
Kawasan Kampung Susun Kunir di jantung Kota Tua Jakarta kini kembali hidup dengan semangat baru. Melalui program kolaboratif bertajuk “Ngampung Malam di Kunir: Ngasik Atmosfir Kampungnya Kota Tua”, akademisi, desainer, dan warga setempat berkolaborasi mengembangkan konsep wisata malam berbasis budaya lokal yang berkelanjutan.
Kawasan Kampung Susun Kunir di jantung Kota Tua Jakarta kini kembali hidup dengan semangat baru melalui program kolaboratif bertajuk “Ngampung Malam di Kunir: Ngasik Atmosfir Kampungnya Kota Tua.” Inisiatif ini menyatukan akademisi, desainer, dan warga setempat dalam upaya mengembangkan konsep wisata malam berbasis budaya lokal yang berkelanjutan.
Program ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang digagas oleh dosen Faculty of Art, Design, and Architecture (FADA) President University, Afina Nisa Aulia, S.Ds., M.Ds., bersama Remandhia Mulcki, S.Sn., M.Ds., dan Hadi Jaya Putra, S.Ars., M.Ars., dengan melibatkan mahasiswa serta mitra lintas institusi seperti Universitas Sumatera Utara (USU), Kampung Kollektief, Ritsumeikan University, dan MERStudio.
Kampung Susun Kunir dikenal sebagai kawasan bersejarah yang memiliki kehidupan sosial khas, namun potensi wisatanya belum tergarap optimal. Gagasan wisata malam di kampung ini pertama kali muncul dari Selly Veronica, S.T., M.T., dari PUI-PB USU, yang melihat besarnya peluang Kampung Kunir sebagai bagian dari destinasi wisata populer Kota Tua.
“Kampung Kunir memiliki kekuatan unik — dari sejarah panjang, ketangguhan warganya, hingga keterbukaan terhadap inovasi. Semua ini bisa menjadi daya tarik wisata malam yang khas,” ujar Selly.
Melalui kegiatan Ngampung Malam di Kunir, tim PkM memperkenalkan konsep wisata tematik yang memadukan unsur edukasi, seni budaya, kuliner lokal, dan pencahayaan arsitektural.
“Kami ingin menggeser pandangan bahwa wisata malam hanya milik ruang modern. Kampung pun bisa menghadirkan suasana malam yang hidup, aman, dan berbudaya,” jelas Afina Nisa Aulia, Ketua Tim PkM President University.
Program ini tidak hanya berfokus pada aspek pariwisata, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi warga melalui pelatihan pengelolaan wisata malam, promosi berbasis budaya, serta penerapan pencahayaan tematik ramah lingkungan. Sebagai bagian dari kegiatan, tim PkM menyerahkan 10 unit lampu tenaga surya hasil kolaborasi dengan MERStudio untuk memperkuat suasana malam sekaligus memperkenalkan energi terbarukan.
“Lampu ini bukan sekadar penerang, tetapi simbol semangat baru masyarakat Kunir untuk menerangi kampungnya sendiri,” kata Remandhia Mulcki, desainer visual dari tim PkM. Selain itu, warga juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan seperti bazar kuliner, musik dangdut rakyat, olahraga malam, serta bincang reflektif antara warga, akademisi, dan tamu undangan.
Acara yang berlangsung pada Sabtu malam tersebut menghadirkan berbagai kegiatan menarik, di antaranya paparan desain aktivasi wisata kampung oleh Iqra Firdausy dari Kampung Kollektief, pendampingan wisata berbasis nilai lokal oleh Selly Veronica dari PUI-PB USU, workshop desain pencahayaan tematik oleh tim MERStudio, serta hiburan berupa kuliner dan musik malam warga Kampung Kunir. Suasana malam kampung terasa akrab dan hangat dengan antusiasme warga yang memeriahkan acara.
Menurut Hadi Jaya Putra, dosen arsitektur President University, kegiatan ini menjadi riset sosial dan arsitektural tentang placemaking dan revitalisasi kampung kota.
“Kampung Kunir bukan sekadar latar sejarah, tapi ruang hidup yang terus beradaptasi. Malam hari kini menjadi ruang baru bagi aktivitas warga dan ekonomi komunitas,” ujarnya.
Melalui pendekatan community-based tourism, warga didorong menjadi aktor utama dalam pengelolaan wisata sehingga keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat terjaga.
Program ini mendapatkan dukungan dari Hibah PkM Skema BIMA Diktisaintek Berdampak 2025 yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM). Afina menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal menuju model wisata malam yang inklusif dan berakar pada identitas lokal, sekaligus membuka peluang penelitian lanjutan terkait strategi pencahayaan, manajemen atraksi budaya, dan penguatan ekonomi warga.
Ke depan, tim PkM President University bersama mitra kolaborator berencana memperluas model Ngampung Malam ke kampung lain di kawasan Kota Tua seperti Luar Batang dan Pekojan.
“Kampung Kunir bukan sekadar tempat tinggal — tetapi ruang hidup di mana warga, sejarah, dan cahaya berpadu membentuk identitas baru Kota Tua,” tutup Afina.
Melalui kegiatan Ngampung Malam di Kunir, President University bersama para mitra berharap dapat terus mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya lokal. Program ini menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara akademisi, desainer, dan warga dapat menghadirkan inovasi wisata yang berkelanjutan, ramah lingkungan, sekaligus memperkuat identitas kawasan bersejarah seperti Kota Tua Jakarta.