FST Universitas Quality Berastagi dan ESA Glass Tandatangani MoU, MoA dan IA (Analisadaily/istimewa)
Analisadaily.com, Berastagi - Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Quality Berastagi bersama dengan PT Esa Sentosa Abadi Indonesia (ESA Glass) menandatangani nota kesepahaman (MoU), perjanjian kerja sama (MoA) dan implementasi kerja sama (IA), di Kampus Universitas Quality Berastagi, Selasa (25/11/2025).
"Melalui kegiatan seperti ini, kami berharap mahasiswa lebih paham mengenai produk-produk kaca. Banyak mahasiswa bahkan dosen belum mengetahui perbedaan kaca tempered, kaca laminated, serta kapan masing-masing jenis kaca digunakan. Hal ini karena di kampus mereka banyak berfokus pada teori, sementara perkembangan industri berlangsung sangat cepat," kata Dewi.
Ia menyebut pihaknya ingin memperkenalkan bahwa produk-produk ini sudah tersedia di Indonesia. Jadi mahasiswa dapat bebas berinovasi dan berkreasi dalam desain arsitektur tanpa merasa minder dengan teknologi luar negeri.
"Kenyataannya, industri kaca di Indonesia sudah berkembang sangat jauh, tetapi tidak tercantum di banyak buku ajar. Karena itu, setiap tahun saya mengadakan kuliah dan kerja sama dengan berbagai kampus, mulai dari USU, Unimed, hingga kampus-kampus di Aceh," ungkapnya.
Dalam materinya, Dewi mengungkapkan saat ini, aspek yang paling diperhatikan adalah energy saving (penghematan energi). "Kita tahu di Medan pasokan listrik sering terbatas dan bergilir. Dengan menggunakan kaca yang berteknologi energy saving, pendingin ruangan tidak perlu bekerja ekstra. Meski suhu di luar panas, sistem pendingin tetap stabil dan tidak mengonsumsi energi berlebihan," ucapnya.
Cara kerja AC, lanjutnya, menyesuaikan suhu ruangan sesuai setelan. Jika panas dari luar terus masuk, maka AC terus bekerja lebih keras sehingga konsumsi energi membengkak. "Namun bila panas sudah ditekan oleh teknologi kaca, energi dapat dihemat. Untuk bangunan berkaca banyak, pencahayaan alami juga lebih maksimal sehingga pemakaian lampu di siang hari menjadi lebih sedikit," sebutnya.
Kini, kata Dewi, banyak bangunan yang memakai kaca untuk keperluan estetika dan konsep menyatu dengan alam. Namun kekhawatiran terhadap panas sering muncul.
"Teknologi kaca saat ini, baik dari segi material maupun proses produksinya, sudah mampu meminimalkan panas yang masuk, sehingga tetap nyaman digunakan," jelas Dewi.
Dewi menyebut hampir rata-rata gedung di Medan menggunakan produk ESA. Ia menuturkan ESA juga satu-satunya di Sumatera yang bergerak di bidang ini, dengan market yang sebenarnya terbuka se-Indonesia, namun saat ini kami masih fokus di Sumatera.
"Silakan lihat langsung pada bangunan khususnya pintu-pintu tempered. apakah terdapat logo ESA. Jumlahnya sudah sangat banyak, Yang jelas, ESA merupakan salah satu perusahaan kaca tertua di Medan. Terakhir, kami juga mengerjakan beberapa proyek besar, termasuk rumah sakit," ucapnya.
Dewi juga memastikan pihaknya telah memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam proyek pembangunan sebagai bentuk dukungan program pemerintah. "Pemerintah memang memperhatikan TKDN yang tinggi karena menunjukkan penggunaan bahan baku lokal," sebutnya.
Sementara itu, Kepala Prodi Arsitektur Universitas Quality, Ir. Mei Brilian Harefa berharap, materi edukasi tentang material kaca dapat diberikan kepada mahasiswa melalui kuliah umum. Tujuannya jelas, yaitu menambah pengetahuan mahasiswa mengenai berbagai jenis material kaca.
"Hal itu pun sudah tampak dari penjelasan dari Ibu Dewi, bahwa material kaca memiliki banyak jenis dan manfaat, khususnya dalam desain arsitektur," ujarnya.
Pengetahuan tersebut, kata Mei, sangat membuka wawasan mahasiswa Prodi Arsitektur Universitas Kualiti Berastagi. Mereka menjadi lebih antusias, karena selama ini mereka hanya mengenal kaca biasa, sementara dari pemaparan Esa Glass ternyata jenis-jenis kaca sangat beragam dan memiliki fungsi yang luar biasa.
Informasi ini tentu sangat mendukung kemampuan mereka dalam merancang desain arsitektur yang lebih modern, inovatif, dan berkelanjutan. Beberapa jenis kaca bahkan dapat mengurangi emisi panas dan memberikan kenyamanan termal.
Mei juga berharap kerja sama antara Universitas Quality dan Esa Glass dapat terus berlanjut. Ke depan, materi dan sampel material yang diberikan akan diarahkan untuk pengembangan kurikulum, sehingga mahasiswa dapat lebih mengenal dan memanfaatkan material kaca dalam tugas-tugas desain mereka.
"Demikian juga para dosen, kami berencana melakukan penelitian lebih mendalam terkait penggunaan material kaca, yang hasilnya akan diterbitkan dalam jurnal atau dilakukan bersama Esa Glass agar lebih inovatif," ungkapnya.
Dalam penerapan di daerah Tanah Karo, Mei ingin penggunaan kaca dapat lebih bervariasi, khususnya di Kabupaten Karo. Misalnya, ada jenis kaca yang dapat menyerap panas sehingga suhu dingin tidak terlalu masuk ke dalam ruangan. Dengan kondisi cuaca di Karo yang berbeda dengan kota seperti Medan, penelitian ini penting untuk mengetahui seberapa efektif material kaca dapat diterapkan di berbagai daerah.
"Selain itu, kami juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai variasi material kaca untuk menambah wawasan publik. Ini merupakan bagian dari tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat," pungkasnya.(WITA)











