
Analisadaily.com, Medan-Kematian massal ikan yang dibudidayakan petani melalui keramba jaring apung (KJA) di perairan Danau Toba, khususnya di Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, hingga kini masih menjadi misteri. Meskipun sampel air telah diambil oleh Pemerintah Provinsi Sumut melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk diuji di laboratorium, hasilnya masih belum tersedia
Peristiwa kematian massal ikan ini menjadi viral di media sosial sejak dua minggu lalu, diikuti dengan perubahan warna air Danau Toba yang mendadak keruh. Banyak pihak berasumsi bahwa kekeruhan air menjadi penyebab utama matinya ikan-ikan yang dibudidayakan, baik ikan mas maupun ikan nila.
Saat ditanya mengenai hal ini, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskanla) Sumut, Hamdan Harahap, mengatakan pihaknya belum bisa memberikan penjelasan secara rinci terkait penyebab kematian ikan-ikan tersebut.
"Tim resmi kami berasal dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)," ujar Hamdan melalui aplikasi WhatsApp pada Kamis (31/7/2025) di Medan.
Namun, Hamdan memperkirakan bahwa kematian ikan tersebut kemungkinan disebabkan oleh pencemaran air Danau Toba.
Hal senada juga disampaikan oleh Kasi Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Sumut, Jafar. Menurutnya, penyebab kematian ikan berkaitan dengan kondisi lingkungan.
"Ini berkaitan dengan lingkungan. Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumut, dan mereka sedang menguji sampel air. Kami masih menunggu hasilnya dalam beberapa hari ke depan," ungkap Jafar yang dihubungi pada Rabu (30/7/2025) di Medan.
Terkait jumlah ikan yang mati, Jafar mengatakan bahwa pihaknya belum mendapatkan data pasti. "Jumlah ikan yang mati masih dalam perhitungan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Samosir," ujarnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Kualitas Air Danau Toba Dinas LHK Sumut, Abner Tarigan, menjelaskan bahwa sampel air yang telah diambil masih dalam tahap pengujian. "Kematian ikan diduga akibat faktor alam, seperti fenomena upwelling yang dipicu oleh ombak besar dan pendangkalan perairan," ujar Abner pada Rabu (30/7/2025) di Medan.
Menurut informasi yang beredar di media sosial, Bupati Samosir Vandiko Timotius Gultom bekerja sama dengan akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU) untuk melakukan penelitian dan pengambilan sampel air.
"Keruhnya air Danau Toba yang diduga menjadi penyebab kematian ikan di kawasan perairan Kabupaten Samosir kemungkinan disebabkan oleh perputaran air akibat angin," ujar Prof. Ternala Alexander Barus, ahli limnologi dari USU, baru-baru ini.
Prof. Ternala, yang didampingi Bupati Samosir, menjelaskan bahwa perputaran air yang dipicu oleh angin kencang menyebabkan air dan endapannya di dasar danau naik ke permukaan. "Proses pembusukan di dasar danau menghasilkan amoniak, H2S, dan belerang yang bersifat toksik. Ketika zat-zat ini naik ke permukaan, mereka menyebar dan menyebabkan ikan mati. Kandungan oksigen di bawah permukaan sudah sangat rendah, di bawah 2 mg per liter, padahal seharusnya minimal 4 mg per liter," terangnya.
Untuk memastikan penyebab pasti, pihaknya akan melakukan kajian lebih lanjut. Sampel air yang telah diambil dari beberapa titik sudah dibawa ke laboratorium USU untuk dianalisis.
Bupati Samosir Vandiko Timotius Gultom berharap agar hasil uji laboratorium segera keluar sehingga Pemerintah Kabupaten Samosir dapat segera mengambil langkah-langkah penanganan yang tepat.
"Kami mohon kepada masyarakat untuk bersabar. Setelah hasilnya keluar, Pemerintah Kabupaten Samosir akan berupaya maksimal untuk menangani masalah ini," tandas Bupati Vandiko. (mul)
(NAI)