Warga Desa Simare Kompak Pasang Spanduk Penolakan Terhadap LSM AMAN dan KSPPM (Analisadaily/Jafar Wijaya)
Analisadaily.com, Toba - Kerusuhan yang terjadi di Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, pada Kamis, 7 Agustus 2025, menyisakan ketegangan di tengah masyarakat.
Pasca insiden tersebut, warga memasang spanduk yang secara tegas menolak kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) AMAN dan KSPPM di desa mereka.
Spanduk tersebut bertuliskan, "Kami Masyarakat Desa Simare Menolak Keras Kehadiran LSM AMAN dan KSPPM di Desa Simare".
Edison Hutapea (70), seorang tokoh adat setempat yang juga menjadi korban pengeroyokan dalam bentrokan itu, menyatakan bahwa spanduk tersebut adalah inisiatif dari warga.
Edison menjelaskan bahwa keributan yang terjadi di Dusun 3 dan 4 dipicu oleh provokasi yang dilakukan oleh LSM Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
"Padahal dusun tiga dan empat ini baik-baik saja tidak ada permasalahan. Namun, karena provokasi itu lah memuncaknya keributan itu," ujar Edison kepada wartawan, Selasa (12/8).
Ia juga menambahkan bahwa warga desa selalu menolak kehadiran LSM tersebut karena dianggap memecah belah masyarakat.
Edison sendiri mengaku tidak setuju jika PT Toba Pulp Lestari (TPL) ditutup, karena keberadaan perusahaan tersebut sangat membantu perekonomian warga dengan membuka lapangan pekerjaan.
"Sampai mati pun saya tidak mengizinkan TPL ini tutup karena ini sumber ekonomi rakyat," tegasnya.
Terkait pemasangan spanduk, Camat Borbor, James Pasaribu, memberikan pernyataan berbeda. Ia mengatakan bahwa spanduk penolakan tersebut juga diketahui oleh pemerintah desa.
Meskipun terjadi pengeroyokan dan kerusakan, Edison menegaskan bahwa proses hukum atas pengeroyokan yang dialaminya tetap akan berjalan sesuai aturan. Ia telah melaporkan insiden tersebut ke Polres Toba.
Sementara itu, untuk keributan antarwarga, perdamaian sudah dicapai secara tertulis dan disaksikan oleh pihak kepolisian serta TNI.
(JW/RZD)