Mahasiswa USU Hadirkan Gerakan Anti-Perundungan di SMA Santo Yoseph Medan: Ajarkan Empati, Bangun Keberanian

Mahasiswa USU Hadirkan Gerakan Anti-Perundungan di SMA Santo Yoseph Medan: Ajarkan Empati, Bangun Keberanian
Mahasiswa USU Hadirkan Gerakan Anti-Perundungan di SMA Santo Yoseph Medan: Ajarkan Empati, Bangun Keberanian (analisadaily/istimewa)

Analisadaily.com, Medan – Upaya menciptakan sekolah yang aman dan nyaman kembali mendapat dukungan nyata dari kalangan mahasiswa. Kelompok Proyek 11 Anti Perundungan, yang beranggotakan 20 mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) dari berbagai fakultas, sukses melaksanakan program pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) di SMA Santo Yoseph Medan belum lama ini. Program ini menjadi angin segar bagi dunia pendidikan, khususnya dalam meningkatkan literasi dan kesadaran akan bahaya perundungan yang masih marak terjadi di lingkungan sekolah.

Ketua Kelompok, Emiya Sera Charina Ginting, menjelaskan bahwa praktik perundungan, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui media sosial, masih sering ditemukan pada banyak siswa. “Kami melihat masih banyak kasus yang terjadi di sekolah. Karena itu, kami ingin hadir membawa informasi sekaligus mengajak siswa untuk berani menolak perundungan dalam bentuk apa pun,” ujarnya dalam keterangan pers, Senin (24/11/2025).

Dengan semangat kolaborasi, para mahasiswa merancang kegiatan edukatif yang dekat dengan kehidupan remaja. Melalui sosialisasi, permainan interaktif, kuis, ice breaking, hingga pemutaran video edukasi, para siswa diajak memahami bahwa tindakan perundungan bukan hanya melukai secara fisik, tetapi juga meninggalkan luka emosi dan sosial yang mendalam. Seluruh aktivitas dirancang untuk menghadirkan pengalaman belajar yang hangat, menyenangkan, namun tetap sarat nilai-nilai empati dan keberanian.

Kegiatan ini didampingi oleh Dra. Rosliana Lubis, M.Si., sebagai dosen pembimbing, serta Ryan Prasetya sebagai mentor. Keduanya menilai proyek ini sebagai ruang belajar yang memberi manfaat ganda: mahasiswa belajar berkontribusi bagi masyarakat, dan siswa mendapatkan pemahaman baru tentang pentingnya membangun budaya saling menghormati.

Kepala SMA Santo Yoseph Medan turut menyambut baik kegiatan tersebut. Ia menegaskan bahwa sosialisasi semacam ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan siswa terhadap bahaya perundungan. “Kami berharap kegiatan seperti ini memberikan insight baru bagi siswa agar mereka lebih peka terhadap sesama dan berani mencegah tindakan perundungan. Sekolah harus menjadi tempat yang aman, tenteram, dan bebas rasa takut,” katanya.

Tak sekadar sosialisasi sesaat, program ini diharapkan menjadi gerakan perubahan yang berkelanjutan. Mahasiswa USU ingin agar pengetahuan tentang anti perundungan tidak berhenti hanya pada satu kelompok, tetapi menyebar ke seluruh siswa—bahkan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain. Semangat ini sekaligus memperkuat peran perguruan tinggi dalam memberdayakan masyarakat melalui kegiatan yang relevan dan berdampak.

Melalui langkah kecil yang penuh kepedulian ini, mahasiswa USU menunjukkan bahwa generasi muda tak hanya peduli pada masa depan mereka sendiri, tetapi juga masa depan adik-adik mereka. Mereka mengajarkan bahwa sekolah seharusnya menjadi rumah kedua, tempat di mana setiap siswa merasa aman, dihargai, dan diterima apa adanya.Dan dari ruang-ruang kelas SMA Santo Yoseph Medan, harapan baru itu mulai tumbuh.

(NAI/NAI)

Baca Juga

Rekomendasi