Hal itu disebabkan harga jual total yang kian menunjukkan kemerosotan.

“Harga jual terus merosot, lemas kami,” kata Direktur Bumdes, Deswanta Tarigan, Kamis (20/11).

Diterangkan, usaha tani dimaksud berlokasi di Jalan Multi Panji Bako. Dari sisi pertumbuhan, profil tanaman sudah maksimal.

Hijau, segar banyak bunga dan buah. Ini hasil perawatan intensif.

“Aplikasi kompos, pupuk kimia dan pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai anjuran. Makanya batangnya bagus,” kata Deswanta.

Pihaknya mengalami kendala dalam harga jual. Transaksi pertama berada di angka Rp4000 per kilogram. Seterusnya menurun tajam.

“Sudah 6 kali panen, eh malah harga meluncur jatuh. Target, pemetikan sampai Desember mendatang. Mudah-mudahan ada perubahan pasar,” kata Deswanta.

Dari 6 kali panen, pihaknya mendata produksi sebanyak 10 ton. Sesuai rancangan, bisa tembus 60 ton.

Diterangkan, alokasi anggaran kegiatan bersumber dari dana desa 2025 untuk ketahanan pangan Rp244 juta lebih.

Bumdes menanam 17 ribu batang tomat dan 15 ribu populasi cabe.

“Mudah-mudahan cabe panen melimpah dan harga tinggi. Biar bisa sedikit lega,” kata Deswanta.

Ditambahkan, tanaman cabe diperkirakan mulai dipetik Januari 2026.

“Lemas aku. Padahal, kami sudah capek kerja. Kami jaga-jaga agar terhindar dari hama penyakit, tetapi harga meleset,” kata Koordinator Lapangan, Posma Sinaga ditemui saat panen.

Posma menyebut, sesuai RAB, harga jual tomat ditetapkan Rp4000 per kilogram. Angka sedemikian masih hitungan balik modal.

Sementara itu, 2 petani tangguh juga membudidayakan tomat tak jauh dari lokasi Bumdes.

Yakni keluarga Ranto Saragih kepala Dusun 1 dan pasangan suami istri Aritonang/boru Girsang. Tanaman mereka, jagur dan menanti panen.

(SSR/RZD)