Pendidikan Tinggi Punya Peran Penting Optimalkan Bonus Demografi dan Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi 8%

Pendidikan Tinggi  Punya Peran Penting Optimalkan Bonus Demografi dan Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi 8%
Pendidikan Tinggi Punya Peran Penting Optimalkan Bonus Demografi dan Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi 8% (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Perguruan Tinggi berperan penting dalam pencapaian Indonesia Emas dan optimalisasi bonus demografi, serta mendukung tekad Presiden Prabowo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Hal ini diungkapkan Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN Prof. Budi Setiyono saat mengisi kuliah umum di Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (24/10/2025).

Kegiatan kuliah umum ini dihadiri oleh para mahasiswa, dosen dan pejabat universitas dengan mengambil tema tentang “Generasi Produktif Siap menuju Indonesia Emas 2045”.

“Indonesia saat ini berada di ambang peluang besar untuk mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045. Salah satu kunci utama untuk mencapai visi ini adalah dengan mengoptimalkan bonus demografi yang dimiliki oleh negara ini. Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk menjadi tenaga kerja yang berkualitas dan inovatif,” terangnya.

Bonus Demografi: Peluang dan Tantangan

Bonus demografi adalah fenomena di mana jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk usia non-produktif. Ini adalah peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan produktivitas ekonomi. Namun, bonus demografi juga dapat menjadi tantangan jika tidak dikelola dengan baik.

Perguruan tinggi berperan penting dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk menjadi tenaga kerja yang berkualitas dan inovatif. Prof Budi berpesan beberapa hal dapat dilakukan oleh perguruan tinggi untuk membantu pencapai Indonesia Emas dan optimalisasi bonus demografi diantaranya meningkatkan Kualitas Pendidikan.

“Perguruan tinggi perlu meningkatkan kualitas pendidikan dengan menyediakan layanan tridharma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian) yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders, meningkatkan kualitas dosen, dan menyediakan fasilitas yang memadai untuk proses belajar mengajar,” imbuh Prof Budi.

Kemudian dengan mengembangkan kurikulum dan keterampilan yang Relevan. “Kembangkan kurikulum dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, seperti keterampilan teknologi, keterampilan komunikasi, dan keterampilan kepemimpinan,” tambahnya.

Terakhir, kata Prof Budi, membangun kerjasama dengan Industri sebagai cara untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan industri, jelasnya.

Dukungan untuk Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8%

Sesmendukbangga menambahkan bahwa Presiden Prabowo Subianto menunjukkan tekad kuat untuk mengakselerasi pembangunan ekonomi Indonesia dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% per tahun selama periode 2025-2029. “Target ini merupakan bagian dari kebijakan "Prabowonomics" yang berfokus pada pembangunan ekonomi berbasis kedaulatan pangan, energi, dan peningkatan daya saing industri nasional.”

Pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo. Dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan mengembangkan keterampilan yang relevan, perguruan tinggi dapat membantu meningkatkan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, tutup Prof. Budi.

Sementara itu, Kepala BKKBN Provinsi Sumatera Utara, Dr. Fatmawati, ST., M.Eng., menegaskan bahwa bonus demografi bukan sekadar statistik, melainkan peluang strategis yang harus diiringi dengan peningkatan kualitas dan profesionalisme generasi muda.

“Generasi produktif jangan hanya dilihat dari angka. Kita harus pastikan mereka benar-benar bekerja di sektor formal dan mampu menyumbang secara fiskal bagi negara,” ujar Fatmawati.

Bonus Demografi: Peluang atau Beban?

Fatmawati menjelaskan bahwa meskipun jumlah penduduk usia produktif lebih tinggi dibandingkan usia non-produktif, hal itu belum menjamin pertumbuhan ekonomi. Banyak dari mereka justru terserap di sektor informal seperti pemulung, pedagang kaki lima, atau buruh harian, yang tidak memiliki kontribusi fiskal langsung.

“Kalau kita ingin Indonesia maju, pertumbuhan ekonomi harus di atas 8%. Tapi kalau generasi produktif kita hanya terserap di sektor informal, itu tidak cukup,” tegasnya.

Tantangan Supply dan Demand Tenaga Kerja

Ia juga menyoroti ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dan ketersediaan lapangan pekerjaan. “Kalau supply tenaga kerja dua juta, tapi demand-nya hanya satu juta, maka satu juta sisanya akan menganggur. Ini PR besar bagi semua kementerian dan lembaga,” jelas Fatmawati.

Fatmawati menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta. “Kita harus bersiap bersama. Bonus demografi hanya akan menjadi berkah jika kita mampu mengelola supply dan demand secara seimbang,” tutupnya.

Baca Juga

Rekomendasi