Gubernur Sumut dan Aceh Perkuat Pembangunan Berkelanjutan Melalui Coalition for Sustainable Livelihoods (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Pertemuan tahunan Coalition for Sustainable Livelihoods (CSL) yang diadakan di Ballroom Hotel Santika Medan menandai kebangkitan komitmen kolaboratif antara para pemangku kepentingan di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh.
Acara yang dihadiri oleh 200 tamu undangan ini menghadirkan berbagai sektor, mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, hingga akademisi, dalam upaya memperkuat pembangunan berkelanjutan, Selasa (29/4).
Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, yang diwakili oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Yuliani Siregar, menekankan perlunya kerja sama lintas sektor untuk mencapai goal berkelanjutan.
"Dengan sumber daya alam yang melimpah, pencapaian tujuan berkelanjutan harus melibatkan sinergi antara berbagai pihak, bukan hanya pemerintah," ungkapnya.
Hal senada disampaikan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, dalam pernyataannya yang dibacakan oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah, Zulkifli. Ia menekankan potensi luar biasa Aceh dalam sektor kehutanan dan perikanan yang harus dikelola dengan bijak untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam.
Sejak diinisiasi pada tahun 2018, CSL berfungsi sebagai wadah bagi jejaring dan mitra strategis untuk mendukung visi pembangunan berkelanjutan yang berfokus pada konservasi, restorasi, tata kelola, dan produksi berkelanjutan.
Edward Manihuruk, CSL Lead, menggambarkan dampak nyata dari jaringan ini, termasuk peningkatan kapasitas petani mandiri dan perluasan pemulihan ekosistem hutan di sejumlah daerah.
Fitri Hasibuan, Vice President Program Konservasi Indonesia, menyoroti bahwa kolaborasi yang difasilitasi CSL telah menghasilkan perubahan signifikan, seperti sertifikasi sawit berkelanjutan yang diikuti oleh 803 petani di Kabupaten Tapanuli Selatan, membantu mereka untuk menerapkan praktik pertanian yang bertanggung jawab.
Pada pertemuan ini, CSL memberikan penghargaan kepada individu dan kelompok masyarakat yang berkomitmen menjaga kelestarian alam. Tiga tokoh, termasuk Kholis Siregar dari Tapanuli Selatan dan Datok Ardan dari Aceh Tamiang, diakui atas usaha mereka dalam budi daya sawit berkelanjutan dan pengembangan ekowisata.
Edward menegaskan, pergerakan menuju pembangunan berkelanjutan tidak akan berhenti pada pertemuan ini. Ia mengajak semua pihak untuk terus beraksi, mengingat bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil di komunitas.
"Mari kita terus bergerak, menjadikan Aceh dan Sumatera Utara contoh padu antara pembangunan dan perlindungan alam. Kami terbuka bagi siapa pun yang ingin bergabung dalam gerakan ini," tutup Edward mewakili CSL.
(JW/RZD)