Kasus Keracunan MBG di SMPN 1 Laguboti, Kadiskes Sumut Faisal Hasrimy akan Dievaluasi (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Kasus keracunan puluhan pelajar SMP Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba akan menjadi bahan evaluasi bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar hal serupa tidak terjadi lagi.
"Peristiwa Ini akan menjadi evaluasi bersama. Agar hal serupa tidak terjadi lagi di sekolah lainnya," demikian tegas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara HM Faisal Hasrimy kepada wartawan Kamis (16/10/2025).
Atas kejadian tersebut, lanjut Faisal, Dinkes Sumut sudah turun langsung ke sekolah memberikan penyuluhan dan pemantauan kesehatan terhadap para siswa.
Berdasarkan data Dinkes Sumut hingga Rabu malam (15/10) pukul 22.00 WIB, jumlah siswa yang mengalami gejala keracunan mencapai 85 orang.
Rinciannya sebagai berikut, RSUD Porsea: 32 orang (7 rawat inap, 6 observasi, 19 sudah pulang) RS HKBP Balige: 23 orang (6 rawat inap, 14 observasi, 3 sudah pulang). Selanjutnya, Puskesmas Laguboti: 27 orang (6 observasi, 21 sudah pulang), dirawat di rumah: 3 orang.
Menurut Faisal, sebagian besar siswa kini telah pulih. Kondisi umum siswa sudah membaik, sebagian sudah dipulangkan setelah dokter melakukan visite.
Meski demikian, penyebab pasti keracunan masih dalam tahap pemeriksaan laboratorium. Dugaan sementara, keracunan disebabkan oleh makanan yang tidak memenuhi standar kebersihan atau wadah penyajian yang tidak higienis.
“Dari hasil awal, ada kemungkinan proses pengolahan dan penyimpanan makanan tidak sesuai standar. Ini akan kami dalami lebih lanjut,” ujarnya.
Faisal juga menegaskan, kejadian ini menjadi peringatan keras bagi seluruh penyedia makanan di sekolah agar segera mengurus sertifikat penjamah makanan dan SLHS.
“Kita tidak boleh anggap remeh. Setiap makanan yang dikonsumsi siswa harus dipastikan aman dan sehat. Petugas SPPG wajib memiliki sertifikasi resmi,” tegasnya.
Belum Miliki Sertifikat
Di kesempatan itu, Hasrimy menyampaikan sampai saat ini sebagian besar petugas penyedia pangan siap saji sekolah (SPPG) di daerah tersebut belum memiliki sertifikat penjamah makanan yang layak.
Dari 400 SPPG yang sudah beroperasi dan setiap satu SPPG ada petugas SPPG 47 orang. Dari 47 petugas ini 50%-nya wajib mengikuti pelatihan penjamahan makanan. Sampai dengan hari ini sudah ada 1.250 petugas SPPG yang sudah menerima pelatihan penjamahan makanan di Sumut.
Artinya, baru 25% SPPG yang petugasnya sudah mengikuti pelatihan, sedangkan sisanya sedang dalam proses.
“Saat ini kami sedang mempercepat proses pelatihan dan penerbitan sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi (SLHS),” pungkasnya.
(MC/RZD)