Seorang anak Palestina yang mengungsi terlihat di sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, pada 5 April 2025. (ANTARA/Xinhua/Abdul Rahman Salama)
Analisadaily.com, Gaza - Otoritas Israel telah memblokir masuknya vaksin polio ke Jalur Gaza, yang menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat seperti disampaikan otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Minggu (6/4).
Dalam sebuah pernyataan pers, pihak otoritas kesehatan menggambarkan langkah tersebut sebagai "penargetan tidak langsung" terhadap anak-anak di Gaza, seraya memperingatkan bahwa 602.000 anak menghadapi risiko kelumpuhan permanen dan cacat kronis jika vaksin polio tidak tersedia.
Pernyataan itu mengungkapkan blokade vaksin membahayakan hasil kampanye penanggulangan penyakit tersebut yang telah berlangsung selama tujuh bulan serta dapat mengakibatkan konsekuensi "serius dan sangat buruk" bagi sektor kesehatan yang sudah mengalami tekanan serta kondisi sosial dan ekonomi di daerah kantong itu.
Dilansir dari Antara, Senin (7/4), jalur Gaza melaporkan kasus polio pertamanya dalam 25 tahun terakhir pada Agustus 2024. Setelah kasus tersebut, dua putaran kampanye vaksinasi polio diadakan di daerah itu bekerja sama dengan badan-badan PBB.
Otoritas kesehatan mengimbau organisasi-organisasi internasional dan otoritas terkait untuk memberikan tekanan kepada Israel agar mengizinkan masuknya vaksin dan memastikan jalur distribusi yang aman di Jalur Gaza.
Menurut sebuah pernyataan terpisah dari otoritas kesehatan, Yousef Abu al-Rish, seorang pejabat di otoritas kesehatan mengatakan situasi kesehatan dan kemanusiaan di daerah kantong tersebut telah mencapai tingkat "berbahaya dan sangat buruk."
Dia mengatakan 59 persen obat-obatan esensial dan 37 persen pasokan medis saat ini tidak tersedia serta menekankan kebutuhan mendesak akan oksigen untuk menopang perawatan medis bagi para pasien dan korban luka-luka.
Lebih lanjut, ia mengatakan sebanyak 13.000 pasien membutuhkan perawatan medis di luar Jalur Gaza dan pembatasan masuknya makanan memperburuk malanutrisi sehingga meningkatkan risiko kematian anak.
"Sebanyak 52 anak telah meninggal selama perang akibat malanutrisi. Tanpa intervensi segera, lebih banyak nyawa akan terancam," kata Abu al-Rish.
(ANT/CSP)