Pengamat: Pertumbuhan Ekonomi Sumut pada 2025 Terancam Hanya Tumbuh di Kisaran 5 Persen, Jika...

Pengamat: Pertumbuhan Ekonomi Sumut pada 2025 Terancam Hanya Tumbuh di Kisaran 5 Persen, Jika...
Pengamat Ekonomi Wahyu Ario Pratomo (Analisadaily/Reza Perdana)

Analisadaily.com, Medan - Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) pada 2025 terancam hanya tumbuh di kisaran 5 persen kalau beberapa langkah tidak dilakukan di triwulan III ini. Hal ini disampaikan Pengamat Ekonomi Wahyu Ario Pratomo.

Disebutkannya, ancaman pertumbuhan ekonomi Sumut yang melambat atau hanya 5 persen itu mengacu pada pencapaian ekonomi di triwulan II yang hanya tumbuh sebesar 4,69 persen. Padahal, di triwulan II banyak faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi seperti ada momen Ramadan, Lebaran Iduk Fitri dan libur sekolah.

“Namun hasilnya hanya tumbuh 4,69 persen walaupun angka itu naik dibandingkan triwulan I 2025,” kata Wahyu, yang juga Dosen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) itu, Kamis (14/8/2025).

Menurutnya, harus ada langkah-langkah konkret untuk mendukung pergerakan ekonomi di triwulan III agar pertumbuhan ekonomi Sumut bisa di atas 5 persen atau 6-an persen seperti yang diharapkan pemerintah.

“Dalam pergerakan ekonomi, biasanya tercermin di pertumbuhan pada triwulan II dan III. Alasannya karena pada triwulan I perekonomian masih belum bergerak banyak (tanpa faktor hari besar keagamaan dan libur sekolah) dan di triwulan IV juga pergerakannya lemah, karena hanya tinggal menghabiskan sisa anggaran,” terangnya.

Wahyu menyebut, di triwulan III, belanja modal pemerintah (proyek pembangunan pemerintah) dan swasta (investasi investor) harus dilaksanakan agar perekonomian tumbuh.

“Ya, segerakan belanja pemerintah lewat pengerjaan proyek, dan proyek investasi investor di triwulan III,” tegasnya.

Disebutkan Wahyu juga, saat ini nilai investasi, khususnya asing di Sumut berada di bawah daerah di Sumatera seperti Riau. Kondisi ini mengindikasikan kurang diminatinya lagi Sumut sebagai tempat investasi. Padahal, dulunya Sumut selain pertumbuhan ekonominya cukup tinggi.

“Nilai investasinya juga cukup bagus dibandingkan daerah di Sumatera,” ujarnya.

Wahyu menilai, turunnya nilai investasi antara lain karena ketidakpastian kepemilikan lahan, birokrasi perizinan dan mandeknya hilirisasi industri. Semua menjadi pekerjaan rumah serius bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut dan Pusat untuk kembali meningkatkan perekonomian maupun investasi di Sumut.

“Apalagi Gubernur Sumut Bobby Nasution menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata Sumut menjadi 6,08 persen di tahun 2029 dari 2024 yang masih 5,03%,” bebernya.

Di tengah Sumut yang masih lamban bertumbuh saat ketidakpastian ekonomi dunia, pertumbuhahan ekonomi Indonesia secara nasional justru melaju kencang. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada triwulan II-2025, perekonomian nasional tumbuh 5,12% (y-on-y), naik dari 4,67% di triwulan I-2025.

Dikatakan Wahyu, pencapaian itu bukan sekadar angka, melainkan bukti bahwa mesin ekonomi Indonesia berjalan lebih cepat dibandingkan banyak negara lain di ASEAN. Dibandingkan pada periode yang sama, ekonomi Malaysia hanya tumbuh 4,5%, Singapura 4,3%, dan Thailand bahkan tertahan di 2,3%.

"Jika membandingkannya dengan mitra dagang utama di luar ASEAN, performa Indonesia jauh di depan. Amerika Serikat misalnya, hanya mencatat pertumbuhan 2,0%, Korea Selatan 0,5%, sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi global versi IMF untuk 2025 berada di angka 3,0%," terangnya.

Atas capaian ini, Indonesia tidak hanya berhasil mempertahankan momentum, tetapi juga keluar dari bayang-bayang proyeksi perlambatan global. Pendorong utama kinerja itu datang dari tiga komponen, yakni konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor barang dan jasa.

Konsumsi rumah tangga tetap menjadi “raja” dalam struktur PDB, menyumbang 54,25% terhadap total ekonomi. Pada Triwulan II-2025, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% (y-on-y), didorong oleh mobilitas tinggi masyarakat selama libur Hari Besar Keagamaan Nasional (seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, Idul Adha), libur sekolah, dan pariwisata domestik.

Belanja masyarakat, terutama pada makanan, transportasi, dan rekreasi, melonjak signifikan, diperkuat oleh program bantuan sosial dan bantuan subsidi upah (BSU) dari pemerintah. Dari sisi investasi, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh solid.

"Jika pertumbuhan ekonomi Sumut bisa bertumbuh bagus di triwulan II, maka perekonomian Indonesia akan semakin bagus," pungkasnya.

(RZD/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi