Program Gerakan Hati untuk Gubuk Si Tukang Lidi

Program Gerakan Hati untuk Gubuk Si Tukang Lidi
Hayat sedang mengangkat lidi setelah seharian baru selesai ia kikis dari pelepah sawit bersama sang istri di depan rumah nya yang baru saja mendapatkan bantuan pemasangan listrik gratis oleh PLN (Analisa/qodrat al qadri)

Bantuan sambungan listrik gratis dari gerakan hati insan PLN menyalakan kembali harapan hidup Hayat, seorang kakek berusia 68 tahun yang tinggal di gubuk tepas, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Analisadaily.com, Langkat - Menjelang senja di Jalan Pinang II, Kelurahan Dendang, Kecamatan Dendang Tirta, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Selasa (28/10/2025), seorang lelaki tua menunduk tekun memisahkan lidi dari pelepah sawit yang sudah kering. Jemarinya kasar, punggungnya bungkuk, tapi wajahnya memancarkan ketenangan.

Dialah Hayat, 68 tahun, lelaki yang hampir seluruh hidupnya dijalani dalam redup cahaya. Bersama istrinya, Supiani (65), ia tinggal di rumah sederhana berukuran 5x6 meter di tepi kebun sawit. Di rumah itu pula, empat cucu mereka tumbuh besar di bawah pengasuhan penuh kasih, meski di tengah keterbatasan.

“Dari dulu kerja kami ya begini,” ujarnya pelan sambil menatap tumpukan lidi di sampingnya. “Sekilo empat ribu dijual. Kalau lagi ramai, seminggu bisa dapat seratus kilo. Dari situ lah kami makan,” ujar Hayat.

Pagi pukul 07.00 WIB ia sudah pergi ke kebun-kebun sawit di Langkat untuk mencari pelepah. Kendaraan utamanya adalah sepeda motor bekas anaknya. Dan pernah saat mencari pelepah, sepeda motornya hilang. Ia pun tak sanggup lagi membelinya padahal sepeda motor itu juga pemberian orang. Pulang mencari pelepah sore hari, ia dibantu sang istri untuk mengikis pelepah menjadi lidi. Di tengah usia keduanya yang tak lagi muda, mereka masih bersemangat mencari nafkah. Tidak menjadi peminta-minta melainkan terus berjuang. “Untung saja belum ada penyakit gula,” kata Hayat.

Ia sendiri menikahi Supiani pada tahun 1982. Saat itu, kampung mereka belum tersentuh listrik. Malam hari, satu-satunya penerangan hanya lampu semprong dari minyak tanah. Bertahun-tahun mereka hidup begitu, terbiasa dalam gelap, terbiasa menunggu pagi untuk kembali bekerja.

LISTRIK GRATIS PLN: Ayat (68) bersama istrinya Supiani (65), dan kedua cucu nya menikmati tayangan televisi saat rumah mereka sudah dialiri listrik gratis dari PLN di kawasan Langkat, Sumut, Selasa 28 Oktober 2025. Analisadaily.com/qodrat al qadri
Ketika listrik mulai masuk ke desanya puluhan tahun yang lalu, Hayat belum mampu ikut menyambung listrik. Biaya pemasangan terlalu berat. Dengan penghasilan sekitar Rp400 ribu seminggu, nyaris tak ada ruang untuk menyisihkan uang demi pasang listrik. Apalagi ia harus menanggung beban empat cucu yang ditinggal oleh anak perempuan semata wayangnya meninggal dunia karena penyakit yang diderita. Menantunya hijrah ke Medan dan tak mengirim uang. Akhirnya, biaya membesarkan cucunya di tanggung oleh mereka berdua. Selama, untuk penerangan rumahnya, mereka menumpang aliran listrik dari rumah tetangganya dan membayar Rp50 ribu tiap bulan.

“Kadang kalau lagi gak ada uang, kami gelap lagi,” sambung Supiani, istri Hayat.

“Anak-anak belajar di bawah cahaya lilin, atau numpang di rumah sebelah. Sedih kali rasanya,” ujarnya.

Bantuan PLN

Bertahun-tahun tak memakai listrik, harapan untuk gubuknya terang akhirnya terwujud di 21 Oktober 2025. Melalui program Listrik untuk Semua (Light Up The Dream / LUTD), PLN mendata keluarga-keluarga di pelosok Dendang Tirta yang belum menikmati listrik. Nama Hayat dan Supiani masuk dalam daftar penerima bantuan. Mereka mendapat sambungan listrik 900 VA.

“Petugas datang ke rumah, nanya-nanya. Saya pikir cuma pendataan. Eh, beberapa hari kemudian mereka pasang listrik, alhamdulilah,” kenang Hayat, matanya berbinar.

Menurutnya bantuan tersebut seperti mimpi. Untuk pertama kalinya, rumah kecilnya diterangi cahaya milik sendiri, bukan sambungan dari tetangga. Uang Rp20 ribu ia belikan token dan menerangi rumahnya. Di rumahnya hanya ada 3 lampu sebagai penerang. Satu berada di bagian depan rumah, satu lampu di bagian dalam rumah yang bisa menerangi dua kamar sekaligus serta ruang menonton televisi. Sementara satu lampu lagi dibuat penerangan untuk di dapur. “Terima kasih PLN. Sekarang kami lebih tenang, anak-anak juga bisa belajar tenang. Uang listrik juga lebih hemat,” ujarnya sambil tersenyum.

Pedagang buah

Bukan hanya Hayat dan Supiani yang merasakan bahwa program sambungan listrik gratis ini membantu warga prasejahtera, bagi Syafriyanti (45), warga Kota Medan yang tinggal di Jalan Johor, Kecamatan Medan Sunggal, program LUTD PLN tersebut juga membantu ia dan keluarga.

Syafriyanti bekerja sebagai penjual buah potong di kaki lima. Suaminya bekerja sebagai sekuriti. Di rumah mereka yang berukuran 3x13 meter, bukan hanya mereka berdua dan tiga anaknya yang tinggal di sana, melainkan rumah itu menjadi tempat tumpangan adiknya bersama suaminya.

Dengan rumah yang kecil dan orang yang ramai, Syafriyanti juga sulit untuk mengeluarkan biaya untuk pasang listrik. Padahal buah-buah yang ia jual sangat perlu masuk dalam mesin pendingin (kulkas). Namun karena keterbatasan ekonomi, akhirnya hal itu tak pernah ia lakukan. “Kalau jualannya tidak habis, buahnya langsung dipotong dan dimakan. Kalau ada kulkas, seharusnya bisa disimpan,” ujarnya.

Sebelum mendapat sambungan listrik gratis 900 VA, Syafriyanti dan keluarga bergantung pada listrik tetangga yang memang masih berhubungan saudara dengannya. Ia juga membayar Rp150 ribu perbulan kepada tetangganya. “Dengan sambungan listrik gratis ini kami jadi lebih hemat. Jualan saya juga lebih mudah. Dan mudah-mudahan uangnya bisa ditabung untuk kebutuhan lain,” ujarnya sambil berterima kasih kepada PLN.

164 rumah tangga

MENIKMATI LISTRIK GRATIS:Melalui program Light Up the Dream (LUTD), PLN UID Sumut melakukan Penyalaan Serentak Listrik Gratis berdaya 900 dan 450 VA di 164 rumah warga kawasan 3T yang ada di Sumatera Utara. Analisadaily/qodrat alqadri
General Manager PLN UID Sumatera Utara, Ahmad Syauki mengatakan secara keseluruhan, penyaluran program LUTD di Sumatera Utara telah membantu untuk 164 rumah tangga yang di beberapa wilayah PLN dengan rincian, di UP3 Binjai ada 56 rumah tangga, UP3 Pematang Siantar (20 rumah tangga), UP3 Nias (19), UP3 Lubuk Pakam (14), UP3 Padang Sidempuan (14), UP3 Rantau Prapat (13), UP3 Medan Utara (10), UP3 Sibolga (7), UP3 Medan (6), dan UP3 Bukit Barisan (5

Program LUTD ini katanya bentuk kepedulian nyata insan PLN untuk mewujudkan terang dan harapan bagi masyarakat yang membutuhkan.

"Program Light Up The Dream bukan sekadar penyalaan listrik, tetapi penyalaan harapan. Ini adalah gerakan hati dari seluruh insan PLN yang ingin memastikan tidak ada lagi saudara kita yang hidup dalam gelap karena keterbatasan ekonomi. Cahaya yang hadir hari ini menjadi simbol empati dan kebersamaan," ujar Ahmad Syauki.

Ia menambahkan program ini sejalan dengan semangat Hari Listrik Nasional (HLN) ke-80 yang menjunjung tinggi nilai keberlanjutan, gotong royong, dan semangat melayani negeri.

"Menyalakan listrik berarti menyalakan semangat hidup. Melalui energi yang kami hadirkan, PLN ingin memastikan setiap rumah tangga di Sumatera Utara memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi," tambahnya.

Mereka terus berkomitmen untuk tidak hanya menjadi penyedia energi listrik, tetapi juga mitra pembangunan sosial yang menerangi negeri dengan empati, kolaborasi dan aksi nyata, membuktikan bahwa energi yang dihadirkan PLN turut menebarkan cahaya kehidupan dan harapan, terutama untuk orang-orang seperti Hayat dan Syafriyanti.

Editor:  Nirwansyah Sukartara

Baca Juga

Rekomendasi