Tradisi Yang Mengiringi Perayaan Imlek

Oleh: Liven R. BAGI masyarakat etnis Tionghoa, Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi (Chun Jie), yang selalu diperingati selama 15 hari, dimulai pada tanggal 1 bulan 1 Lunar kalender, adalah hari raya terbesar yang dirayakan dalam setahunnya.

Umumnya, menjelang maupun pada Tahun Baru Imlek terdapat sejumlah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat etnis Tionghoa, yang mana selalu memiliki makna yang tak jauh dari nilai-nilai sakral dan simbol keberuntungan. Apa sajakah tradisi khas perayaan Imlek itu?  

Jelang Imlek:

Membersihkan rumah

Beberapa hari menjelang Imlek, masyarakat etnis Tionghoa biasanya mulai menyibukkan diri membersihkan setiap bagian dari rumahnya.

‘Debu’—chen, dalam bahasa Mandarin memiliki bunyi yang sama dengan kata chen—lama. Jadi, adapun makna dari ‘membersihkan rumah’ selain agar rumah bebas dari debu, adalah juga melambangkan arti dari membersihkan/mengusir segala hal buruk dan ketidakberuntungan di tahun yang lama, untuk bersiap-siap menyambut hal yang baik ke dalam rumah.

Setelah rumah berkeadaan bersih, di samping pintu (kiri-kanan); di dalam rumah, biasanya dipasang chun lian—kuplet/sajak dua baris atau lebih, dan gambar-gambar maupun gantungan simpul khas Imlek yang berisi tulisan berbunyi harapan dan doa untuk tahun baru yang lebih baik lagi. Lampion berwarna merah yang bermakna ‘penerangan’ untuk kehidupan di sepanjang tahun yang baru, juga kerap digantung di dalam maupun luar rumah.

Warna merah yang dominan digunakan pada aksesori Imlek melambangkan kegembiraan/cinta kasih.

Berkumpul bersama keluarga/tuan yuan

Malam Imlek, bagi etnis Tionghoa adalah malam berkumpul bersama sanak keluarga. Biasanya, anggota keluarga yang berada di tempat yang jauh, diharapkan sebisanya untuk pulang pada hari ini untuk menikmati tuan yuan fan dan bersama-sama keluarga menyambut Tahun Baru Imlek.

Tuan yuan secara harfiah memiliki makna ‘berkumpul/reuni’, sementara fan berarti ‘makanan’. Menikmati tuan yuan fan bersama-sama mengandung makna pengharapan akan keluarga yang selalu utuh dan harmonis.

Adapun makanan khas yang disediakan saat makan bersama di Malam Imlek adalah sebagai berikut:

1. Ikan

Masakan ikan dalam hidangan tuan yuan fan melambangkan kemakmuran, sebab ikan—yu memiliki bunyi yang sama dengan kata ‘berlebihan’ dalam bahasa Mandarin. Jadi, masakan ikan bersimbol pengharapan akan adanya kelebihan rejeki di setiap tahun.

2. Mi

Salah satu masakan yang harus ada dalam menu tuan yuan fan adalah mi. Sesuai bentuknya yang panjang, mi melambangkan panjang umur. Selain mi, bihun juga sering disajikan sebagai penggantinya.

Menjadi sejenis tradisi yang cukup unik dan berkesan, ketika hendak menikmati mi, seluruh anggota keluarga supaya mengelilingi hidangan tersebut kemudian bersama-sama, menggunakan sumpit, menjepit mi yang berada di bagian bawah lalu dipindahkan ke bagian atas mi berulang-ulang, dan masing-masing mengucapkan sebuah kalimat keberuntungan dengan suara lantang.

3. Kue lapis legit

Melambangkan keberuntungan yang berlapis-lapis.

4. Kue keranjang

Biasanya kue keranjang disusun bertingkat. Melambangkan usaha dan prestasi yang terus meningkat. Kue keranjang yang manis juga sebagai simbol pengharapan agar kehidupan berjalan manis/baik.

5. Lobak

Masakan dengan bahan lobak bersimbolis ‘awal yang baik’.

6. Buah-buahan

Buah jeruk mandarin melambangkan kekayaan dan kegembiraan, sebab di daerah China, jeruk mandarin adalah buah yang tumbuh berlimpah. Sementara sesuai bunyinya, buah apel bermakna keselamatan; dan nanas melambangkan kejayaan.

Menurut kepercayaan, makanan yang tak boleh dihidangkan untuk Malam Imlek adalah masakan yang berasa pahit dan bubur. Sebab, kedua masakan itu melambangkan kesusahan dan kemelaratan hidup.

Berjaga sepanjang malam Imlek/shou sui

Setelah bersama-sama menikmati tuan yuan fan, hal selanjutnya yang dilakukan adalah mengobrol bersama keluarga dalam suasana keceriaan sambil menunggu detik-detik pergantian tahun.

Terdapat 2 makna dalam shou sui yang dilakukan: bagi orangtua, shou sui berarti ungkapan syukur telah melewati setahun yang lalu dan simbol menghargai waktu; sementara bagi orang muda dan anak-anak, shou sui bermakna doa bagi orangtuanya agar panjang umur.

Terlepas dari benar tidaknya makna yang terkandung dalam shou sui, tentunya lebih bijak apabila kita mendengarkan sinyal yang dipancarkan oleh tubuh (yang memberi izin atau tidak) untuk begadang di Malam Tahun Baru, tentunya.

Tahun Baru Imlek:

Ucapan selamat tahun baru

Tradisi saling mengunjungi kerabat dan sahabat (bai nian) di hari-hari Imlek memiliki makna positif untuk saling mempererat tali persaudaraan (persahabatan) ketika dalam setahun masing-masing individu terkekang oleh rutinitas dan jarang memiliki kesempatan untuk saling mengunjungi.

Pada Tahun Baru Imlek, setiap anggota keluarga, kerabat, teman, maupun tetangga yang bertemu, kalimat pertama yang diucapkan untuk lawan bicara seharusnya adalah gong xi fa cai, yang bermakna ‘selamat dan semoga berkelimpahan rejeki’, sebelum kemudian boleh ditambah dengan kalimat doa lainnya, disertai dengan sikap bersoja (gerakan mengepalkan tangan kanan dan tangan kiri membungkusnya; jempol tangan lurus sejajar), yang memiliki arti memberi penghormatan kepada lawan bicara.

Bersoja pada dasarnya memiliki beberapa makna: apabila tangan diangkat di bawah dada, berarti penghormatan kepada yang lebih muda; bersoja dengan tangan setinggi dada, berarti penghormatan kepada lawan bicara yang sebaya/sederajat kita; bersoja setinggi mulut; berarti penghormatan kepada yang lebih tua, misalnya orangtua, paman, atau bibi kita; dan bersoja di atas kepala adalah penghormatan kepada Tuhan.

Pemberian angpao

Angpao—bahasa Hokkian (dalam bahasa Mandarin: hongbao), berarti amplop merah berisi uang. Angpao biasanya dibagikan kepada anak-anak/sanak keluarga yang belum menikah, dan melambangkan doa bagi yang menerima. Tak peduli seberapa besar isi dari angpao tersebut, pemberi mengharapkan si penerima senantiasa sehat, gembira, diliputi kebahagiaan dan keberuntungan sepanjang tahun.

Di masa lalu, tradisi pembagian angpao hanya dilakukan oleh orang yang telah menikah. Orangtua memberi angpao kepada anaknya di malam Tahun Baru Imlek, yang disebut ya sui qian, dan diselipkan di bawah bantal anaknya untuk mengusir hawa jahat yang datang di malam tahun baru. Ya sui qian kemudian berkembang menjadi pembagian angpao kepada setiap anak dari kerabat dan sahabat yang dijumpai selama Imlek.

Di masa sekarang, karena angpao adalah simbol dari doa dan kegembiraan, maka siapa pun boleh memberikan angpao, telah ataupun belum menikah, asalkan mampu dan telah berpenghasilan.

Memainkan petasan dan kembang api

Di masa lampau di Negeri Tiongkok, konon terdapat sesosok monster yang bernama Nian, yang selalu turun gunung dan memangsa warga di malam Tahun Baru Imlek. Untuk menakuti dan mengusir Nian, warga desa pun kemudian beramai-ramai membunyikan petasan dan kembang api dengan semarak dan suara keras di malam Tahun Baru Imlek.

Di masa sekarang, meski kita tahu Monster Nian hanyalah sebentuk legenda yang tak pernah kita temui, namun petasan dan kembang api masih kerap dibakar oleh sebagian orang dan dianggap dapat mengusir hawa jahat. Disadari atau tidak, petasan dan kembang api yang dibakar, baik sebagai hiburan maupun dengan maksud lain, sesungguhnya selalu menyumbangkan gas sisa pembakaran ke udara yang dapat memicu pemanasan global, sebagai efek pastinya.

Dengan mempertimbangkan: uang habis berubah menjadi polusi suara, arang, dan asap di langit; asap dan gas pembakaran pun menimbulkan bencana bagi Bumi, maukah bersama kita mengubur tradisi memainkan petasan dan kembang api di Tahun Baru Imlek?

Menyambut Tahun Baru Imlek dengan melakukan segala tradisinya yang bermakna positif, tentu kita berharap menjelang sebuah tahun dengan pengharapan yang baru akan hal-hal yang baik dapat terjadi dalam hidup kita. Meski demikian, kita tentu ingat, untuk mewujudkan segala apa yang diinginkan, semangat, kerja keras, karya dan usaha nyata kita tetaplah kompas terbaik yang dapat mengarahkan kita menuju keberhasilan dan meraih segala kemajuan dalam hidup. Semoga tahun kuda memberi semangat baru untuk kita semua!

Musim berotasi pergi dan datang

demi siapa musim semi bertandang kembali?

apakah menggenapi janji kepada sang naga dan singa?

Datanglah... jumpai semesta jiwa, hadirkan senyum;

menandai masa berkumpulnya keluarga di musim terindah…

Selamat Tahun Baru Imlek!

*Medan, Medio Januari 2014

()

Baca Juga

Rekomendasi