Kampus Zero Waste dan Pusat Inovasi, TPST USU Jadi Tempat Budidaya Maggot

Kampus Zero Waste dan Pusat Inovasi, TPST USU Jadi Tempat Budidaya Maggot
Kampus Zero Waste dan Pusat Inovasi, TPST USU Jadi Tempat Budidaya Maggot (Analisadaily/istimewa)

Analisadaily.com, Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Universitas Sumatera Utara (USU) kini menjadi pusat pengolahan sampah dan budidaya maggot. Diresmikan Gubernur Sumut Bobby Nasution pada Mei lalu, fasilitas ini menjadi langkah menuju kampus zero waste sekaligus pusat inovasi. TPST lahir dari gagasan dosen Teknik Lingkungan USU awal 2024.

Ketua Prodi Teknik Lingkungan, Zaid Perdana Nasution, ST, MT, Ph.D, mengatakan berdirinya TPST saat tengah berdiskusi membahas pengolahan sampah di USU.

"Ada pengelolaan, tapi belum berbasis keilmuan yang kami miliki. Padahal, kami punya pengetahuan, pengalaman dan teknologi untuk itu. Dari diskusi itu lahirlah ide besar untuk membangun TPST yang tak sekadar membersihkan sampah, tapi menjadi laboratorium hidup untuk riset, edukasi, hingga peluang komersialisasi yang sangat benderang," katanya, Senin (25/8).

Rektor USU, Prof Dr Muryanto Amin, SSos, MSi, merespon positif dan meminta agar program TPST tidak berhenti hanya pada pengelolaan teknis, tetapi terintegrasi dengan penelitian lintas disiplin, yang memungkinkan tumbuhnya potensi komersialisasi yang nantinya akan menghidupi TPST secara mandiri.

Zaid mengatakan program percontohan dimulai di empat fakultas—FISIP, Teknik, Kedokteran, Psikologi, serta biro rektor. Tempat sampah tiga warna (merah, kuning, hijau) ditempatkan di titik strategis untuk memilah organik, anorganik, dan residu/B3.

Sampah plastik diolah lewat pirolisis menjadi solar dan bensin, organik (daun/ranting) dijadikan kompos atau RDF, sedangkan sisa makanan diubah menjadi pakan maggot Black Soldier Fly yang menjadi kunci siklus pengolahan.

Maggot: Dari Limbah Jadi Emas Putih

Zaid menjelaskan maggot ini pengurai ulung, sekaligus sumber protein. Setelah dewasa, bisa dijual untuk pakan ayam, bebek, hingga ikan. "Produk turunan seperti tepung maggot atau pelet pakan sangat diminati, bahkan pasarnya sudah tembus internasional,” jelas Zaid.

Harga maggot, lanjutnya, mulai dari maggot basah dijual Rp5.000–10.000 per kilo, maggot kering Rp75.000/kg, dan kualitas ekspor bisa menembus Rp100.000/kg. Dari tiga kilo maggot basah, dapat dihasilkan satu kilo maggot kering. "Di luar negeri, tren konsumsi maggot untuk pangan manusia bahkan mulai tumbuh, menjadikannya “emas putih” bernilai tinggi," ungkapnya.

Fasilitas TPST USU kini dilengkapi conveyor belt, mesin cacah plastik, mesin pengering maggot, hingga mesin pelet pakan. Semua ini mendukung konsep circular economy: sampah bukan lagi limbah, melainkan sumber daya baru.

Kepala Humas USU, Amalia Meutia, M.Psi., menyebut konsep ini memang belum berbentuk bank sampah berbasis tabungan, tetapi sudah sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular. “Ke depan, kami akan menjajaki model insentif agar mahasiswa dan masyarakat sekitar lebih aktif berpartisipasi,” ujarnya.

Dari Kampus untuk Bumi

Bagi Zaid, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) lebih strategis dibanding TPA: lahan lebih kecil, biaya operasional rendah, dan hasil lebih produktif. Lebih dari itu, TPST juga menjadi ruang riset, edukasi, dan kolaborasi.

Mahasiswa dari berbagai prodi memanfaatkannya untuk penelitian maggot, pengembangan sistem digital, hingga game edukasi. “Pak Rektor ingin TPST jadi unit penelitian, pengabdian, sekaligus komersialisasi. Kami terbuka bekerja sama dengan pemerintah, BUMN, UMKM, maupun kampus lain,” ujar Zaid.

Meski baru berdiri, TPST USU berambisi jadi percontohan nasional, bahkan skala kecamatan dan kota. Dari balik mesin pengolah sampah, tersimpan mimpi besar: mengubah sampah menjadi sumber daya, menopang ketahanan pangan, dan membuka peluang ekonomi.

Gerakan yang lahir dari obrolan kecil ini kini tumbuh jadi laboratorium hidup yang menyatukan riset, teknologi, ekonomi, dan gaya hidup baru. Pesannya sederhana: bumi hanya pulih bila manusia mau merawatnya. Dari TPST USU, mengudara janji untuk bumi yang lebih bersih, hijau, dan penuh harapan.

(REL/BR)

Baca Juga

Rekomendasi