FK USU Komitmen Bangun Sistem Layanan Kesehatan Lebih Tangguh dan Responsif

FK USU Komitmen Bangun Sistem Layanan Kesehatan Lebih Tangguh dan Responsif
FK USU Komitmen Bangun Sistem Layanan Kesehatan Lebih Tangguh dan Responsif (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Perkuat Sistem Deteksi Dini (Early Warning System Score) dan Respon Tim Code Mahasiswa Program Studi Doktor (S3) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun sistem layanan kesehatan yang lebih tangguh dan responsif.

Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Pelatihan Early Warning System Score dan Tim Code Blue terhadap Implementasi Penanganan Kegawatdaruratan di RS Laras PT.PMN, Kabupaten Simalungun”, Tim Program Studi Doktor (S3) FK USU, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) Cabang Sumatera Utara, bekerjasama dengan Rumah Sakit Laras, PT. PMN, Kabupaten Simalungun, menyelenggarakan pelatihan kegawatdaruratan bagi tenaga kesehatan dan tenaga medis.

Sebanyak 155 peserta, terdiri dari 24 dokter dan 131 perawat, antusias mengikuti rangkaian kegiatan yang dikemas secara edukatif dan praktis. Fokus utama pelatihan adalah melatih penerapan Early Warning System (EWS)—suatu sistem skoring klinis yang membantu deteksi dini perburukan kondisi pasien—serta memperkuat koordinasi respon tim Code Blue, yakni sistem penanganan cepat pada kejadian henti jantung atau nafas.

Kegiatan berlangsung di Aula RS Laras PT. PMN dan diawali dengan sambutan dari pimpinan rumah sakit serta perwakilan Program Studi Doktor FK USU, Ketua Panitia Pengabdian Masyarakat, dr. Andriamuri Primaputra Lubis, Sp.An-TI, M.Ked(An), Subsp.TI (K), FISQua, dalam laporannya menyampaikan urgensi kegiatan ini sebagai respon atas tantangan nyata yang dihadapi tenaga kesehatan dan tenaga medis dalam menangani kondisi kritis.

“Penerapan EWS dan Code Blue bukan hanya soal alat atau prosedur, tetapi menyangkut bagaimana kita membangun sistem komunikasi risiko yang efektif dalam tim medis,” ujarnya.

Sesi edukasi dimulai dengan pretest untuk mengukur pengetahuan awal peserta, kemudian dilanjutkan dengan paparan ilmiah dari dua narasumber utama. dr. Andriamuri Primaputra Lubis, Sp.An-TI, M.Ked (An), Subsp.TI (K), FISQua, menjelaskan strategi implementasi EWS di rumah sakit dengan menekankan pentingnya kolaborasi lintas profesi.

Sementara itu, dr. Rr. Sinta Irina, Sp.An-TI, Subsp.NA(K), membedah tuntas alur dan struktur respon tim Code Blue yang ideal, mulai dari aktivasi hingga resusiis best practice dan pengalaman klinis di lapangan.

Diskusi berlangsung hangat dan interaktif, memperlihatkan antusiasme. Setelah jeda istirahat, peserta diajak mengikuti simulasi berbasis kasus nyata. Beberapa skenario dihadirkan seperti deteksi klinis menggunakan EWS dan manuver penanganan pasien henti jantung menggunakan tim Code Blue. Latihan ini menjadi ajang uji kemampuan kolaboratif dan ketepatan.

Program (S3) ini bukan hanya mendidik, tetapi harusnya juga mengabdi dan menginspirasi perubahan sistemik dan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi