Dari Medan ke New York, Petualangan Lewat YSEALI AFP 2025

Dari Medan ke New York, Petualangan Lewat YSEALI AFP 2025
Timotius Dwiki Meglona Hutabarat (Analisa/istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Tujuh kali gagal bukan akhir dari segalanya. Justru di sanalah awal dari sebuah kisah luar biasa dari Timotius Dwiki Meglona Hutabarat dimulai.

Timotius merupakan mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Sumatera Utara. Ia berhasil mewujudkan salah satu impian terbesar dalam hidupnya yakni mengikuti YSEALI Academic Fellowship Program (AFP) 2025 di Syracuse University, New York.

"Setelah tujuh kali mencoba dan ditolak, percobaan kedelapan menjadi titik balik yang membuktikan bahwa harapan tidak pernah sia-sia," ujarnya lewat rilis yang diterima Analisa, Senin (16/6).

Berbekal pengalaman akademik dan sosial, ia pernah menjadi tenaga ahli Walikota Medan, khususnya dalam penyusunan naskah pidato dan sambutan resmi. Tugas ini memperkuat pemahamannya mengenai komunikasi politik dan pentingnya penyampaian pesan publik yang efektif.

"Saya juga sempat menjalani magang di Konsulat Amerika Serikat di Medan. Di sana, saya ikut merancang dan melaksanakan program outreach ke sekolah-sekolah, memperkenalkan wawasan global kepada generasi muda di Sumatera Utara," ujarnya.

Pengalamannya ini semakin memupuk semangat ia untuk menjembatani dunia pendidikan dengan aksi sosial nyata.

Dedikasinya dalam dunia pendidikan dan pengabdian masyarakat telah membawa ia ke berbagai tempat, dari kota-kota besar hingga pelosok daerah 3T seperti Pulau Kemujan, Parang, dan Karimunjawa.

Sejak 2019, ia aktif dalam berbagai program sosial dan pendidikan, menyaksikan langsung ketimpangan yang masih ada serta pentingnya keterlibatan pemuda dalam menciptakan perubahan.

"Keinginan saya untuk bergabung dengan YSEALI sudah tumbuh sejak 2019. Program ini bukan sekadar kesempatan belajar di Amerika Serikat, tetapi juga wadah untuk bertemu pemuda-pemudi se-Asia Tenggara, saling bertukar ide, dan menciptakan kolaborasi lintas negara," ucapnya.

Selama enam minggu di Syracuse University, ia mendalami tema Society and Governance. Program ini bukan hanya tentang teori, tetapi juga menyajikan praktik langsung bagaimana hubungan antara masyarakat dan pemerintah dijalin.

"Kami berdiskusi intensif, mengunjungi lembaga pemerintahan dan organisasi non-profit, serta berbincang dengan para pengambil kebijakan. Saya menyadari, partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan sangatlah esensial. Ruang dialog yang setara antara rakyat dan pemimpin adalah fondasi pemerintahan yang sehat," ujarnya.

Salah satu momen paling berkesan adalah saat ia mempresentasikan proyek kesehatan masyarakat yang pernah saya lakukan di Indonesia. Ternyata, isu kesehatan menjadi perhatian bersama bagi banyak negara Asia Tenggara. "Diskusi ini membuka peluang kolaborasi lintas negara yang sebelumnya tak pernah saya bayangkan," ucapnya.

YSEALI AFP bukan sekadar program pertukaran. Baginya, ini adalah petualangan hidup, petualangan mengenal diri, bangkit dari kegagalan dan merajut harapan. Harapan yang membawa saya dari pinggiran Medan hingga ke ruang-ruang kelas di Syracuse, membuka mata dan hati untuk terus bermimpi lebih besar. "Karena sejauh apapun kita melangkah, asal kita percaya dan terus berusaha, dunia akan selalu punya ruang untuk mereka yang tidak pernah menyerah," ucapnya.

(NS/BR)

Baca Juga

Rekomendasi