Pukul 11.30, kereta cepat yang saya naikin dari Beijing mendarat dengan mulus di Kota Xian. Orang-orang bergegas keluar. Hanya ada waktu sekitar 5 menit untuk keluar dari kereta. Saat itu penumpang yang turun di Xian begitu ramai. Suasana yang sama juga terjadi saat keluar dari kereta. Terminal Xian sangat padat.

Di luar terminal, terik matahari begitu menyengat, seolah seperti di atas kepala. Dengan jaket yang menutupi sampai kepala, Mey, seorang tourguide di Xian mengatakan bahwa saat itu suhu panas di Xian mencapai 40 derajat. Saya dianjurkan untuk memakai sunblock biar kulit tidak terbakar.

Di musim panas, sangat banyak orang-orang yang menghabiskan liburan di Xian, kota tua yang menjadi titik awal Jalur Sutra. Kota ini bukan hanya menyimpan kisah panjang tentang dinasti dengan berbagai sejarahnya, melainkan kota ini juga menyajikan berbagai kuliner yang menjadi magnet untuk wisatawan dari berbagai negara lainnya, termasuk kuliner halal untuk para wisatawan muslim.

Bagi umat muslim, di kota ini kalian tidak perlu khawatir dengan makanannya. Di balik tembok kota kuno dan bayang-bayang Tentara Terakota, Xi’an menyambut pengunjung dengan aroma rempah yang menggoda.

Bertepatan dengan jam makan siang, restoran halal yang pertama kami datangi di Xian adalah Fangshangren Restaurant yang terletak di Wenjing West Street, Xian. Restoran ini menyajikan makanan khas Xian. Makanan-makanan itu yakni sate kambing khas Xian, kemudian ada roujiamo (roti isi daging sapi atau kambing), ada yangrou paomo (sup roti pipih dengan daging kambing). Rasanya kaya mie sop di Indonesia. Kemudian ada juga Biang Biang Mian yang merupakan mie lebar khas Shaanxi.

Muslim Quarter

Selain di daerah Wenjing West Street, pusat kuliner halal yang buka selama 24 jam juga ada di kawasan Muslim Quarter, Xian. Letaknya berada di pusat kota Xian. Ketika berada di kawasan ini, kalian akan melihat satu jalan yang sangat ramai wisatawan. Persis kayak kawasan kuliner di Alor Bukit Bintang. Hanya saja, di Muslim Quarter ini hampir semua dihuni oleh penduduk muslim. Ada sekitar 108 ribu muslim di daerah ini.

Muslim Quarter juga dihiasi lampu-lampu yang terang, menghiasi jalan-jalan sempit yang dipadati penjual makanan. Di kawasan ini, kalian juga akan melihat pedagang-pedagangnya memaki peci atau lobe. Melihat wanita-wanita Tiongkok memakai kerudung maupun penutup kepala. Bahkan, sepanjang jalan kalian akan mencium wangi daging panggang, rempah-rempah dan roti yang baru keluar dari oven menguar dari setiap sudut.

Saya mencoba mie khas Xian yang lebar-lebar. Tekstur rasanya khas masakan orang-orang China. Dan yang pasti mie ini sangat berminyak. Selanjutnya saya juga mencoba sup roti khas Xi’an yang disajikan dengan potongan roti pipih dan daging kambing. Kuliner-kuliner khas Xian ini adalah kuliner-kuliner yang merupakan dibuat oleh masyarakat suku Hui. Salah satu suku muslim di Xian.

Di Muslim Quarter ini, banyak juga pemilik restoran dengan ramah menunjukkan sertifikat halal dan mereka langsung menunjukan bahan baku yang mereka masak. Tidak heran kalau di kawasan ini nantinya karena akan langsung melihat daging-daging sapi mentah ada di depan restaurant.

Selain makanan halal, di Muslim Quarter juga ramai toko suvenir, pertunjukan jalanan, hingga masjid-masjid bersejarah.

Selain di kawasan Muslim Quarter, beberapa refrensi lain menyebutkan bahwa makanan halal bisa kalian dapatkan di Lao BaiJia Paomo Guan yang terletak di No.?67 Beiyuan Men. Lokasinya sangat dekat dengan Bell Tower yang merupakan kawasan wisata juga di Kota Xian.

Penting dipahami untuk wisatawan muslim bahwa jika ke Tiongkok, cari label halal pada restoran untuk memastikan makanan halal. Kemudian hindari tempat yang terlihat seperti “tourist trap” dan kurang otentik. Dan jika datang ke Xian, kalian wajib mencicipi makanan khas Xi’an seperti dumpling sup, sate kambing, roti naan, dan jajanan manis seperti zenggao (kue beras lengket kurma).