.(BR)