Oleh: Bersihar Lubis

Karyawan Bernilai Plus Versus “Lepas Utang”

Karyawan Bernilai  Plus Versus “Lepas Utang”
Bersihar Lubis (analisadaily/istimewa)

Anda seorang manajer, staf atau karyawan di sebuah perusahaan? Apakah Anda mempunyai Need for Achievement (N-Ach), kebutuhan atau motifasi untuk berprestasi, teori dari David McClelland (1917-1998), psikolog Amerika itu? Dalam bahasa pop, apakah Anda seorang karyawan yang bernilai plus, atau hanya bekerja sekadar “lepas utang?”

Sebelum menjawabnya, mari sejenak berkenalan dengan David C. Mc. Clelland yang terkenal dengan studi pembangunan. Dia pernah meneliti 1300 anak-anak dari berbagai negara sepanjang 1925-1950. Ternyata, peranan cerita fiksi sangat memengaruhi kemajuan sebuah bangsa 25 tahun ke depan.

31 Des 2024 15:51 WIB

Goreng Pisang, Nano. Rendra & Burpil

23 Des 2024 16:00 WIB

Kaum Ibu & Media

Clelland menulis bahwa Inggris dan Spanyol pada abad ke-16 adalah dua negara maju. Namun, Inggris makin jaya, tetapi Spanyol malah merosot. Mengapa?

Ternyata karena anak-anak di Inggris gemar membaca fiksi yang bermuatan spiritualitas dan motivasi untuk maju. Membangkitkan motifasi untuk berprestasi. Clelland menyebutnya sebagai “virus” need for achievement (N-Ach).

Sebaliknya, anak-anak Spanyol menyukai fiksi romantis dan dendang melo, yang memajalkan pikiran. Bak mayoritas tayangan sinetron di negeri ini.

Eh, dongeng anak di Indonesia adalah sejenis “Si Kancil Mencuri Timun.” He-he, jangan-jangan itu sebabnya korupsi para pejabat kian marak di Indonesia.

Ingatlah, novel Jules Verne bertajuk “From The Earth to The Moon” pada 1865, tentang pendaratan manusia di bulan. Ternyata, NASA Amerika Serikat terinspirasi melakukan berbagai eksperimen sehingga berkali-kali mendaratkan manusia di bulan pada kurun 1969-1972 lalu. Imajinasi adalah benih-benih proses berpikir dan berkarya. Imajinasi adalah sebuah enerji yang dahsyat yang melecut manusia meraih impiannya.

Nah, kembali ke pokok soal apakah Anda seorang karyawan yang bernilai plus? Jawabannya “ya” jika Anda seorang pekerja yang out of the box. Tidak biasa-biasa saja. Ya, seorang yang tidak terbiasa dengan kerja-kerja yang rutinitas saja. Malah menikmatinya. Sebaliknya, Anda gemar menemukan cara bekerja yang lebih efisien dan efektif serta hasilnya lebih gemilang. Mengapa?

Karena Anda lebih cenderung mencari sesuatu dan tantangan yang baru, dan tidak puas hanya dengan tugas rutin belaka. Kaya dengan ide dan gagasan untuk dapat melakukan sesuatu yang baru dengan cara yang jempolan, seperti kecenderungan anak-anak Inggris di masa kecil yang terdorong untuk berprestasi.

Sedangkan orang yang memiliki N-Ach yang rendah cenderung jalan di tempat. Merasa puas bekerja dengan gaya dan metode yang sama, yang tidak aktual dan up to date. Tidak ada inovasi. Dari dulu-dulu begitu saja. Tingkat kreativitasnya rendah. Dan betah pula.

Yang bernilai plus tak gampang puas dan mau mencari masukan atau umpan balik. Dia ingin mencari tahu apakah mereka menyelesaikan pekerjaan dengan jitu. Cepat atau lamban. Bermutu atau apa adanya. Juga menganggap reward sebagai tolak ukur dari keberhasilan bukan hanya sekedar upah yang mereka dapatkan.

Sementara orang yang memiliki N-Ach yang rendah, tidak berkeinginan untuk mencari masukan atas pekerjaannya. Apakah hasil kerjanya bagus atau tidak. Lamban atau tepat waktu, Dia pun tidak berambisi meraih imbalan yang lumayan. Nerimo apa adanya.

Kadang ada penyimpangan. Sudahlah kerjanya “lepas utang” tapi menuntut gaji yang lumayan. Kerja nak lemak, gaji nak banyak.

Orang yang memiliki N-Ach yang tinggi selalu bertanggung jawab atas hasil dan kinerjanya karena dengan melakukan yang terbaik mereka mendapatkan kepuasan batin. Mereka menyukai tugas yang sulit dan menantang. Mereka akan terlibat langsung dalam menyelesaikan tugas tersebut.

Berbeda dengan orang yang memiliki N-Ach yang rendah mereka lebih menyukai tugas yang mudah dan menghindari tanggung jawab, apalagi menghadapi situasi yang penuh risiko terhadap mereka.

Karyawan yang bernilai plus pun mudah beradaptasi dengan tugas yang memiliki risiko yang tinggi, menantang dan sulit. Dalam berkompetisi dengan orang lain dengan tugas yang sama, orang memiliki need achievement yang tinggi akan berusaha untuk melebihi orang lain, berusaha melakukan lebih baik dibandingkan orang lain. Mereka juga konsisten saat mengerjakan tugas yang sulit hingga selesai dan harus lebih baik dibandingkan orang lain.

Berbeda dengan orang yang “lepas utang,” semangat bersaingnya rendah. Tidak berupaya membandingkan dengan orang lain.

Mereka lebih sulit memahami tugas yang memiliki tantangan yang lebih besar. Lebih banyak mengeluh dari pada berbuat.

Faktor kepribadian juga dapat memengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Individu yang menganggap keberhasilan adalah tujuan yang harus dicapai akan memiliki motivasi berprestasi yang berbeda pula dengan individu yang menganggap keberhasilan hanya karena keberuntungan saja.

Individu yang mengalami kegelisahan terhadap kerjanya akan semakin termotivasi karena didorong perasaan harus berhasil terhadap pekerjannya.

Sebaliknya ada yang cuek saja. Kegagalan adalah faktor nasib belaka. Dia tak mau self koreksi. Pokoknya, dia merasa sudah bekerja, dan tentang hasil, dia cepat puas.

Anda berada di posisi yang mana? Silakan dijawab sendiri. Jika Anda berada di jalan yang benar, yang bernilai plus, asahlah terus hingga ibarat belati semakin berkilau dan tajam. Tapi jika sebaliknya, sekadar “lepas utang,” tinjaulah kembali motivasi Anda bekerja. Bekerja bukan sekadar bekerja. Ibarat masuk tak menggenapkan, keluar tak membuat ganjil. Tidak diperhitungkan sama sekali. Instropeksi diri adalah jalan terbaik.**

** Penulis adalah jurnalis di Medan

Berita kiriman dari: Bersihar Lubis

Baca Juga

Rekomendasi