Kabar Baik untuk Peternak Babi: Vaksin Avac ASF Live Kini Tersedia di Sumut

Kabar Baik untuk Peternak Babi: Vaksin Avac ASF Live Kini Tersedia di Sumut
Kabar Baik untuk Peternak Babi: Vaksin Avac ASF Live Kini Tersedia di Sumut (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Peternak babi di seluruh Indonesia, khususnya Sumatera Utara, kini bisa bernapas lega. Vaksin Avac ASF Live, satu-satunya vaksin yang telah mendapatkan izin resmi dari Kementerian Pertanian, kini tersedia untuk mencegah penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF).

Sugianto Makmur, perwakilan importir vaksin Avac ASF Live di Medan mengatakan bahwa vaksin ini telah disetujui secara resmi oleh Kementerian Pertanian dengan nomor izin 3693/KPTS/PK.350/FI.04/2025 tanggal 23 April 2025.

"Vaksin ini sudah diuji cobakan dengan hasil yang baik. Di Vietnam, sudah digunakan secara nasional dan hasilnya tidak ada lagi timbul wabah ASF," jelas Sugianto Makmur, Rabu (18/6). Ia menambahkan bahwa Indonesia menjadi negara ketiga tujuan ekspor vaksin ASF ini, setelah Filipina dan Nigeria.

Vaksin Avac ASF Live dirancang untuk babi berumur 4 minggu atau lebih, dengan satu dosis pemberian. Satu kali penyuntikan akan memberikan imunitas selama 5 bulan. Penting untuk dicatat bahwa vaksin ini hanya boleh diberikan pada babi yang sehat, dan vaksin yang sudah diencerkan harus disuntikkan dalam waktu paling lama 2 jam. Masa berlaku vaksin ini adalah 2 tahun sejak diproduksi.

Sugianto Makmur juga memperingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap peredaran vaksin ilegal atau vaksin aspal di pasaran. Penggunaan vaksin ilegal sangat berisiko karena dapat memicu mutasi virus, menyebabkan wabah baru, atau bahkan kontaminasi biologis.

"Untuk mendapatkan vaksin Avac ASF Live yang asli di Sumatera Utara, peternak dapat langsung menghubungi perwakilan importir di Medan atas nama Sugianto Makmur di nomor HP: 08116399387," ucapnya.

Terlepas dari ketersediaan vaksin, Sugianto Makmur tetap menekankan pentingnya praktik biosekuriti. Penyakit menular yang menyerang hewan, tumbuhan, dan manusia terus bermutasi.

"Pembelajaran dari kasus ASF dan COVID-19 menunjukkan bahwa pembatasan kontak fisik (biosekuriti) adalah langkah wajib untuk mencegah penyebaran penyakit menular," tandasnya.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi