Pojok Pers Oleh : War Djamil

Era AI & Media

Era AI & Media
Era AI & Media (analisadaily/istimewa)

PUBLIK menyebut : Kini era AI (artificial intelligence = AI). Kecerdasan buatan ini juga melanda dunia pers. Namun, masih banyak hal yang dipertanyakan bahkan diperdebatkan. Artinya, teknologi baru ini tetap butuh kajian dalam penggunaan operasional media.

Secara umum memang tak dapat dimungkiri. Penggunaan AI bagai tak bisa dihindari. Hal yang pasti, terpulang pada masing-masing pihak media, bagaimana memanfaatkan AI, cara dan bentuk serta hasil akhir yang ingin dicapai.
Dapat dipastikan, tiap pengelola/penerbit media memiliki pilihan berbeda dapat penerapan AI. Tak dapat disangkal pula, mungkin ada satu-dua media yang belum memilih AI dengan alasan beberapa faktor prinsipil.
Tak pula tertutup kemungkinan, terkait dana yang dibutuhkan dalam pengadaan mesin-mesin buatan manusia tersebut. Bagi media yang kini masih dalam tingkat hidup normal, tentu tiada masalah. Sebaliknya, media yang berada pada posisi sulit (Senin-Kamis) atau megap-megap tentu menjadi kendala.
Hal serupa, kiranya dialami media yang berada pada peringkat bertahan atau survive. Mampu mempertahankan kesinambungan penerbitan/penyiaran atau mengudara, itu sudah susah payah. Tetapi tetap semangat supaya bertahan “hidup”.
Menerapkan AI dalam media tentu dengan tujuan positif. Melahirkan sejumlah sajian lebih menarik. Konten-konten diperkirakan mampu menyentuh perhatian publik serta dinilai bermanfaat.
Konten lebih bermutu. Dan, sajian yang makin variatif. Itu semua strategi untuk mempengaruhi atau merangkul publik. Langkah wajar.
Sisi lain, ketika saat ini media menomorsatukan kecepatan. Sikap atau trik ini bagus. Namun sebagian publik, termasuk kalangan media sendiri juga meragukan tentang mutu sajian, terutama pemberitaan.
Pertanyaan dengan gaung masih nyaring yakni : Seberapa jauh pihak media menjaga informasi itu akurat. Benar-benar tak tergolong berita bohong atau berita palsu.
Pertanyaan itu masih muncul sampai detik ini !. Mengapa ?. Karena sebagian informasi, maaf--terutama dari sebagian media online-- kurang teliti, tanpa verifikasi serta sumber berita tidak kompeten.
Tidak mengherankan, jika sebagian publik menyoroti pihak pengelola media siber/digital/online (begitu mereka sebut). Mereka juga punya data, sehingga berani mengungkap hal itu.
Tetapi, bagi saya (seperti berulang) sering saya nyatakan : Jangan menyamaratakan semua media begitu. Generalisasi semua media online semacam itu tidak tepat. Sebab, cukup banyak media online berkualitas.
Hal penting lain dari menerapkan AI yakni cara media melahirkan berita. Di sini ada dua sisi. Pertama, media makin mampu memproduksi berita dalam jumlah lebih banyak. Kedua, kecepatan memperoleh sekaligus menyiarkan informasi.
Nah. Di sini, perlu kata “jangan terburu-buru”. Maksudnya ?. Jika terburu-buru bukan mustahil akan gegabah sehingga minus ketelitian, lupa check and recheck, menyampingkan verifikasi.
Kiranya dalam era AI ini, redaksi media tetap konsisten dengan prinsip jurnalisme bermutu. Silahkan utamakan kecepatan, namun akurasi informasi dapat dipertanggungjawabkan.
Publik tentu tidak peduli dengan cara apa dan bagaimana pihak pers mendapatkan, melakukan proses serta kemasannya, selain melihat hasil akhir yaitu : Informasi yang disiarkan.
Jika informasi itu tidak benar, jangan dengan dalih kecepatan, padahal mengabaikan ketelitian. Ingat. Begitu berita disiarkan, sukar meralat/membatalkan karena sudah menyebar luas.

Berita kiriman dari: Pemred Harian Analisa

Baca Juga

Sampah Digital !
07 Jul 2025 20:49 WIB

Sampah Digital !

Plagiator di Media
30 Jun 2025 19:50 WIB

Plagiator di Media

Ekosistem Media (?)
25 Jun 2025 20:30 WIB

Ekosistem Media (?)

Meaningful Journalism
16 Jun 2025 18:05 WIB

Meaningful Journalism

Misinformasi
09 Jun 2025 13:16 WIB

Misinformasi

WPFD 2025 : Etika !
04 Jun 2025 16:52 WIB

WPFD 2025 : Etika !

Pemred tidak Bisnis
20 Mei 2025 19:47 WIB

Pemred tidak Bisnis

Tak Tajam !
29 Apr 2025 14:24 WIB

Tak Tajam !

Rekomendasi