Demikian dikatakan Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Kota Medan, Ir Malik Assalih Harahap ST MM IPM, Kamis (30/1).

"Tidak hanya underpass HM Yamin, proyek infrastruktur overpass Jalan Stasiun juga seluruh pengerjaannya dilakukan insinyur lokal Medan. Ini sangat membanggakan dan mengapresiasi Wali Kota Medan Bobby Nasution yang juga Pembina PII Cabang Kota Medan," ujarnya.

Menurut Malik, apa yang dilakukan Wali Kota Medan sudah sesuai dengan peran PII Cabang Kota Medan dalam membantu Pemko Medan merumuskan kebijakan pembangunan infrastruktur di Kota Medan. Hal ini juga sudah sesuai UU No 11 tahun 2014 tentang keinsinyuran dan PP No 25 tahun 2019 tentang Pelaksanaan UU No 11 tahun 2014.

"Untuk Kota Medan sendiri, yang sudah bergabung dengan PII Cabang Kota Medan sebanyak 1.665 orang. Ini masih sedikit dibandingkan banyaknya lulusan Sarjana Teknik, Sarjana Terapan Bidang Teknik, Sarjana Pendidikan Bidang Teknik, Sarjana Bidang Sains yang disetarakan Sarjana Bidang Teknik, Sarjana Kehutanan, Sarjana Peternakan dan Sarjana Pertanian dari PTN/PTS yang ada di Kota Medan," paparnya.

Malik memperkirakan, masih ada ratusan ribu Sarjana Teknik, Sarjana Pertanian, Sarjana Kehutanan, dan Sarjana Peternakan, dan Sarjana Pendidikan Bidang Teknik yang melakukan praktek keinsinyuran, baik sebagai ASN, akademisi, praktisi, konsultan, tenaga ahli dan lain-lain.

"Untuk itu, saya mengimbau kepada para insinyur yang domisili di Kota Medan segera bergabung dengan PII sebagai wadah berhimpunnya para Insinyur dengan membuka website PII, atau bisa datang langsung ke Sekretariat PII Cabang Kota Medan di Jalan Bunga Rinte, Simpang Selayang Komplek Puri Zahra 2 Blok P No 03 Medan,” sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan Malik, berdasarkan UU No 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran Ayat 1 menjelaskan, setiap insinyur yang akan melakukan praktek keInsinyuran di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI). Dan Ayat 2 menjelaskan, STRI sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), dikeluarkan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII).

Ia yang merupakan Alumni Program Studi Pendidikan Profesi Insinyur (PSPPI USU) Tahun 2021 ini menambahkan, peran insinyur sangat strategis dalam mendukung Pemerintahan Prabowo-Gibran dalam mewujudkan visi misinya yaitu Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045 dan delapan misi yang disebut dengan Asta Cita.

"Tentu peranan insinyur sangat besar, terutama dalam mendukung program prioritas pemerintah seperti hilirisasi, industrialisasi, ketahanan pangan, ketahanan energy dan ketahanan air serta swasembada pangan dan mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen," ungkapnya.

Ia juga mengatakan, peran insinyur dalam pembangunan sangat dibutuhkan mulai dari insinyur sipil, mesin, industri, kimia, elektro, lingkungan, pertambangan, perkapalan, kehutanan, pertanian, penerbangan, peternakan dan lain lain.

Dalam sejarah Indonesia para insinyur sangat besar peranannya, baik dalam politik, ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Bahkan Negara Indonesia sudah dipimpin tiga Presiden yang berlatar belakang insinyur yaitu Ir Soekarno, Prof Dr Eng Ir BJ Habibi, dan Ir Joko Widodo.

"Perlu kita ketahui, PII didirikan 23 Mei 1952 dengan prakarsa pendiriannya Presiden Ir Soekarno, dengan Ketua Umum Pertama Ir Juanda Kartawijaya, mantan Menteri Perhubungan Republik Indonesia tahun 1946 hingga 1949 dan 1950 hingga 1953, dan mantan Perdana Menteri Republik Indonesia ke 10 tahun 1957,” pungkasnya.

(ARU/RZD)