Petani Percut Sei Tuan Berdaya dengan JAKABA dan Tanaman Refugia Atasi Lahan Salin (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Percut Sei Tuan – Masalah lahan pertanian yang kurang subur akibat salinitas tinggi kini mulai menemukan solusinya.
Tim pengabdian dari Universitas Sumatera Utara (USU) bersama UKM Himadita Nursery melakukan inovasi pertanian dengan memanfaatkan Pupuk Organik Cair (POC) Jakaba dan menanam tanaman refugia di sawah milik Kelompok Tani Sumber Rejeki di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang.
Banyak petani di Desa Percut menghadapi tantangan besar karena lahan sawah mereka memiliki kadar garam tinggi. Tanah yang asam dan minim unsur hara membuat tanaman padi sulit tumbuh dengan optimal. Selain itu, serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti wereng dan penggerek batang semakin memperparah keadaan, menyebabkan panen tidak maksimal.
Untuk mengatasi masalah ini, tim pengabdian USU memperkenalkan POC Jakaba (Jamur Keuntungan Abadi), pupuk organik cair yang dihasilkan dari jamur. Pupuk ini berfungsi menurunkan keasaman tanah, memperbaiki struktur tanah, serta meningkatkan kandungan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman padi.
Program ini digawangi oleh Nur Ulina Warnisyah Sebayang, M.Agr sebagai ketua tim, serta dibantu oleh anggota tim yang terdiri dari Julieta Christy, M.Agr, Reisy Tane, M.Kep, dan Rouzatul Nafisah, M.Si.
Selain itu, tim juga mendorong petani untuk menanam tanaman refugia seperti bunga kenikir dan bunga matahari di sekitar sawah. Tanaman refugia berperan sebagai rumah bagi serangga predator alami yang memangsa hama, sehingga petani tidak perlu terlalu bergantung pada pestisida kimia.
Program ini tidak hanya memberikan solusi pertanian berkelanjutan, tetapi juga melibatkan petani secara aktif. Para petani mengikuti serangkaian kegiatan mulai dari penyuluhan, pelatihan pembuatan POC Jakaba, hingga praktik langsung menanam tanaman refugia di lahan mereka.
Menurut Nur Ulina Warnisyah Sebayang, M.Agr, selaku ketua tim pengabdian, inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas padi secara signifikan.
“Kami ingin membantu petani agar bisa mengelola lahan mereka dengan metode yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan cara ini, hasil panen lebih baik tanpa merusak ekosistem,” ujarnya, Senin (24/2).
Hasil awal dari program ini menunjukkan perubahan yang menjanjikan. Tanah menjadi lebih gembur, serangan hama berkurang, dan pertumbuhan padi lebih sehat dibandingkan sebelumnya. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa metode pupuk organik dan refugia bisa menjadi solusi jangka panjang bagi pertanian di lahan salin.
Selain berdampak langsung bagi petani, program ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) USU, terutama dalam SDG 2 (Tanpa Kelaparan) dengan meningkatkan produktivitas pangan, SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) melalui penggunaan pupuk organik ramah lingkungan, serta SDG 15 (Ekosistem Daratan) dengan menjaga keseimbangan ekosistem pertanian.
Program ini mendapat apresiasi dari Kelompok Tani Sumber Rejeki, yang merasa terbantu dengan pendekatan ilmiah yang diberikan.
“Biasanya kami hanya mengandalkan pupuk kimia, tapi ternyata dengan cara alami seperti ini, hasilnya juga bagus dan lebih hemat biaya,” kata salah satu petani peserta program.
Ke depan, tim pengabdian USU berharap program ini bisa menjadi model pertanian berkelanjutan yang dapat diterapkan di daerah lain dengan kondisi tanah serupa.
Dengan semakin banyak petani yang menerapkan teknik ini, diharapkan kesejahteraan petani meningkat dan pertanian Indonesia semakin maju.
(JW/RZD)