Inisiatif Besar PTAR: 5.700 Hektare untuk Konservasi Batang Toru dan Perlindungan Orangutan Tapanuli (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Abu Dhabi — PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, mengumumkan langkah monumental dengan mengonversi area seluas 5.700 hektare di kawasan Batang Toru, Sumatra Utara, menjadi wilayah konservasi keanekaragaman hayati.
Inisiatif ini disampaikan oleh Wakil Presiden Direktur PTAR, Ruli Tanio, di hadapan para ilmuwan, pakar lingkungan, dan aktivis konservasi dunia dalam Kongres Konservasi Dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN) 2025 di Abu Dhabi.
“Setiap kegiatan operasional kami, termasuk rencana mendatang, selalu berpedoman pada pertimbangan konservasi dan prosedur mitigasi lingkungan yang diawasi ketat oleh para ahli konservasi Biodiversity Advisory Panel. Kami membuktikan bahwa 'ekstraksi' dan 'refugia' dapat hidup berdampingan secara harmonis sehingga mampu berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem Batang Toru,” tuturnya, dalam keterangan diperoleh Kamis (16/10/2025).
Ruli menjelaskan terdapat dua inisiatif tata guna lahan berskala bentang alam. Pertama, pengelolaan kawasan refugia keanekaragaman hayati jangka panjang di lahan sekitar 2.000 hektare yang berada di wilayah Kontrak Karya PTAR.
Area ini akan menjadi penyangga krusial dan koridor ekologi penting dalam menjaga kelestarian dan pergerakan satwa liar, termasuk spesies primata kunci, di kawasan hutan Batang Toru.
Kedua, proyek kompensasi keanekaragaman hayati (
biodiversity offset) di lahan sekitar 3.700 hektare di luar area operasi tambang. Area ini dirancang untuk memperluas dan memperbaiki ekosistem alami sebagai tahap akhir dari hierarki mitigasi internasional.
“Total kedua kawasan itu jauh melampaui jejak operasi kami selama ini yang seluas 635 hektare. Upaya berbasis sains ini ditujukan untuk mengamankan sejumlah lahan bagi perlindungan jangka panjang ekosistem Batang Toru,” ujar Ruli di sesi diskusi bertajuk “
Beyond Extraction: Exploring Biodiversity Refugia in Indonesian Production Landscapes” di Kongres Konservasi Dunia IUCN 2025 di Abu Dhabi, Senin (13/10/2025).
Profesor Jatna Supriatna, Ketua Research Center for Climate Change (RCCC) sekaligus Direktur Institute for Sustainable Earth and Resources (ISER) Universitas Indonesia, yang memandu jalannya diskusi menilai pendekatan PTAR sebagai contoh ideal kolaborasi sektor swasta dan sains dalam mengelola lingkungan.
“Pertambangan kerap dipandang sebagai ancaman. Namun, dengan bukti ilmiah dan tata kelola berbasis data, sektor swasta bisa menjadi bagian dari solusi konservasi,” ujarnya.
Sederet aksi perlindungan lahan konsisten dilakukan PTAR. Perusahaan memasang jembatan arboreal dan kamera jebak di area yang terfragmentasi untuk memastikan keamanan satwa penghuni pohon dan menyumbangkan data berharga bagi penelitian konservasi.
Untuk mendorong ilmu pengetahuan di bidang konservasi, PTAR telah mendirikan stasiun riset orangutan dan laboratorium ekologi di dalam wilayah Kontrak Karya.
Seluruh kegiatan ini dan strategi konservasi lainnya diawasi oleh Biodiversity Advisory Panel (BAP), kelompok ilmuwan independen yang memastikan setiap langkah konservasi PTAR berbasis sains dan memiliki dampak terukur.
(REL/RZD)