Oleh: Powmin
Destinasi seseorang bukanlah mengenai tempat, melainkan sebuah cara baru memandang sesuatu (Henry Miller, Penulis)
Kebun Teh Bah Butong
Kalau bicara tentang wisata, yang pertama-tama terlintas di benak kita tentu saja mengenai biaya, harus menguras tabungan. Tapi benarkah semua yang namanya berwisata itu mahal ? - Hmm.. pertanyaan ini memang gampang-gampang susah untuk dijawab. Ada yang mengatakan mahal itu relatif sedangkan murah itu mutlak.
Dari sekian jenis wisata, memanfaatkan wisata alam di sekitar kita nyaris tidak perlu merogoh kocek yang dalam. Dan bagi yang ingin menikmati wisata murah namun sehat plus berkesan, saya ingin merekomendasikan Perkebunan Teh Sidamanik di Kabupaten Simalungun.
Tempat ini boleh dikatakan tidak perlu biaya masuk apapun namun bisa memanjakan mata melihat hijaunya hamparan perkebunan teh dan mengisi paru-paru dengan udara yang bersih serta segar.
Perkebunan ini bukanlah tempat wisata resmi sebenarnya seperti Berastagi maupun Danau Toba. Ini hanyalah kebun teh yang di kelola oleh PTPN IV. Kebun Teh Sidamanik ini berlokasi tidak jauh dari jantung kota Pematang Siantar, lebih kurang 15 km, hanya butuh 30 menit berkendaraan. Akses jalan ke perkebunan ini tidak bisa dikatakan mulus, malah termasuk parah tapi pemandangan di jamin tidak gersang. Sepanjang jalan kita akan disuguhi pemandangan sawah ladang yang tentu saja bagi orang kota seperti saya, hal ini sudah sulit ditemukan sehari-hari.
Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa kawasan Sidamanik di Kabupaten Simalungun ini mempunyai tiga perkebunan teh yaitu Kebun Teh Toba Sari, Kebun Teh Bah Butong dan Kebun Teh Sidamanik. Tetapi masyarakat lebih suka memanggil semuanya dengan nama Kebun Teh Sidamanik saja. Terletak di ketinggian 900 mdpl otomatis membuat perkebunan ini berhawa sejuk, dan memiliki luas 8373 ha, menobatkan perkebunan ini menjadi tempat kedua penghasil teh hitam terbesar di Indonesia.
Dari seluruh kebun teh itu, boleh jadi Kebun Teh Bah Butong yang paling terkenal dengan hasilnya. Salah satu jenis teh produksi andalannya adalah “Dust I Bah Butong” yang mempunyai konsumen fanatik sampai ke negara Upin dan Ipin, Malaysia. Dibanding dengan minuman lain, teh memang yang paling sering di konsumsi oleh masyarakat di negara manapun, dan Indonesia sendiri termasuk konsumen teh ke lima terbesar di dunia.
Teh memang selayaknya dijuluki “minuman yang merakyat” karena dikenal dari kalangan bawah sampai atas, bisa dinikmati dimana saja : di rumah maupun di warung-warung jalanan sampai ke restoran dan hotel mahal. boleh dikatakan minuman khas Asia ini dicintai dari kaki lima sampai bintang lima.
Menatap bentangan tanaman teh yang bagaikan permandani hijau, dengan di hiasi garis-garis halus membuat pemandangan Kebun Teh ini bak labirin raksasa yang menggoda kita untuk masuk bermain kedalamnya. Secara tidak langsung hal ini telah membuat saya menemukan cara lain untuk menikmati teh bukan dengan cara mengkonsumsinya.
Tidak banyak orang yang tahu keberadaan air terjun Bah Biak ini, bahkan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sidamanik juga tidak banyak yang tahu bahwa di tengah kawasan perkebunan Teh Bah Butong terdapat air terjun yang sangat indah. Jalan menuju ke air terjun ini bahkan lebih runyam dari jalan masuk ke perkebunan. Di samping jalan yang berlubang-lubang, jalan juga banyak kerikil-kerikil cadas. Aset pariwisata yang bisa diandalkan ini memang terabaikan, pemerintah setempat terkesan kurang memperhatikan harta karun terpendam ini dengan tidak adanya perhatian maupun pengelolaan yang baik. Sungguh disayangkan.
Untuk sampai ke area air terjun, kita harus menuruni puluhan anak tangga terlebih dahulu. Kendaraan bisa dititipkan kepada sebuah warung sederhana di dekat anak tangga ke air terjun. Sebenarnya tidak ada pungutan biaya sama sekali, tetapi kami memberikan sedikit uang parkir karena telah memarkirkan mobil kami di depan warung tersebut. Jalan anak tangga menuju air terjun tidak termasuk terjal sehingga kita bisa berjalan dengan santai.
Dan bagi yang lupa membawa bekal air minum, tidak usah kuatir. Disepanjang jalan akan banyak ditemui pancuran yang airnya berasal dari air gunung, mengalir deras tiada henti, sangat jernih. Saya jadi tergoda untuk mencoba meminumnya dan ternyata sungguh dingin dan menyegarkan.
Air Terjun Bah Biak memang tidak bisa di katakan deras dan air terjun ini juga tidak tinggi tapi dia bercabang empat sehingga membentuk seperti tempat helai tirai, sungguh mempesona. Justru dengan tidak derasnya air, kita bisa berfoto ria dibawahnya. Airnya sungguh dingin dan akan membuat gemetaran bagi yang mandi menikmati curahannya. Satu hal yang membuat saya tidak nyaman adalah banyaknya sampah terutama kantongan plastik yang bertebaran di dekat air terjun. Masyarakat kita memang belum bisa sadar untuk tidak nyampah sembarangan, sementara saya juga tidak menemukan adanya tong sampah di dekat sana. Air Terjun Bah Biak ini memang benar-benar di anak tirikan oleh pihak terkait.
Banyak yang menyebutnya Sungai Aek Manik tetapi sebagian orang menyebutnya Danau Aek Manik. Saya pribadi lebih suka menyebutnya danau soalnya dia tidak mempunyai aliran air seperti sungai. Danau Aek Manik ini sangat tenang dan luar biasa jernih, juga mempunyai sumber mata air sendiri. Sebuah pemandian alami yang langka. Konon danau ini dulunya adalah tempat pemandian Putri Raja beserta dayang-dayangnya. Sangat memungkinkan karena danau ini terletak di tempat terpencil, di lindungi oleh pohon-pohon besar di kiri kanan. Untuk sampai ke danau ini kita harus keluar dulu dari Perkebunan Teh Bah Butong karena danau ini terletak di kawasan Pekebunan Teh Sidamanik. Dari Air Terjun ke Danau Aek Manik ini hanya lebih kurang 15 menit dengan motor maupun mobil. ***
Tips ke Perkebunan Teh Sidamanik
1. Jangan lupa membawa bekal makanan karena disana tidak ada yang menjual makanan, yang ada hanya warung-warung sederhana yang menyajikan mie instant dan minuman bersoda.
2. Jangan lupa membawa topi karena tinggi pohon teh hanya sepinggang orang dewasa sehingga wajah kita akan terpanggang terik matahari jika perginya terlalu siang.
3. Bawalah baju ganti bagi yang hendak main ke Air Terjun Bah Biak atau mandi ke Danau Aek Manik.
4. Berpakaianlah yang sopan karena penduduk desa disana masih terikat oleh adat istiadat yang kuat.
5. Janganlah membuang sampah sembarangan. Mulailah budaya tidak nyampah dari diri sendiri. Bukankah bersih itu bagian dari iman.
Seorang traveller sejati tidak akan meninggalkan apapun selain jejak kaki. Tidak akan mengambil apapun selain foto. Tidak akan membunuh apapun selain waktu.