Tim Dosen Fakultas Pertanian USU Tanam 1.000 Bibit Pohon Matoa (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertema lingkungan dilaksanakan oleh tim dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) diketuai Nur Ulina Warnisyah Sebayang, M.Agr dan beranggotakan dosen Fakultas Pertanian yakni Dr. Ir. T. Irmansyah, MP., Julieta Christy, SP.,M.Agr, Rouzatul Nafisah, SP.,M.Si, Beatrix Sofranes Napitupulu, S.Agr, M.Agr.
Aksi ini merupakan respons terhadap kondisi kritis lingkungan di TPU Muslim Simalingkar B, sebuah kawasan pemakaman yang berada di area lereng curam dan minim vegetasi. Kawasan ini sangat rentan terhadap erosi dan longsor, sehingga dibutuhkan solusi ekologis yang berkelanjutan.
Solusi yang dipilih oleh tim pengabdian adalah penanaman 1000 bibit pohon matoa, sebuah tanaman endemik Indonesia yang memiliki sistem akar dalam dan kuat. Pohon ini dipercaya mampu memperkuat struktur tanah serta memperbaiki kondisi lingkungan dalam jangka panjang.
Selain manfaat ekologis, buah matoa juga bernilai ekonomis, sehingga turut meningkatkan potensi kesejahteraan masyarakat sekitar.
Kolaborasi kegiatan ini melibatkan BKMI FOSIL Medan sebagai mitra utama dan Himadita Nursery sebagai kelompok mahasiswa yang aktif di bidang penghijauan.
Kegiatan berlangsung sejak Januari hingga April 2025, dan dilaksanakan dengan semangat gotong royong serta dukungan dari masyarakat setempat. Kegiatan ini sekaligus menjadi perwujudan nilai-nilai Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April.
Tahapan pelaksanaan kegiatan terdiri atas beberapa tahap, yakni persiapan alat dan bahan, penyuluhan dan sosialisasi, aksi tanam bibit matoa, serta monitoring dan evaluasi.
Dalam penyuluhan, masyarakat diberi pemahaman tentang pentingnya pohon matoa bagi lingkungan serta cara penanaman dan perawatan yang baik. Sosialisasi ini bertujuan membangun kesadaran dan keterlibatan masyarakat secara aktif.
Pada hari pelaksanaan penanaman, kegiatan diawali dengan sambutan dari Ketua BKMI FOSIL Medan, Dr. Syaifuddin Zuhri, yang menyampaikan apresiasi atas sinergi antara akademisi dan masyarakat dalam menjaga bumi.
Sambutan tersebut menjadi motivasi kuat bagi para peserta kegiatan untuk berpartisipasi aktif dalam aksi tanam yang diadakan di area pemakaman.
Aksi penanaman melibatkan mahasiswa, dosen, serta masyarakat setempat. Proses tanam dilakukan secara sistematis dengan memperhatikan teknik penanaman dan jarak tanam agar bibit matoa dapat tumbuh optimal.
Tim Dosen Fakultas Pertanian USU Tanam 1.000 Bibit Pohon Matoa
Partisipasi masyarakat dalam proses ini sangat penting untuk menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap tanaman yang telah ditanam.
Meskipun terdapat kendala seperti keterbatasan tenaga, cuaca yang tidak menentu, serta pemahaman masyarakat yang masih terbatas, kegiatan ini tetap terlaksana dengan baik.
Keberhasilan kegiatan ini juga menunjukkan bahwa sinergi antara pihak kampus, organisasi masyarakat, dan komunitas lokal dapat menghasilkan dampak yang nyata dan berkelanjutan.
Dalam aspek luaran, kegiatan ini telah menghasilkan berbagai capaian, termasuk artikel ilmiah yang disubmit ke jurnal pengabdian, publikasi di media massa dan YouTube, serta penerapan teknologi dan IPTEK kepada masyarakat.
Selain itu, tim pengabdian juga berhasil mencatatkan karya sinematografi sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI), menambah nilai lebih dari kegiatan ini.
Melalui kegiatan ini, tim pengabdian berhasil memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, antara lain keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan luar kampus, aktivitas dosen di masyarakat, serta pemanfaatan hasil kerja dosen oleh masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mendukung kemajuan institusi pendidikan.
Secara keseluruhan, kegiatan penanaman 1000 bibit matoa ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat mengatasi permasalahan lingkungan secara partisipatif.
Dengan pendekatan edukatif dan pemberdayaan masyarakat, diharapkan kegiatan ini dapat direplikasi di wilayah lain yang memiliki tantangan serupa, serta menjadi bagian dari gerakan penghijauan yang berkelanjutan.
(JW/RZD)