IHSG di Maret, Peluang Saat Volatilitas Masih Tinggi

IHSG di Maret, Peluang Saat Volatilitas Masih Tinggi
IHSG di Maret, Peluang Saat Volatilitas Masih Tinggi (Analisadaily/Pexels)

Analisadaily.com, Medan - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Februari 2025 turun sebesar -11,8% secara bulanan sesuai dengan proyeksi Riset Panin Sekuritas awal Februari lalu, sedangkan rekomendasi 7 saham riset Panin Sekuritas Februari 2025 juga mengalamai penurunan 15% seiring dengan performa yang kurang baik untuk saham BMRI (Bank Mandiri) disebabkan laba bersih yang kurang baik dan saham AADI sektor batubara disebabkan penurunan harga batubara.

“Untuk periode Maret 2025, kami merekomendasikan BBCA, BMRI, BRIS, JPFA, MDKA, BRMS, ISAT,” ungkap Pimpinan PANS Cabang Medan, Darmin, SE., MBA, Kamis (6/3/2025).

Dijelaskannya Indeks harga Personal Consumption Expenditures (PCE) pada Januari 2025 di Amerika Serikat mengalami kenaikan sebesar +0,3% MoM. Sedangkan untuk tahun sebelumnya (YoY), inflasi PCE utama diperkirakan turun menjadi 2,5% dari 2,6%. Ini menandai perlambatan pertama dalam 4 bulan terakhir.

Demikian pula inflasi PCE inti diperkirakan turun menjadi 2,6% dari 2,8%, mencapai level terendah dalam 7 bulan terakhir.

Dikatakan Darmin, indeks dolar tetap berada di sekitar 107,3. Hal ini didorong tarif terbaru Presiden Donald Trump yang akan mulai berlaku pada 4 Maret yakni 25% untuk Mexico dan Canada. Sedangkan untuk bea masuk barang-barang China dikenakan biaya tambahan 10%.

Di sisi lain, Yen Jepang menguat menjadi sekitar 149,4/USD pada hari Jumat (28/2) dan menguat hampir 4% untuk bulan Februari 2025. Hal ini didukung oleh ekspektasi yang kuat Bank of Japan dengan terus menaikkan suku bunga tahun ini.

Penjualan ritel di Jepang di Januari 2025 mengalami kenaikkan sebesar 3,9% dari tahun sebelumnya sebesar +3,5%.

“Kenaikkan penjualan ritel di Jepang sebesar 4% sedikit di bawah ekspektasi pasar. Hal tersebut menandai ekspansi penjualan ritel selama 34 bulan berturut-turut, dengan kenaikan upah yang terus mendukung konsumsi,” ungkap Darmin.

Jika Yen Jepang mampu menguat dari tarif terbaru Presiden Donald Trump yang akan mulai berlaku pada 4 Maret yakni 25% untuk Mexico dan Canada.

Sedangkan untuk bea masuk barang-barang China dikenakan biaya tambahan 10%, sebaliknya kata Darmin Rupiah mengalami penurunan di level terendah dalam 5 tahun terakhir di sekitar 16.590 per Dollar Amerika Serikat di bulan Februari 2025, atau melemah 3%.

Selain itu sebut Darmin melemahnya Rupiah juga dipengaruhi perlambatan ekonomi China dan ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat mengancam ekspor Indonesia, terutama batu bara, minyak kelapa sawit, dan nikel.

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami penurunan -8,08% dalam sepekan dan -11,28% dari tahun sebelumnya (YoY).

Kemudian, Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga diskonto Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tenor 12 bulan ke 6,437% di tengah tekanan tajam pada rupiah. Ini merupakan kenaikan pertama setelah 8 lelang berturut-turut mengalami pemangkasan.

Animo pasar terhadap SRBI merosot drastis dengan incoming bids hanya Rp17,22 triliun, turun lebih dari setengah dibanding pekan lalu, mencerminkan capital outflow yang juga terlihat dari aksi jual asing di pasar saham dan surat utang negara.

Sementara IHSG turut terkoreksi lebih dari 2%, Bank Indonesia aktif melakukan intervensi guna menjaga stabilitas nilai tukar dan kepercayaan pasar.

Dikatakan Darmin saham big cap dan defensif masih menjadi pilihan. IHSG terkoreksi di Februari-2025 sebesar -11,8% dari bulan sebelumnya (MoM) yang disebabkan oleh meningkatnya tensi dagang pasca kebijakan tarif dari Amerika Serikat ke Mexico, Canada dan China.

Pertumbuhan ekonomi China yang masih lemah. Sentimen negatif Danantara, serta melemahnya Rupiah.

Sektor yang positif di Februari 2025 adalah IDXTECH sebesar +11,9% bulan sebelumnya (MoM) seiring tren positif AI serta ekspektasi investasi yang meningkat dari pemerintah di sektor teknologi.

Sementara itu, IDXBASIC sebesar -12,6% dari bulan sebelumnya (MoM) seiring melemahnya harga komoditas metal dan mining karena tensi dagang yang akan berdampak pada turunnya permintaan, serta masih buruknya perekonomian China.

“Untuk Maret 2025, kami merekomendasikan sektor IDXFIN, IDXHLTH dan IDXNCYC,” ungkap Darmin.

Alasannya lanjut Darmin IDXFIN karena valuasi yang menarik, melihat beberapa berita buruk sudah tercermin pada penurunan harga pasca ekspektasi laba yang lebih rendah serta sentimen negatif Danantara.

IDXHLTH karena sektor yang masih akan tumbuh double digit, minim katalis negatif dari makroekonomi. IDXNCYC karena memasuki bulan Ramadhan serta ekspektasi harga soft commodity yang membaik. “Sektor yang masih akan tertekan adalah IDXINFRA dan IDXBASIC,” sebut Darmin.

Alasannya IDXINFRA karena normalisasi saham terkait big cap yang memiliki valuasi sangat mahal, seperti BREN. IDXBASIC karena tensi dagang akan menjadi sentimen negatif yang berdampak terhadap lemahnya permintaan akan komoditas.

Ruang perbaikan/kenaikan IHSG di Maret 2025, namun volatilitas masih tinggi. Hal ini disebabkan oleh berita buruk yang sudah tercermin dalam koreksi IHSG yang mendalam.

Valuasi IHSG atraktif, diperdagangkan lebih murah dari peers dan rata-rata 5 tahun terakhir, serta terbatasnya pelemahan nilai tukar Rupiah. (rin)

(WITA)

Baca Juga

Rekomendasi