Terkait 6 Warga Parbuluan 6 Dairi Mengungsi, Anak-Anak Tak Sekolah

Terkait 6 Warga Parbuluan 6 Dairi Mengungsi, Anak-Anak Tak Sekolah
Kepala Desa Parbuluan 6 Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, Parasian Nadeak (kiri) makan beralas kertas bersama pengungsi di GOR Sidikalang, Selasa (11/11) (Analisadaily/Sarifuddin Siregar)

Analisadaily.com, Sidikalang - Kepala Desa Parbuluan 6 Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, Parasian Nadeak menerangkan, masih bertahan di tempat pengungsian ekses ancaman dan ketidanyamanan di kampung.

“Anak-anak banyak tak belajar atau tidak bersekolah dampak negatif pengungsian,” kata Parasian ditemui di lokasi penampungan sementara di Gedung Olah Raga (GOR) Sidikalang, Selasa (11/11).

Dijelaskan, jumlah pengungsi berjumlah sekitar 70 orang. Mereka terdiri dari orang tua, pelajar dan balita. Meninggalkan rumah sejak, Sabtu (8/11). Minggat pasca perusakan rumah Parasian.

“Awalnya kami mengungsi di Polres Dairi. Terus, Wakil Bupati Wahyu Sagala dan Sekda Charles Bantjin berkunjung dan memberi arahan, agar pindah ke ruangan yang lebih besar,” kata Parasian.

Dia menyebut, belum ada kepastian sampai kapan mengungsi. Muncul opsi, pulang dengan konsekwensi terburuk atau akan kembali ke kediaman jika kondusifitas benar-benar terjamin. Belum ada kesimpulan mana yang ditempuh.

Parasian menyebut, pelayanan pemerintah desa sudah dipindah ke Kantor Camat Sumbul.

“Pasalnya, ada juga ancaman ke perangkat,” ujar Parasian.

Sementara itu, istri Parasian, Ruslan boru Sagala menyebut, makanan diberi sanak famili.

“Kami belum pernah memasak,” kata Ruslan.

Wakil Bupati, Wahyu Daniel Sagala menerangkan, telah mengunjungi warga di GOR.

“Warga tersebut adalah bagian dari diri kita. Saya minta agar kembali ke rumah. Urusan hukum, biarlah diproses kepolisian,” kata Wahyu.

Dia menerangkan, prihatin melihat kondisi masyarakat. Kasihan nengok anak-anak .

“BPBD menyediakan bed (tempat tidur), dibantu Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan,” kata Wahyu.

Diketahui, sebagian warga menolak kehadiran PT Gunung Raya Timber Industries (Gruti). Perusahaan itu membabat hutan berdalih penanaman kopi. Akibatnya, air di perkampungan masyarakat telah surut.

Aksi penolakan telah disampaikan berulang kali termasuk melalui unjuk rasa kepada Bupati, Vickner Sinaga.

Perjuangan penolakan sudah berlangsung 4 tahun. Penentang menuding, Parasian mendukung perusahaan.

(SSR/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi