Disuguhi Pertunjukan 2 Ibu 1 Mimpi, Sofyan Tan: Teater Memberi Pesan Moral Kuat

Disuguhi Pertunjukan 2 Ibu 1 Mimpi, Sofyan Tan: Teater Memberi Pesan Moral Kuat
Sofyan Tan (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan – Ranggini Krisna memulai adegan dengan mereportase laporan kejadian. Disusul monolog dari Dedek Wanti yang bersuara lantang mengungkapkan lelahnya sebagai seorang pembantu rumah tangga.

Keduanya bertemu dalam satu adegan menceritakan dukanya sebagai seorang perempuan yang bekerja dengan penuh resiko dan air mata, serta harus meninggalkan keluarga. Di ujung pertunjukan, keduanya menutup dengan pertanyaan yang terus berulang dalam ekspresi yang mengundang empati.

“Apakah anak-anakku sayang padaku?” ujar keduanya berulang-ulang sambil menatap ke arah penonton, seakan ingin mengajak untuk meratap bersama.

Demikian salah satu adegan teater yang dipertunjukkan dalam Semarak Budaya bertemakan Workshop Teater Berbasis Cerita Rakyat di Teater Rumah Mata, Jalan Sei Siguti, Medan, Sabtu (19/7).

Acara yang terselenggara berkat kolaborasi program Komisi X DPR RI dengan Kementerian Kebudayaan tersebut berhasil membuat peserta ikut larut dalam seni pertunjukan.

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan dr Sofyan Tan mengatakan teater adalah kesenian budaya yang dijadikan sebagai media penyampai pesan moral yang kuat.

Pesan-pesanyang disampaikan biasa berupa kritik atas kondisi sosial yang ada dengan dirangkai beragam kisah menarik seperti folklor atau cerita rakyat.

“Teater itu adalah media yang dapat menyampaikan pesan moral yang kuat. Mengajarkan kita untuk berpikir kritis dan berempati dengan kondisi permasalahan hari ini,” ujar Sofyan Tan saat menjadi keynote speaker dalam Semarak Budaya.

Teater juga sering dijadikan sarana penyampaian pesan untuk mengkritik pemerintah atau menyindir kondisi sosial. Sepertia degan teater yang baru dipersembahkan, sesungguhnya menceritakan tentang dua ibu yang rela berkorban demi anaknya untuk bekerja di luar dengan penuh resiko dan harus jauh dari keluarga atau terpisah dengan anak-anaknya.

Pesan moralnya adalah, apakah anak-anaknya paham dengan kondisi itu atau malah semakin tak sayang pada ibunya.

Untuk itu Sofyan Tan berharap dengan kegiatan tersebut, dapat memantik anak-anak muda mencintai seni teater. Agar punya perasaan yang halus, penuh empati dan kritis dalam berekspresi. Sehingga kebudayaan bangsa bisa lebih maju dan unggul.

Ketua Teater Rumah Mata, Agus Susilo dalam pemaparannya menyebutkan setiap manusia adalah makhluk teater atau disebut homo theatricus. Karena sejak lahir setiap manusia pertama kali umumnya menangis. Sedangkan menangis adalah salah satu ekspresi dalam teater.

Hanya saja, lanjutnya, seiring berjalannya waktu, manusia lupa bahwa ia adalah makhluk teater. Karena ada rutinitas kehidupan, kesibukan pekerjaan mengejar materi, membuat manusia disesatkan dengan kesejatian dirinya.

Untuk membuktikannya, dia pun secara interaktif mengajak semua peserta untuk bermain teater yang spontan. Memeragakan beberapa ekspresi dan gerak yang ada dalam teater hingga semua peserta larut dalam seni adegan.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi