HPP Gabah Tinggi, Kilang Padi Kecil Gulung Tikar

HPP Gabah Tinggi, Kilang Padi Kecil Gulung Tikar
HPP Gabah Tinggi, Kilang Padi Kecil Gulung Tikar (Analisadaily/Mulyadi Hutahaean)

Analisadaily.com, Medan – Penggilingan padi berskala kecil di Sumatera Utara (Sumut) semakin sulit bertahan. Mereka kalah bersaing dengan kilang padi skala besar dalam membeli gabah petani karena tingginya harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP).

Banyak pengusaha kilang padi skala kecil sudah mati suri karena tidak mampu bersaing dengan pengusaha besar,” kata Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sumut, Ardhi Kusno, saat diwawancarai wartawan, Jumat (1/8/2025) di Medan.

Ardhi menjelaskan, keterbatasan modal dan kebijakan pemerintah yang menetapkan HPP GKP sebesar Rp6.500 per kilogram (kg) di tingkat petani membuat kilang kecil semakin tertekan.

“HPP Rp6.500 per kg, sementara harga eceran tertinggi (HET) beras medium di tingkat konsumen Rp13.100 per kg. Biaya produksi kilang kecil untuk menghasilkan satu kilogram beras bahkan bisa lebih dari Rp13.000. Mereka rugi kalau terus beroperasi,” ungkapnya.

Menurut Ardhi, dengan teknologi yang dimiliki, kilang padi kecil hanya mampu menghasilkan rendemen beras sekitar 45–50 persen. Sebaliknya, kilang menengah dan besar sudah mampu mencapai rendemen hingga 55 persen.

“Belum lagi daya serap kilang besar terhadap gabah petani yang jauh lebih tinggi. Jadi wajar jika keberadaan kilang kecil terus tergerus,” lanjutnya.

Ia menyebut, keinginan untuk meningkatkan kapasitas atau memperbarui mesin terhambat karena keterbatasan dana.

“Itu sebabnya banyak kilang kecil di Sumut yang mati suri. Untuk upgrade butuh biaya besar, sementara modal tidak ada,” kata Ardhi.

Kilang Skala Kecil Hampir Punah

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, M. Juwaini, menyatakan bahwa saat ini terdapat 269 unit kilang padi di seluruh kabupaten/kota di Sumut.

Namun, menurut Juwaini yang didampingi Subkoordinator Perbenihan dan Standardisasi Mugiono serta Subkoordinator Serealia Rina Andalasari, sebagian besar dari kilang tersebut adalah skala menengah dan besar.

“Untuk skala kecil, saat ini sudah tidak ada lagi. Dari total 269 kilang, hanya sekitar 20 persen yang masuk kategori besar, sisanya menengah,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Kamis (31/7/2025).

Juwaini juga mengungkapkan bahwa kilang skala menengah kini mulai terancam karena munculnya kilang-kilang besar dengan modal kuat. Harga GKP yang ditetapkan pemerintah saat ini sebesar Rp6.500 per kg turut menurunkan daya serap pasar.

“Waktu HPP masih di kisaran Rp4.200 hingga Rp5.000 per kg, kilang kecil masih bisa bertahan. Tapi sejak naik ke Rp6.500, kilang kecil tidak sanggup lagi beli gabah. Bahkan kilang menengah pun mulai goyah,” jelasnya.

Ia menambahkan, kilang kecil kalah bersaing juga karena menggunakan mesin tua yang membuat biaya produksi lebih tinggi dibandingkan mesin baru milik pengusaha besar.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada program pemerintah untuk membantu peremajaan kilang padi. Bantuan pemerintah masih terfokus pada penyediaan benih, pupuk, dan alat mesin pertanian (alsintan).

“Kami berharap ke depan pemerintah mulai memperhatikan penggilingan padi, khususnya di Sumut. Peremajaan kilang sangat penting agar rendemen beras bisa meningkat,” tutup Juwaini.(mul)

(NAI)

Baca Juga

Rekomendasi