Mereka menuntut bertemu Ketua DPRD, Sabam Sibarani. Tujuan kedatangan, untuk menyatakan sikap menolak dan menutup PT Gunung Raya Timber (Gruti).

“Kami tidak butuh kalian. Kami butuh Sabam Sibarani,” ujar juru bicara, Pangihutan Sijabat saat diterima Wakil Ketua, Halvensius Tondang dan rekan.

Pangihutan menyebut, Halvensius bersikap abu-abu soal Gruti. Padahal, aksi perusahaan dimaksud telah memporak-porandakan hutan di wiayah mereka. Sumber air sudah hilang.

Tua Purba mengungkap, saat dengar pendapat, Sabam menyambut baik pihak yang mendukung Gruti. Namun ketika pihak penentang datang, Sabam tak mau menerima.

“Keluar kau Sabam,” ujar Tua.

Merespons desakan warga, Halvensius akhirnya buka suara soal posisi Sabam. “Sabam lagi di Jakarta,” kata Halvensius.

Warga mengamuk dan melontarkan berbagai kalimat kemarahan. Bahkan, Pangihutan mengeluarkan kalimat sangat kasar dalam bahasa Batak. Warga lainnya mengancam menemui Sabam ke rumah.

“Tahu kalian kenapa Sabam tidak mau datang? Diduga, Sabam mendapat 20 hektar lahan dari Gruti dan Kapolres seluas 60 hektar untuk ketahanan pangan. Kok Gruti bagi-bagi lahan?” ungkap Pangihutan.

Pada pertemuan itu, Pangihutan mempertanyakan sikap dewan terkait pemanggilan 13 orang warga atas kasus perusakan Gruti.

Halvensius meminta Kapolres, AKBP Otniel Siahaan menunda pemanggilan. Namun Otniel menyebut, pemanggikan dimaksud merupakan proses hukum.

Otniel belum merespons pertanyaan wartawan, apakah benar mendapat lahan seluas 60 hektare dari Gruti. Pesan belum berbalas.

(SSR/RZD)