Sofyan Tan: Literasi Digital Bukan Sekadar Membaca, Tapi Memahami dan Mengimplementasikan (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, dr. Sofyan Tan, menegaskan pentingnya pemahaman yang utuh terhadap literasi digital sebagai bekal utama dalam menghadapi era digitalisasi yang semakin masif.
Hal ini disampaikannya saat membuka acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi Digital dalam rangka Peningkatan Kapasitas Pengguna Riset dan Inovasi untuk Masyarakat, yang digelar Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI di Hotel Emerald Garden, Jalan Putri Hijau, Medan, Kamis (25/9).
“Literasi itu bukan hanya soal membaca. Orang yang membaca tapi tidak paham apalagi tidak mengimplementasikan, itu belum bisa dikatakan literat. Apalagi dalam konteks digital,” ujar Sofyan Tan di hadapan para peserta yang terdiri dari mahasiswa berbagai kampus di Kota Medan.
Menurutnya, literasi digital memiliki makna yang jauh lebih dalam dibandingkan hanya kemampuan dasar membaca atau menggunakan perangkat digital.
Ia menekankan bahwa literasi digital merupakan kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, menciptakan, dan mengkomunikasikan informasi melalui teknologi digital.
“Digital itu bukan sekadar teknologi, tapi cara kita mengolah informasi. Dengan literasi digital, kita bisa menjaga persatuan, membangun hubungan tanpa memandang latar belakang,” ujarnya.
Sofyan Tan juga menjabarkan komponen penting dalam literasi digital. Pertama, kecakapan teknis atau technical skillyakni keterampilan dasar seperti menggunakan laptop, smartphone, menginstal dan mengoperasikan aplikasi seperti office, browser, dan email, yang menjadi prasyarat utama.
Kedua, kecakapan kritis atau cognitive skill, yakni pengguna media sosial khususnya harus mampu mengevaluasi kebenaran informasi. Ia menyoroti kebiasaan sebagian masyarakat yang gemar menyebarkan informasi hanya berdasarkan judul tanpa membaca isi berita.
“Ini yang sering menimbulkan bahaya. Bisa sebabkan amuk massa, salah paham jika info yang disebar itu hoaks,” jelasnya.
Kemudian ketiga, kecakapan sosial budaya atau social-cultural skill dimana literasi digital juga menuntut pemahaman terhadap konteks sosial dan budaya di dunia maya.
Melalui kegiatan ini, Sofyan Tan berharap masyarakat, terutama generasi muda, dapat memahami bahwa literasi digital adalah benteng terakhir dalam menjaga keutuhan sosial di tengah derasnya arus informasi. Ia mengajak semua pihak untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pembelajar yang kritis dan bertanggung jawab.
“Dengan literasi digital yang baik, kita bukan hanya bisa menyaring informasi, tapi juga bisa menjaga persatuan bangsa,” ujarnya.
Sementara itu, Analis Kebijakan Ahli Muda BRIN, Muh Yasir, dalam pemaparannya mengatakan bahwa generasi muda khususnya mahasiswa saat ini adalah generasi digital native — generasi yang lahir dan tumbuh bersama teknologi digital.
Namun, menurut Yasir, meski akrab dengan teknologi, tidak serta merta mereka memiliki kecakapan digital yang utuh.
“Sudah hampir 7 tahun terakhir ini penetrasi internet di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai 80%. Tapi penggunaan internet secara cerdas masih menjadi tantangan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu peserta diberikan penjelasan dan teknik dalam mengetahui perbedaan video atau foto hasil artificial intelegence dengan yang asli. Sebab saat ini sudah banyak beredar video dan foto hasil dari aplikasi kecerdasan buatanyang dapat membuat banyak orang terprovokasi dan terpancing emosi.
(REL/RZD)