Lhokseumawe, (Analisa). Setelah beberapa bulan lalu petani di sejumlah gampong (desa) di Kecamatan Sawang, Aceh Utara, panen raya, kini mereka kembali memperoleh panen dari ‘boh ciding’, yakni tunas tanaman padi yang tumbuh di sawah usai dipanen.
Pantauan Analisa, Kamis (27/11), mayoritas sawah petani, terutama di Desa Babah Buloh, Gampong Teungoh, Gle Dagang, Kuta Meuligo, Meunasah Pulo, ditumbuhi tunas yang bulirnya sudah menguning.
Beberapa petani tampak sibuk dan memotong padi itu sebelum sawah dibajak menjelang musim tanam. Sawah yang berair tidak menjadi halangan bagi mereka. Mereka pun memilih membuat perahu dari plastik untuk menampung ikatan-ikatan tunas padi itu. Pemanenan ini umumnya dilakukan kaum perempuan pada pagi dan sore.
Seorang petani Babah Buloh, Razali, mengungkapkan, usai panen, tunas padi tumbuh subur karena sawah tidak sempat mengering dan tidak dimakan ternak yang berkeliaran di sawah.
“Tahun lalu, siap panen, sawah langsung kering dan banyak ternak merumput di sawah sehingga tunas padi yang tumbuh tidak dapat dipanen,” ungkapnya.
‘Boh ciding’ juga membawa keberuntungan bagi petani. Mereka memperoleh ratusan ribu rupiah dari hasil panen ini. Mereka menjual gabahnya dengan harga Rp 4.200/kg.
Karena adanya panen ‘boh ciding’ ini, sebagian petani membiarkan sawahnya tidak dibajak lebih dulu. Mereka menunggu panen.
“Saya memanen di sawah orang lain. Hasilnya dibagi dua dengan pemilik lahan. Ini saya lakukan untuk mengisi waktu luang,” tutup Razali. (kdn)