Festival Teater Indonesia Dimulai, Hadirkan 5 Pertunjukan di Medan (Analisadaily/Reza Perdana)
Analisadaily.com, Medan - Sebanyak lima kelompok teater maupun seniman individu dari berbagai penjuru Indonesia akan tampil di panggung Auditorium RRI, Medan. Kota Medan menjadi kota pertama dari empat kota penyelenggara Festival Teater Indonesia.
Selain pertunjukan di atas panggung, pengunjung festival juga dapat mengikuti berbagai kegiatan, antara lain, bincang karya, diskusi, jelajah panggung, lokakarya, dan Teras FTI yang mewadahi berbagai komunitas setempat.
Festival Teater Indonesia (FTI) hadir sebagai titik pertemuan lintas kota serta ruang berekspresi bagi ekosistem teater tanah air. Kegiatan ini merupakan kolaborasi TITIMANGSA dengan PENASTRI (Perkumpulan Nasional Teater Indonesia) serta didukung oleh Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan RI.
“Tahun ini adalah perhelatan pertama Festival Teater Indonesia. Saya sangat bersemangat dan berharap semua berjalan dengan lancar, sesuai dengan apa yang dicita-citakan dan dirancang dari jauh hari oleh teman-teman Titimangsa dan Penastri. Saya berharap kegiatan ini bukan hanya membuka ruang silaturahmi budaya dan kesusastraan, tetapi juga menjadi ruang untuk membuka diri, beradaptasi dengan satu sama lain dari seluruh Indonesia. Sebab setiap wilayah punya kebiasaan yang berbeda-beda. Meski kita punya latar belakang yang berbeda, usia yang berbeda, bahkan interes yang berbeda, panggung bisa menyatukan. Di Festival Teater Indonesia, kita akan mempererat tali persaudaraan, utamanya dalam ekosistem seni teater tanah air,” ungkap Happy Salma, Penggagas Festival Teater Indonesia, Minggu (1/12/2025).
Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra mengemukakan Festival Teater Indonesia sejak awal dirancang selaras dengan agenda besar Kementerian Kebudayaan, terutama penguatan ekosistem sastra dan Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya.
“Pertama, selaras dengan program-program penguatan ekosistem sastra, FTI menjadi ruang penting untuk mendorong alih wahana karya sastra Indonesia ke panggung teater. Praktik silang-media seperti ini terbukti efektif menghidupkan ekosistem sastra. Kedua, FTI juga sejalan dengan tujuan MTN Seni Budaya, yaitu membuka ruang bagi lahirnya talenta-talenta baru untuk berkiprah di panggung nasional dan internasional. FTI memperkuat jalur perkembangan karier mereka di bidang sastra dan seni pertunjukan,” kata Ahmad Mahendra.
Beberapa hari sebelum pembukaan Festival Teater Indonesia di Medan, bencana banjir melanda sebagian wilayah di Sumatera. Direktur Festival bersama PO Wilayah Medan terus berkoordinasi mengenai kondisi di lapangan. Komunikasi intensif terus dijaga bersama tim kerja lainnya.
Pekerjaan bahkan sempat berhenti karena akses ke lokasi festival terputus. Sampai hari penyelenggaraan, memang masih banyak sekali komponen yang tidak sesuai rencana. Sebagian penonton yang mendaftar juga batal hadir.
“Seluruh komponen Festival Teater Indonesia turut berduka atas bencana banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat minggu lalu. Kota Medan dan sekitarnya juga ikut terdampak. Bersama-sama, kami terus mengantisipasi kondisi di lapangan dan segera mencarikan solusi jika ada kendala. Memang beberapa hal jadi tidak sesuai rencana, tapi kami lebih mengutamakan keselamatan dan keamanan seluruh tim kerja. Namun, di tengah musibah, semangat teman-teman PO Wilayah Medan tetap menyala dalam mempersiapkan festival. Jadi, sebelum layar panggung dibuka, kami mengajak para penonton untuk hening sejenak dan mendoakan semua korban banjir. Jika berkenan, kami mendorong penonton untuk menyampaikan bantuannya kepada penyalur dana yang sedang membuka donasi,” ungkap Pradetya Novitri, Direktur Festival Teater Indonesia.
Pada edisi tahun perdananya, FTI mengangkat tema Sirkulasi Ilusi yang menyoroti pertemuan antara realitas dan representasi di tengah kehidupan kontemporer.
Melalui tema tersebut, FTI berupaya memperluas sirkulasi gagasan, mempertemukan seniman lintas wilayah, serta memperkaya khazanah hubungan antara teks sastra dan panggung pertunjukan. FTI akan menjadi ajang perayaan untuk seni teater dan pertemuan bagi para praktisi, pendukung, juga penonton teater.
Dalam catatan kuratorial FTI, disebutkan “sirkulasi” merujuk pada bagaimana ide, wacana, dan karya seni bergerak atau digerakkan, yakni melintasi ruang, waktu, medium, dan komunitas, sehingga membentuk pengalaman bersama dan pengetahuan baru.
Kata “ilusi” ditambahkan sebagai strategi konseptual yang menciptakan lapisan makna untuk menata persepsi kritis atas hubungan antara panggung dan realitas sosial kontemporer.
Sebelumnya, Panggilan Terbuka telah dilaksanakan semenjak 25 Agustus hingga 19 September 2025. Kegiatan ini berhasil menjaring 213 pendaftar dari 95 kabupaten/kota di 25 provinsi se-Indonesia.
Pengumuman kelompok/seniman terpilih disampaikan secara daring pada 30 September 2025. Mereka akan mementaskan naskah-naskah teater adaptasi dari karya sastra Indonesia.
“Prinsip dasar tim kurator dalam memilih penampil Festival Teater Indonesia adalah, pertama, apa tawaran konseptual karya secara estetika maupun pilihan karya sastra yang diadaptasi. Kedua, kesesuaian kontekstual antara gagasan dengan realitas di kota penyelenggara. Dan terakhir, keadilan representasi, yaitu kami memastikan kesetaraan akses kewilayahan dan generasi. Keberagaman karya juga sangat penting, misalkan dalam gaya, medium, eksperimental, dan lainnya, sehingga penonton menyaksikan spektrum bentuk pertunjukan yang luas,” jelas Sahlan Mujtaba, Direktur Artistik Festival Teater Indonesia, dosen dan sutradara teater yang juga menjabat Sekretaris Umum Penastri.
Kelompok-kelompok teater terpilih itu mendapatkan pendanaan produksi serta pendampingan dari kurator festival. Pendampingan selama persiapan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses teater dijalani, bagaimana strategi menyiasati keterbatasan waktu, anggaran, dan sumber daya manusia yang ada.
“Tugas kami para kurator adalah memastikan kesiapan seniman agar dapat mementaskan karya terbaiknya di panggung Festival Teater Indonesia. Memang ada tantangan selama pendampingan, tetapi setiap kurator telah terlebih dahulu mempelajari latar belakang dan kecenderungan praktik berkarya si seniman. Dengan demikian, pendekatan kurator jadi lebih humanis dan kekeluargaan. Intinya menjadi pendengar yang baik dan teman ngobrol yang asyik,” ungkap Tya Setyawati, kurator Festival Teater Indonesia, yang berdomisili dan aktif berkesenian di Padang Panjang, Sumatera Barat.
Pentas teater alih wahana karya sastra Indonesia di panggung Festival Teater Indonesia titik temu Medan akan dilaksanakan di Auditorium RRI mulai tanggal 1 hingga 3 Desember 2025. Berikut jadwal pertunjukan FTI Kota Medan:
1 Desember 2025
- Pukul 16.00: Tangga Mimpi oleh Porman Wilson Manalu dari Medan, Sumatera Utara.
- Pukul 20.00: Omnibus Monolog Dapur oleh Luna Vidya/Storytelling Academy dari Makassar, Sulawesi Selatan.
2 Desember 2025
- Pukul 16.00: Orang Proyek oleh Teater Kurusetra dari Bandar Lampung, Lampung.
- Pukul 20.00: Resonansi Tanah oleh Stage Corner Community dari Tangerang, Banten.
3 Desember 2025
- Pukul 20.00: Tubuh yang Menari oleh Bali Eksperimental Teater dari Jembrana, Bali.
“Festival Teater Indonesia terlaksana berkat kolaborasi berbagai pihak: seniman, komunitas teater, praktisi seni, dan pekerja seni pertunjukan—baik yang di atas maupun di belakang panggung—yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Sangat menyenangkan bertemu dan bekerja sama dengan teman-teman dari ragam latar belakang. Setelah berbulan-bulan mempersiapkan penyelenggaraan lima pementasan alih wahana karya sastra Indonesia dan program-program sayap, para pekerja seni dan tim kerja festival dengan senang hati siap menyambut penonton di kota Medan,” ujar Pradetya Novitri kembali.
Panitia FTI di Medan juga menyiapkan berbagai program sayap, antara lain bincang karya, diskusi, jelajah panggung, lokakarya, dan Teras FTI. Ragam program ini dirancang untuk membuka akses bagi masyarakat umum agar dapat melihat teater bukan hanya yang tampak di atas panggung, tetapi juga sebagai perjalanan kreatif yang melibatkan refleksi, dialog, dan pertukaran gagasan.
Seluruh rangkaian kegiatan Festival Teater Indonesia akan dicatat oleh penulis/pengamat yang ditunjuk. Hasil pencatatan atau program arsip ini akan diterbitkan menjadi buku digital untuk disebarluaskan nantinya.
“Di banyak daerah, termasuk Medan, ekosistem teater sebenarnya kaya, tetapi sering kurang terdokumentasi. Oleh sebab itu, program arsip FTI menjadi penting untuk merawat jejak sejarah lokal agar tidak hilang dan tetap bisa menjadi sumber pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Tradisi menulis tentang teater akan membantu ekosistem teater terus tumbuh dalam jangka panjang,” ucap Sahlan kembali.
Festival Teater Indonesia juga menjadi kesempatan untuk memberikan penghargaan kepada insan-insan seniman yang sudah berkontribusi besar bagi dunia seni pertunjukan.
Penghargaan atas Pengabdian Seumur Hidup FTI (PSH FTI) akan diserahkan pada malam penutupan penyelenggaraan tiap kota. Seniman penerima penghargaan tersebut merupakan tokoh-tokoh yang sudah dikenal melalui aktivitas seni dan kontribusinya di kota masing-masing.
Dalam proses pemilihan penerima penghargaan tersebut, jejaring komunitas teater lokal diminta untuk mengusulkan sejumlah nama tokoh yang memiliki peran dalam perkembangan teater di kota tersebut serta yang konsisten berkarya lebih dari 25 tahun.
Setiap calon dikaji rekam jejak artistik, kontribusi sosial-budaya, dokumentasi karya, dampak jangka panjang, serta relasinya dengan komunitas teater lokal.
“Secara pribadi, saya menaruh hormat yang begitu tinggi kepada individu yang mau menyerahkan hidup dan dedikasinya bagi seni pertunjukan. Menghidupi dan hidup dari kesenian itu bukan hanya membutuhkan stamina yang panjang, tapi juga integritas dan kesetiaan pada profesi. Penerima Penghargaan atas Pengabdian Seumur Hidup FTI adalah orang-orang yang sangat menginspirasi dan memberikan kita keyakinan bahwa seni betul-betul bisa menghidupi. Perjuangan para seniman ini layak untuk diberikan penghormatan,” ujar Happy selanjutnya.
Para kurator FTI berharap terwujudnya pertemuan raya teater nasional yang benar-benar hidup—sebuah ruang di mana seniman, komunitas, dan publik dari berbagai kota dapat saling melihat, mendengar, dan belajar satu sama lain.
Diharapkan juga FTI dapat memperkuat jejaring antar-komunitas teater, membuka kemungkinan kolaborasi baru, dan memunculkan percakapan lebih luas mengenai arah perkembangan teater Indonesia.
“Saya pribadi berharap Festival Teater Indonesia menjadi ajang pertemuan yang penuh makna dan membuka peluang kolaborasi yang lebih luas. Dari pertemuan-pertemuan ini diharapkan akan terjadi pula pertukaran pengetahuan dan berbagi pengalaman, sehingga warna setiap wilayah dapat hadir untuk memperindah peta ekosistem teater tanah air Indonesia,” ujar Pradetya lagi.
“Saya memiliki harapan besar terhadap pelaksanaan Festival Teater Indonesia pada Desember mendatang. FTI bukan hanya festival, tetapi titik temu nasional bagi ekosistem teater Indonesia. Ada tiga harapan utama saya, yaitu FTI menjadi ruang belajar dan kolaborasi, pendorong regenerasi yang sehat, dan memperluas akses masyarakat terhadap seni pertunjukan teater,” ujar Mahendra.
“Dengan adanya pertemuan ini, aneka macam lintas yang menjadi satu kesatuan memberikan pengharapan yang luar biasa bagi kami, juga bagi saya. Di antara musibah dan hal-hal yang tidak pasti di depan sana, ada sesuatu hal yang masih bisa kita pegang, yaitu harapan kepada daya hidup, daya cipta kita sebagai manusia yang memuliakan panca inderanya, dan juga memuliakan seni di dalam kehidupan,” pungkas Happy Salma.
Festival Teater Indonesia akan terlaksana mulai tanggal 1 hingga 16 Desember 2025 di empat kota: Medan, Palu, Mataram, dan Jakarta. Para penonton dan penikmat seni teater juga dapat memesan tiket setiap pertunjukan secara gratis melalui https://tiket.titimangsa.com/. Informasi jadwal pertunjukan maupun program-program sayap dapat dilihat melalui media sosial Instagram @festivalteater.id dan laman festivalteater.id.
Festival Teater Indonesia juga didukung oleh JAKPRO, Taman Ismail Marzuki, Dewan Kesenian Jakarta, Pemerintahan Daerah Sumatera Utara, Dinas Budparekraf Sumatera Utara, Kolaborasi Sumur Berkah, dan Biznet.
Festival ini juga didukung oleh mitra media: Tempo.co, Cantika.com, UNFRMD, Akurat.co, Katadata.co.id, BTV, Beritasatu.com, Jakartaglobe.id, Kapanlagi.com, Fimela.com, Liputan6.com, Kiss FM Medan, Koran Tribun Medan, Radar Palu, Sulteng Raya, Harian Mercusuar, Radar Lombok, RRI Mataram, Fresh Radio, Tribun Lombok, Explore Lombok, EventLombok.id, Koran Lombok, Mataram Now, Radio Suara Kota, Wartaone.online, NTB Satu, Lombok Folk.
(RZD)