Medan, (Analisa). Bagai “bernafas dalam lumpur”. Kondisi inilah yang terkesan melanda Pengurus Provinsi Persatuan Gulat Seluruh Indonesia Sumatera Utara (Pengprov PGSI Sumut).
Betapa tidak, sejak Tahun 2012, induk organisasi olahraga ini terkesan bergerak tanpa nakhoda menyusul berakhirnya kepengurusan priode 2008-2012 pimpinan Benny Basri.
Namun, talenta gulat yang bagai mengakar pada masyarakat Sumut, menjadikan kondisi sulit itu tidak membuat prestasi atlet mandek. Buktinya, pada SEA Games XXVII/2013 di Nay Pyi Taw Myanmar, pengulat putri asal Sumut Heka Mayasari asal Tanah Karo menyumbangkan medali perak dari Kelas 51 Kg untuk kontingen Merah Putih.
Terakhir, dua pegulat putra yang dikirim di Kejurnas Gulat Piala Presiden 17- 20 Desember 2013 di Jember , juga sukses menorehkan prestasi. Mereka adalah Sumurung Siregar asal Tapsel, meraih emas kelas 84 Kg Gaya Grego, dan Roy Brema Ginting dari Tanah Karo merebut perunggu Kelas 84 Kg Gaya Bebas.
Tiga senioren gulat Sumut Drs Yusrianto, Drs Josua Sinurat MM dan Drs Daslan Gultom ketika ditemui di Medan, Rabu (22/1) sama memanjatkan rasa syukur, di tengah vakumnya kepengurusan, pegulat - pegulat Sumut masih mampu menorehkan prestasi.
“Alhamdulillah gulat Sumut bisa menorehkan prestasi walau kepengurusan telah berakhir masa baktinya. Semua ini tidak terlepas dari semangat insan gulat seperti Josua Sinurat, Daslan Gultom, Mangasi Simangungsong, Anggi Muda Siregar yang tetap turun melatih talenta-talenta gulat di daerah ini.Selain itu kita juga terbantu dengan adanya pembinaan gulat di PPLP dan PPLM,” jelas Yusrianto.
Yusrianto yang sebelumnya menjabat sebagai Sekum di Kepengurusan PGSI Sumut pimpinan Benny Basri, mengaku sedih jika melihat kondisi gulat Sumut .
”Bayangkan, untuk Kejurnas Piala Presiden 2013 di Jember Desember lalu, dampak dari sulitnya pendanaan, Sumut hanya mengirim dua atlet. Syukur mereka berhasil memboyong medali,” kata Yusrianto, mantan pegulat tahun 1980-an ini.
Baik Yusrianto, Josua dan Daslan sama berharap, kondisi sulit ini bisa berganti ke arah lebih baik.
“PGSI Sumut butuh figur pemimpin yang bisa membawa organisasi lebih baik, khususnya menyelamatkan dan mengembangkan potensi talenta-telenta gulat daerah ini,” kata Yusrianto.
Berbicar soal potensi gulat Sumut, menurut mereka sesungguhnya cukup menjanjikan.Buktinya, cabor olahraga ini nantinya turut dipertandingkan di Prowilsu 2014 karena organisasinya ada di 21 kota dan kabupaten di Sumut.
“Sebelumnya gulat hanya dipertandingkan di Kejurda, tapi tahun ini sudah bisa ikut Porwilsu. Ini artinya, perkembangan gulat cukup positif, dan pengembangannya ke depan juga sangat menjanjikan,” ujar Daslan.
“Saya percaya, jika nanti PGSI ditangani dengan baik, kejayaan gulat Sumut bisa terulang kembali. Gulat tetap menjadi penyumbang medali bagi Sumut di PON,” tambah Josua Sinurat.
Sebagai penyumbang enam medali emas di empat pelaksanaan PON (1989, 1993, 1996 dan 2000), Josua juga mengaku sedih, sejak PON Jatim Tahun 2000, gulat Sumut gagal menyumbang medali emas.
“PON 2000 gulat masih menyumbang 3 medali emas, 1 medali perak, dan 2 medali perunggu. Sementara di PON XVI / 2004 di Palembang dan PON XVII/2008 di Kaltim, Gulat Sumut hanya memperoleh 2 medali perunggu, PON XVIII/2012 di Pekanbaru - Riau hanya memperoleh 1 medali perak dan 2 medali perunggu,” ujar Josua yang kini bertugas sebagai Kabid Ops Satpol PP Pemprovus.
Josua percaya, torehan medali emas di PON bisa diulangi gulat Sumut termasuk di PON XIX/2016 di Jabar, dengan syarat pembinaan memang harus intensif sejak dini.
“Karena itulah PGSI Sumut memang butuh figur pemimpin. Kasihan potensi-potensi gulat kita,” ujarnya mengakhiri keterangan. (mp)